kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45907,21   3,88   0.43%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis kemitraan olahan bebek kurang kwek kwek


Jumat, 28 Juni 2019 / 09:00 WIB
Bisnis kemitraan olahan bebek kurang kwek kwek


Reporter: Elisabeth Adventa, Ratih Waseso, Venny Suryanto | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Makanan olahan bebek sejatinya tidak kalah dengan ayam yang punya banyak penggemar. Buktinya, setiap ada gerai makanan olahan bebek, baik itu goreng, bumbu pedas, maupun kremes, selalu saja ada pembeli yang menyambangi.

Malah, beberapa tahun lalu, bisnis gerai olahan bebek sempat booming. Ini terlihat dari makin banyaknya orang yang berjualan makanan olahan bebek. Tak heran, banyak juga pebisnis yang langsung menawarkan kemitraan usaha kuliner berbasis bebek.

Seiring bisnis kuliner yang makin gencar di tanah air, baik yang mengusung tema tradisional ataupun kekinian, pamor makanan olahan bebek mulai memudar. Malah, ada pebisnis gerai makanan olahan bebek yang menutup kemitraan usaha karena bisnisnya sepi. Namun, masih ada yang bisa menambah gerai hingga berencana membuat skema bisnis anyar di bisnis kuliner olahan bebek.

Untuk mengetahui lebih lanjut kondisi bisnis ini, Review Waralaba kali ini bakal mengulas perkembangan kemitraan gerai makanan olahan bebek dari tiga pelaku usaha. Yakni, Bebek Kacong, Bebek Lieur, dan Bebek Kremes Isabella. Berikut ulasannya:

- Bebek Kacong

Usaha kuliner olahan bebek ini merupakan besutan Lutfyah sejak 2012. Enam tahun kemudian atau tahun lalu, Bebek Kacong membuka penawaran kemitraan.

Saat KONTAN mengulas Juli 2018, Bebek Kacong memiliki 11 gerai di Surabaya, Sidoarjo, dan Malang. Setahun berlalu, gerai Bebek Kacong bertambah jadi 13 outlet. Komposisinya adalah empat gerai milik mitra dan sisanya punya pusat. "Saat ini, sedang persiapan membuka kemitraan untuk gerai ke-14 di Surabaya Barat dan ke-15 yang ada di Batu, Malang," kata Lutfyah kepada KONTAN.

Paket kemitraan usaha yang Lutfyah tawarkan belum berubah, senilai Rp 100 juta dan Rp 250 juta. Dengan paket investasi tersebut, mitra bakal mendapatkan ragam sarana dan prasarana penunjang usaha serta bahan baku.

Sedang menu yang tersaji, menurut Lutfyah, beragam. Ada bebek pedas, bebek geprek, juga bebek bakak madu atau bebek goreng Madura. Bebek geprek yang menjadi favorit pelanggan karena relatif terjangkau harganya, sekitar Rp 10.000 seporsi.

Supaya konsumen tidak bosan serta menjaring pasar baru, Bebek Kacong menyajikan menu non-bebek. Contoh, ayam goreng, nasi babat, nasi cumi, dan nasi Madura.

Lewat penawaran paket kemitraan dan menu yang beragam, Bebek Kacong sejatinya menyasar lokasi di area pusat belanja. Namun, ada upaya dari Lutfyah untuk mengembangkan bisnis Bebek Kacong lebih kencang lagi.

Itu sebabnya, dia tengah menyiapkan konsep kemitraan baru yang bakal rilis tahun ini. Konsepnya berupa container booth. Gerai kontainer minimalis ini kelak bisa beroperasi di area parkir minimarket. "Paket kemitraan ini yang bakal segera kami luncurkan," ujar Lutfyah.

Rencananya, ia akan membuka paket kemitraan gerai kontainer tersebut dengan investasi sebesar Rp 45 juta. Fasilitas yang akan mitra dapatkan termasuk pelatihan dan konsultasi usaha.

Langkah lain Lutfyah mengembangkan bisnisnya adalah memperluas jangkauan areal pemasaran, tidak cuma berkutat di seputaran Jawa Timur. Jika tidak ada halangan, akhir tahun ini atau awal tahun depan, Bebek Kacong bakal ekspansi ke luar Jawa Timur. Nanti, manajemen gerai yang ada di luar wilayah Jawa Timur jadi tanggungjawab para mitra. Beda dengan saat ini, yang menjadi tanggungan pihak pusat.

Meski berniat ekspansi, Lutfyah masih berkutat untuk bisa menyelesaikan persoalan utama bisnisnya. Yakni, soal tenaga kerja yang kerap keluar masuk, dan bagaimana mengoptimalkan layanan kepada para konsumen.

Persoalan ini harus segera Lutfyah tuntaskan. Sebab, rata-rata omzet gerai Bebek Kacang sudah sesuai dengan target yang dia patok.

- Bebek Lieur

Pelaku usaha kuliner olahan bebek lainnya adalah Ikbal Kirang. Bisnis yang berkibar dengan nama Bebek Lieur ini beroperasi sejak 2012 lalu di Bandung, Jawa Barat.

Ketika KONTAN mengupas pada Mei 2018, Bebek Lieur baru memiliki satu mitra di Palembang dan dua gerai punya pusat di Bandung. Hingga tahun ini, belum ada penambahan jumlah mitra.

Ternyata, para mitra yang tertarik bergabung ingin memakai merek sendiri, bukan brand Bebek Lieur. "Saya tidak mau, karena brand, kan, sangat penting dalam bisnis. Itu sama saja mematikan bisnis saya," ungkap Ikbal.

Karena kendala tersebut, Ikbal menutup sementara penawaran kemitraan Bebek Lieur. Sampai sekarang, dia tengah fokus membenahi sistem manajemen usahanya. Mulai pengembangan produk hingga sistem kemitraan.

Soalnya, sudah ada lagi permintaan kemitraan dari berbagai pihak yang belum bisa terealisasi karena masih terkendala sistem pengelolaan. "Jadi untuk kemitraan, rencananya akan saya buka kembali jika sistem manajemen yang baru dan lebih baik sudah bisa beroperasi," ucapnya.

Kalau melihat gerai yang masih beroperasi, harga makanan yang Bebek Lieur tawarkan masih belum mengalami perubahan dari tahun lalu, mulai Rp 10.000 sampai Rp 35.000 per porsi.

Sebelumnya, Bebek Lieur menawarkan tiga paket investasi. Paket A senilai Rp 15 juta, Paket B sebesar Rp 25 juta, dan Paket Resto seharga Rp 500 juta. Kerjasama kemitraan untuk Paket A dan B, sistemnya jual putus. Sementara kongsi Paket Resto berlangsung selama tiga tahun. Setelah itu, mitra cukup membeli semua bahan baku makanan dari pusat. Mitra juga terkena biaya royalti 5% dari omzet setiap bulan.

- Bebek Kremes Isabella

Sama dengan Bebek Lieur, pemain kuliner olahan bebek lainnya, Bebek Kremes Isabella asal Yogyakarta juga sudah tidak lagi menawarkan kemitraan usaha sejak awal tahun ini. Sebelumnya, usaha milik Andre Yakub ini menawarkan kemitraan sejak 2014. "Kami stop karena sepi dan karyawan juga kerap keluar dan masuk," sebut Andre.

Bebek Kremes Isabella sempat menawarkan paket investasi dengan nilai Rp 75 juta. Dengan modal itu, mitra mendapatkan fasilitas kerjasama merek selama tiga tahun, bahan baku awal, pelatihan karyawan sekaligus mengolah bebek. Paket tersebut sudah termasuk franchise fee selama tiga tahun.

Selama menawarkan kemitraan, Andre baru menjaring dua mitra bisnis. Lantaran sudah tidak lagi membuka penawaran, ia pun melepaskan kemitraan usaha dengan kedua mitra bisnis itu. "Kedua mitra kami masih ada di Yogyakarta, tapi, ya, sudah kami lepas saja," tuturnya.

Lagipula saat ini, Andre lagi menekuni pekerjaan anyar, setelah tidak lagi mengurus Bebek Kremes Isabella. Kini, dia bekerja sebagai konsultan di salah satu bank.

Bebek Kremes Isabella saat masih beroperasi punya dua menu andalan dengan harga ramah di kantong, Rp 15.000 per porsi berikut sambal dan lalapan: bebek bakar dan bebek goreng kremes.

Tak lagi kwek kwek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×