kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis klinik kecantikan tetap ciamik


Minggu, 02 Desember 2012 / 18:27 WIB
Bisnis klinik kecantikan tetap ciamik
ILUSTRASI. Tertekan pandemi, ini harapan pengusaha rokok terkait pelunasan pita cukai


Reporter: Noverius Laoli, Marantina, Revi Yohana | Editor: Havid Vebri

Bagi kaum hawa, keinginan tampil cantik, modis, dan trendi bagi kaum hawa sudah menjadi salah satu kebutuhan. Meskipun harus merogoh kocek lebih dalam untuk memenuhi kebutuhan ini, orang tetap mencari layanan perawatan kecantikan.

Pertumbuhan tempat-tempat klinik layanan kecantikan menjadi salah satu bukti tingginya permintaan terhadap layanan kecantikan.

Kali ini, KONTAN mengulas tiga pemain di bisnis klinik kecantikan yang sudah beroperasi lebih dari satu tahun mengaku bisnis mereka ini mengalami pertumbuhan. Baik itu pertumbuhan dari segi pelanggan, maupun calon mitra yang membuka cabang baru.

Meskipun persaingan semakin ketat, mereka tetap bertahan lantaran terus meningkatkan layanan dan melakukan sejumlah terobosan baru yang sifatnya inovatif untuk mengait pelanggan.

Miracle Aesthetic Clinic 

KONTAN sudah mengulas tawaran waralaba dari Miracle Aesthetic Clinic pada Agustus 2011 lalu. Kala itu, klinik kecantikan yang berdiri sejak 1997 di Surabaya ini, sudah memiliki 16 gerai.

Kini setelah satu tahun berselang, Miracle telah memiliki 18 gerai, sembilan di antaranya milik sendiri. Gerai tersebut tersebar di sejumlah tempat, seperti Surabaya, Jakarta, Malang, Denpasar, Balikpapan, Batam, dan Manado.

Jequalyn, Manager Waralaba Micracle Clinic mengatakan, pertumbuhan jumlah gerai memang tidak signifikan. Pasalnya, modal mengambil waralaba kinik yang ditawarkan sejak tahun 2003 ini cukup mahal, yakni Rp 2,5 miliar.

"Sampai saat ini, biaya investasi itu belum berubah," ujarnya. Investasi sebesar itu sudah termasuk biaya waralaba sebesar Rp 250 juta untuk masa kerjasama lima tahun.

Selain itu, investasi tersebut juga digunakan untuk perekrutan dan pelatihan karyawan, pembelian alat-alat medis, persiapan promosi dan biaya operasional awal. Biaya perekrutan tergolong mahal karena dibutuhkan sebanyak 26 karyawan.

Mereka adalah dokter, suster, terapis, dan staf administrasi. Jumlah dokter sangat tergantung berapa banyak kamar perawatan. Miracle mensyarakatkan terwaralaba memiliki tempat usaha seukuran ruko dengan tiga lantai seluas 10 meter (m) x 15 m. Selain itu, lokasi harus terletak di pusat keramaian, seperti mal, perkantoran, kampus atau pertokoan.

Menurut Jequalyn, target omzet saat ini sebesar Rp 300 juta per bulan, lebih tinggi dari target omzet 2011 sebesar Rp 250 juta per bulan. Terwaralaba juga diwajibkan membayar royalty fee sebesar 6% dari omzet per bulan.

Dengan komponen ini, asumsi balik modal diperkirakan tiga tahun hingga 3,5 tahun setelah beroperasi. Saat ini, Miracle belum menaikkan tarif biaya perawatan kecantikan.

Sebagai contoh, tarif satu tindakan perawatan seperti potong rambut dan facial sebesar Rp 50.000. Khusus paket perawatan kulit muka, tarifnya minimal Rp 250.000.

Selama ini, Miracle lebih menyasar pangsa pasar masyarakat kelas menengah ke atas. Pelanggannya sebagian besar kalangan artis, istri pejabat, dan para figur publik yang selalu peduli dengan penampilan.

Esther House of Beauty

Esther House of Beauty merupakan bisnis klinik kecantikan yang telah berdiri sejak 1998 di Surabaya, Jawa Timur. Ketika KONTAN mengulas tentang klinik kecantikan ini pada akhir tahun lalu, Esther House memiliki 22 gerai di 19 kota besar, seperti Surabaya, Malang, dan Madiun.

Tahun ini, gerainnya bertambah dua sehingga total menjadi 24 gerai. Emmanuel Naraswara dari Divisi Pengembangan Bisnis Esther House bilang, dua gerai baru berada di Tulungagung, Jawa Timur dan Kuta, Bali.

Menurut pria yang akrab dipanggil Naraswara ini, Esther House memang tidak sembarangan menjalin kemitraan. Mereka menyeleksi ketat calon mitra. “Kami ingin mitra serius dan berkomitmen, bukan yang asal punya duit,” katanya.

Kala pertama kali menawarkan kemitraan pada 2007, Esther House mematok biaya investasi sebesar Rp 350 juta. Selang lima tahun, Naraswara bilang, ada peningkatan biaya investasi.

Tapi, ia menolak menyebutkan angka pasti. Angka itu hanya diberikan pada mitra yang sudah menjalani tahap-tahap kemitraan. “Misalnya, saya bilang biaya investasi Rp 500 juta, itu hanya jadi angka bagi calon mitra dan jarang yang mau tahu lebih lanjut,” tandasnya.

Kenaikan tarif jasa juga terjadi pada layanan facial. Sebelumnya, tarifnya berkisar Rp 85.000 hingga Rp 120.000, kini gerai itu mematok tarif Rp 150.000 bagi pelanggan.

Namun, menurut Naraswara, belum ada perubahan signifikan pada bisnis klinik kecantikan ini. Salon ini masih mengandalkan layanan facial dan mengusung konsep advance therapy dalam paket perawatan lain.

Beberapa peralatan standar di klinik Esther House antara lain komedo ekstraktor, caulter, steam, bahkan laser. Tiap peralatan mempunyai fungsi masing-masing. Sinar laser, misalnya, cocok bagi pelanggan yang ingin cepat merasakan hasil perawatan wajah.

Ke depan, Esther House berencana menjangkau lebih banyak mitra dengan menggencarkan promosi. “Kami akan berpromosi lewat media,” kata Naraswara.

House of Ristra

House of Ristra menawarkan berbagai layanan perawatan kecantikan, mulai perawatan kulit, rambut, kuku, tubuh, tangan, hingga kaki. Di bawah bendera usaha PT Ristra House yang bermarkas di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, salon ini sudah menawarkan kemitraan sejak awal tahun 2009 lalu.

KONTAN sudah mengulas sistem kemitraan House of Ristra pada April 2011 lalu. Kala itu, klinik kecantikan ini memiliki 20 gerai di Jabodetabek, Jayapura, Solo, Yogyakarta, Samarinda, Padang, dan Bengkulu.

Tahun ini, mitra House of Ristra sudah bertambah dua cabang, sehingga total gerai ada 22 cabang. Tiga di antaranya milik pusat, lainnya milik mitra.

"Di awal tahun ini, kami baru membuka satu gerai di Serpong," tutur Fenny Lienuyati, Bussiness Manager House of Ristra. Akhir tahun ini, ada satu gerai mitra dibangun di Surabaya.

Fenny mengamini, pertumbuhan gerai tidak terlalu signifikan setahun terakhir. Penyebabnya, pusat tengah membenahi manajemen terlebih dahulu. "Selain itu, nilai investasinya cukup besar," ujarnya.

Biaya investasi House of Ristra saat ini meningkat dari tahun lalu. Sebelumnya, investasi membuka satu gerai House of Ristra sebesar Rp 700 juta, di luar tempat.

Saat ini, menurut Fenny, nilainya meningkat menjadi Rp 800 juta, di luar tempat. Mitra wajib menyediakan lokasi minimal 200 meter persegi.

Kenaikan harga kemitraan juga diiringi dengan kenaikan biaya perawatan di House of Ristra. Jika awalnya berada di kisaran Rp 17.000 hingga Rp 350.000, kini tarifnya minimal Rp 50.000 dengan maksimal Rp 350.000.

Pusat terus mengembangkan beragam perawatan untuk melengkapi layanan. "Kami terus mengikuti perkembangan ilmu medis yang dapat diterapkan pada kecantikan," ungkap Fenny.

Fenny optimistis dengan perkembangan House of Ristra. Peminat yang ingin menjadi mitra masih banyak. Pasalnya, House of Ristra merupakan perawatan kecantikan berbasis klinis.

Seluruh produk berdasarkan uji coba secara klinis dan diberikan atas rekomendasi dokter atau ahli kecantikan. "Pelanggan tidak terbatas wanita. Para pria juga sadar akan perawatan wajah dan tubuh," tuturnya.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×