kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis kentang goreng menantang


Sabtu, 02 Juli 2016 / 14:45 WIB
Bisnis kentang goreng menantang


Reporter: Elisabeth Adventa, Jane Aprilyani, Teodosius Domina | Editor: Rizki Caturini

Berbagai jenis camilan kerap mendapat respons positif dari masyarakat Indonesia. Karakter masyarakat yang suka jajan dan menjajal menu makanan baru membuat bisnis kuliner terus berkembang di tanah air, termasuk menu kentang goreng. Selain sebagai menu pendamping paket nasi dan ayam, kentang goreng juga bisa dijual terpisah dengan berbagai aneka bumbu taburan. Usaha ini biasanya dijalankan lewat sistem booth di pusat belanja atau di pinggir jalan raya.

Tidak sedikit pelaku usaha camilan ini menawarkan kemitraan untuk membiakkan usaha. Inilah yang membuat persaingan usaha kentang goreng semakin sengit.
Apakah usaha ini masih menarik untuk dijalankan? Kali ini KONTAN akan mengulas beberapa kemitraan usaha kentang goreng yaitu Mr Tornadoz, Pota Potatoes, dan Rumah Potatoes untuk mengetahui perkembangan usaha ini. Berikut ulasannya.

Mr Tornadoz

Usaha besutan Ruly Hermawan asal Bandung, Jawa Barat ini berdiri sejak 2002 silam.  Mr Tornadoz lantas mulai menawarkan kemitraan pada 2012. Saat KONTAN mengulas usaha ini pada 2014 lalu, jumlah mitra usaha yang bergabung sudah ratusan. Dengan sistem jual putus, Ruly bilang, mitra yang sudah bergabung kini sudah hampir seribu gerai di berbagai daerah di  Indonesia.

Tapi, menurut pengamatan Ruly, dari semua mitra yang sudah membeli paket kemitraannya, hanya sekitar 60% saja yang aktif, selebihnya tutup. Ia menjelaskan, ada berbagai kendala yang dihadapi mitra usahanya seperti sulitnya mencari SDM yang loyal, mahalnya ongkos kirim produk dan juga keterbatasan modal usaha.

Banyak calon mitra yang lokasinya di luar Jawa mengeluhkan mahalnya ongkos kirim gerobak serta peralatan usaha, Ruly pun menyiapkan alternatif agar mitranya memilih paket yang sederhana. “Saya biasanya arahkan ke paket yang tanpa gerobak, jadi hanya beli perlengkapan usaha dan bahan baku. Ongkos kirimnya jadi lebih murah juga,” terangnya.

Banyak juga mitra usaha yang tidak dapat rutin berjualan dan hanya berjualan di akhir pekan karena sulit mencari pegawai sehingga dipegang sendiri. Akibatnya, lama kelamaan usahanya sulit berkembang dan tutup. "Meski ada sejumlah mitra yang tutup, namun mitra baru yang bergabung tetap ada," ujarnya.  

Selain pasang-surut jumlah mitra, terdapat pula perubahan paket investasi Mr Tornadoz. Setidaknya, kini ada sekitar 11 paket investasi yang ditawarkan. Ada paket minimalis mulai Rp 1 juta, Rp 1,8 juta, Rp 2 juta, Rp 2,4 juta, Rp 3,25 juta dan Rp 3,5 juta. Sedangkan paket gerobak mulai Rp 4 juta, Rp 5 juta, Rp 6 juta, Rp 7 juta dan paket lengkap sebesar Rp 10 juta. “Sementara ini, untuk paket lengkap Rp 10 juta vakum dulu, karena stok mesinnya masih kosong,” ujar Ruly.

Paket minimalis mendapatkan fasilitas perlengkapan usaha dan bahan baku awal. Sedangkan paket gerobak, tentu mendapatkan fasilitas gerobak, perlengkapan usaha dan bahan baku awal.

Mr Tornadoz menjual kentang goreng berbentuk unik, seperti spiral, keriting, twisterdog, shoestring, dan wafel. Masing-masing menu dijual mulai Rp 5.000 hingga Rp 15.000 per porsi.

Untuk masalah omzet, Ruly mengaku tidak ada peningkatan yang siginifikan, rata-rata Rp 10 juta–Rp 12 juta per bulan. “Semakin ke sini, pelaku usahanya makin banyak, jadi saingannya juga makin ketat,” tuturnya. Ia juga merasa tren kentang goreng mulai meredup.

Pota Potatoes

Bisnis kentang goreng ini berada di bawah naungan perusahaan Pioni Adya Group (PAG). Usaha yang berdiri tahun 2009 ini mulai menawarkan kemitraan tahun 2011. Saat diulas KONTAN pada Januari 2015, tercatat ada 500 gerai yang tersebar di Indonesia, di antaranya 11 gerai pusat dan sisanya milik mitra. Kini, gerai mitra pun bertambah 370 gerai dari Kalimantan dan Sulawesi, serta menambah dua gerai pusat di Yogyakarta dan Magelang.

Tidak hanya penambahan gerai mitra dan pusat, Dana Prihadi, pemilik Pota Potatoes bilang, nilai paket investasinya pun naik turun. Sebelumnya ada tiga paket investasi, yakni senilai Rp 30 juta, Rp 7 juta, dan Rp 5 juta. Kini ada empat paket investasi, yaitu paket standar senilai Rp 6 juta, paket super Rp 7 juta, paket eksklusif Rp 11 juta, dan paket non gerai senilai Rp 3 juta.

Perbedaan tiga paket gerai terletak pada bahan baku dan jenis booth yang digunakan, sementara paket non gerai disediakan bagi pemitra yang menjual produk Pota Potatoes dan sudah memiliki gerai di pusat perbelanjaan atau yang suka mengikuti bazaar.

Tidak ada biaya royalti, namun bahan baku bumbu harus beli ke pusat. Sebelumnya Pota Potatoes menyajikan empat menu andalan kentang goreng yaitu Pota Stick, Pota Cass, Pota Mayors, dan Pota Lintang. Kini, ada tambahan dua menu yaitu Pota Queen Friz dan Pta Vinchi dengan penambahan mayonaise atau sausnya seperti barberkyu, lada hitam dan keju. Harga jual kentang gorengnya Rp 6.000 per porsi–Rp 10.000 per porsi untuk rasa spesial.

Mitra yang bergabung dengan Pota Potatoes,  menurut Dana mampu menjual 171 porsi dengan omzet sekitar Rp 35 juta per bulan. Meskipun begitu, dia mengaku masih ada kendala yang dihadapi seperti masalah ketersediaan SDM dan mencari lokasi usaha yang strategis. “Jika mitra minta bantuan, pusat akan membantu survei lokasi,” tutur Dana Prihadi, pemilik Pota Potatoes. Targetnya Pota Potatoes bisa menggandeng 150 mitra lagi sepanjang tahun ini.

Rumah Potatoes

Pelaku usaha yang lain adalah Widianto dengan bendera usaha Rumah Potatoes. Ia mendirikan bisnis ini pada tahun 2009 dan menawarkan kemitraan satu tahun kemudian, atau sekitar tahun 2010. Ketika KONTAN mengulas bisnisnya pada bulan Juli 2015 yang lalu, Widianto memiliki 37 mitra yang tersebar di Jakarta, Yogyakarta, Purwokerto, dan Makassar. Namun sayang, saat ini ia tidak lagi menawarkan sistem kemitraan. Praktis, jalinan kerja sama dengan mitra-mitra di daerah pun berhenti.

Widianto bilang kendala utama dalam menjalankan bisnis ini adalah minat masyarakat yang menurun. Pasalnya bisnis makanan ringan seperti ini merupakan bisnis musiman. Selain itu, ia merasa kompetisi pada menu ini terjadi begitu ketat karena mudah ditiru. Karena merasa tidak mampu bersaing dengan usaha sejenis, dia pun memutuskan untuk beralih menjalankan usaha yang lain yaitu cuci motor dan peternakan.

Meski begitu, mitra usaha yang sudah bergabung sebelumnya bisa tetap beroperasi secara mandiri. Widianto bercerita, awalnya dia menawarkan paket investasi senilai Rp 6 juta. Dengan nilai itu mitra akan mendapat bahan baku dan peralatan lengkap, seperti gerobak, kompor, regulator, wajan, spanduk seragam, dan sebagainya. Ia pun tidak mematok biaya royalti. Mitra hanya diwajibkan membeli bahan baku, bumbu, dan saus dari pusat.

Rumah Potatoes menawarkan 12 varian rasa, di antaranya jagung bakar, pedas, black pepper, barbekyu, pizza, balado, keju, dan sebagainya. Harga jualnya dipatok Rp 6.000 hingga Rp 11.000 per porsi. Satu gerai tadinya bisa menjual minimal 50 porsi. Dari situ omzet yang bisa didapat berkisar Rp 100.000 hingga Rp 300.000 per hari atau sekitar Rp 5 juta per bulan.   

Menurut Erwin Halim, Pengamat Waralaba dari Proverb Consulting, peluang usaha dari kentang goreng sebenarnya masih besar dan pasarnya tersebar luas di tanah air. Bisnis camilan ini  tetap bertumbuh dan diminati di masyarakat.  

Tidak hanya peluang bisnis yang masih besar dan berpotensi berkembang, tawaran kemitraannya pun kian beragam. Namun, dari tawaran kemitraan yang ada, perkembangannya akan berbeda karena pemilik usaha memiliki strategi pemasaran berbeda-beda untuk menarik calon mitra baru.

Selain itu, model bisnis yang ditawarkan pelaku usaha pun berbeda. “Sehingga ada yang stagnan jumlah gerainya, ada yang cepat mendapat mitra dan berkembang biak gerainya, dan ada juga yang mengganti lini bisnis karena tidak mampu bersaing,” tuturnya.

Erwin menyebut, apapun produk yang ditawarkan akan lebih baik memperhatikan beberapa hal. Salah satunya lokasi usaha. Sebab, area lokasi berpengaruh besar pada keberlanjutan bisnis dan cara untuk memasarkan produknya ke pelanggan. Jika sudah mendapat lokasi usaha yang dikelilingi area keramaian, "Kendala untuk mencari sumber daya manusia akan teratasi," ujarnya.

Untuk bisa mengatasi kendala kekurangan SDM, Erwin menyarankan untuk selalu didukung oleh pusat. Sehingga bukan acuan cepat mendapat mitra atau membuka gerai, melainkan keberlangsungan usaha menjadi poin penting. Harus ada sistem dan manajemen yang terkoordinasi antara pemilik usaha dengan mitra usaha agar kendala SDM dan lainnya dapat teratasi.                      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×