kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,14   10,84   1.19%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis olahan mi masih melar


Sabtu, 02 April 2016 / 12:00 WIB
Bisnis olahan mi masih melar


Reporter: Elisabeth Adventa, Jane Aprilyani, Teodosius Domina | Editor: Rizki Caturini

Bisnis kuliner memang menjadi salah satu sektor yang cukup menjanjikan untuk digeluti. Pangsa pasar yang luas membuat potensi balik modal usaha ini relatif cepat. Tak heran jika bisnis di bidang ini cenderung stabil dan ramai untuk digeluti. Salah satunya ialah kuliner olahan mi.

Makanan berkarbohidrat ini dapat menggantikan nasi karena sifatnya juga mengenyangkan perut. Olahannya yang kian hari makin beragam membuat pecinta olahan mi makin banyak mendapatkan pilihan, mulai dari bumbu yang digunakan hingga cara penyajian dan topping sebagai tambahan.   

Banyak juga pengusaha olahan mi yang menawarkan kemitraan usaha untuk mengembangkan usaha. Di antaranya Kober Mi Setan, Mie Gubrakkk, dan Mie Ayam & Hotplate “Eddy Group”. Ketiga  merek usaha ini menawarkan menu olahan mi dengan keunikan masing-masing agar dapat bertahan di tengah sengitnya persaingan usaha. Berikut ulasannya:

Kober Mi Setan

Bisnis olahan mi yang ditawarkan si pemilik usaha yakni Gemmy Kober asal Malang, Jawa Timur ini adalah mi pedas. Dia menerapkan konsep resto sejak 2011 lalu. Demi memperluas peluang bisnisnya, Kober Mi Setan membuka peluang kemitraan sejak 2012. Saat KONTAN mengulasnya 2014 lalu, gerai mitranya sudah ada lima, tersebar di Gresik, Jember, Surabaya, Malang, dan Bali.

Saat ini, Kober Mi Setan memiliki empat gerai mitra baru, jadi total gerai ada sembilan gerai. Wilayahnya masih sama, Jawa Timur dan Bali. Beberapa bulan ke depan, rencananya akan menambah dua gerai baru di Kediri dan Bali.

Paket investasi yang ditawarkan masih sama, mulai Rp 700 juta hingga Rp 1,3 miliar. Biaya investasi tergantung luas tempat usaha dan kebutuhan dana untuk merenovasi tempat. Pusat akan menjalankan seluruh manajemen operasional bisnis milik mitra. Gemmy mengungkapkan, rata-rata omzet yang didapat tiap gerai mencapai Rp 350 juta tiap bulan. “Target balik modal dari pusat sendiri sekitar satu tahun,” ujar Gemmy.

Setelah mitra balik modal,  pusat akan memberlakukan sistem bagi hasil 50:50. Mitra juga diwajibkan membeli bahan baku utama dari pusat untuk menjaga kualitas rasa.
Menu utama yang ditawarkan tetap mi pedas dengan level kepedasan yang dapat dipilih oleh pelanggan. Mi pedas dijajakan mulai dari level satu hingga level lima, dengan takaran cabai yang berbeda-beda. Ada juga menu lain seperti dimsum, sushi, dan chicken wings.

Gemmy mengaku tidak ada kendala yang berarti untuk bisnis kemitraannya. Sebab Kober Mi Setan memang menjamin pengelolaan dan manajemen kemitraannya pada pusat, sehingga mitra hanya menyiapkan lokasi dan biaya investasi. Fluktuasi harga bahan baku seperti cabai menurut Gemmy masih bisa diatasi. Justru di tengah harga cabai melonjak, Kober Mi Setan makin gencar berpromosi agar omzet bisa tercapai maksimal dan mampu menutupi biaya operasional. Gemmy menargetkan penambahan minimal lima mitra untuk tahun ini.

Mie Gubrakkk

Pengusaha lain yang menawarkan menu utama olahan mi adalah Asri Satriana. Ia menjalankan bisnis ini sejak Januari 2013 bersama suaminya, Gogor Gubhah. Beberapa bulan kemudian pada pertengahan tahun 2013 ia mulai  menawarkan kemitraan. KONTAN pernah mengulas bisnis yang ia namai Mie Gubrakkk ini pada Januari 2015. Waktu itu ia memiliki lima mitra di Semarang dan satu mitra di Yogyakarta.

Saat ini mitra usaha Mie Gubrak tetap enam mitra, karena ada yang buka tapi mitra yang lain juga tutup. "Salah satu alasannya karena sewa tempat usaha sudah habis dan pemilik tempat tidak memperperpanjang sewa sehingga mitra ikut berhenti menjalankan usaha," ungkap Gogor.

Tahun ini, Gogor tidak menargetkan penambahan jumlah mitra Mie Gubrakkk karena sedang mengembangkan bisnis kuliner yang lain, yaitu Mie Barokah. Ia bilang, mendapatkan lokasi yang strategis untuk menjalankan usaha menjadi kendala utama dalam bisnisnya. "Kalau soal rasa, bisa dibilang tidak menjadi kendala karena sudah terbukti paling tidak tiga tahun ada gerai yang laris terus," tutur pria asal Semarang ini.

Sedangkan soal paket kemitraan ada penambahan. Awalnya hanya satu paket senilai Rp 78 juta. Biaya tersebut meliputi sewa tempat selama setahun, pelatihan, perlengkapan promosi, mesin pembuat mi, mesin kasir, interior ruangan dan peralatan lengkap.

Saat ini ada tambahan paket yang lebih murah yakni paket small senilai Rp 25 juta hingga Rp 35 juta dan paket medium dengan nilai Rp 60 juta hingga Rp 75 juta. Mie Gubrakkk menerapkan sistem keuangan syariah. Semua biaya investasi yang dikeluarkan akan diketahui dan ditentukan kedua belah pihak.

Mie Gubrakkk menyajikan mi sebagai menu utama dengan beberapa level, level tiga sampai sembilan serta plus-plus. Ada pilihan taburan seperti potongan ayam, jamur, atau daging sapi. Ada juga makanan berat yang dijajakkan yaitu nasi goreng dengan pilihan campuran bakso, sosis, kornat, telur atau rendang.

Harga jual menu bervariatif, tergantung lokasi usaha. Di Semarang, harga menu makanan utama kisaran Rp 7.000 hingga Rp 13.000 per porsi, sedangkan minuman mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 10.000 per gelas. Gogor menghitung kalau dalam sehari bisa menjual 100 mangkuk mi ayam dengan harga per porsi Rp 8.000 per porsi  Darisitu, mitra bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 700.000 per hari, atau Rp 21 juta per bulan. Ada sistem bagi hasil 60:40 untuk pusat dan 10% untuk sedekah.

Mie Ayam & Hotplate Eddy Group

Pelaku usaha lainnya adalah Eddy Santoso yang mendirikan usaha Mie Ayam & Hotplate pada Mei 2010. Untuk mengembangkan usaha dia menawarkan kemitraan tahun 2015. Saat diulas KONTAN di tahun lalu, gerai yang dimiliki Mie Ayam & Hotplate Eddy Group ada tujuh  gerai diantaranya enam gerai milik mitra di Solo, Yogyakarta, dan Jakarta. Sementara satu gerai lagi milik pusat di Solo. Kini, gerai mitra bertambah empat menjadi 11 gerai serta pusat tetap memiliki satu gerai.

Paket investasinya bertambah dari Rp 20 juta dan Rp 50 juta menjadi Rp 25 juta dan Rp 60 juta. Eddy mengatakan, kenaikan nilai investasi mengikuti harga bahan baku yang meningkat. Mitra akan mendapat perlengkapan dan peralatan, media promosi, pelatihan dan mesin pembuat mi.

Kemitraan yang terjalin selama lima tahun ini tidak mengutip biaya royalti, namun mitra wajib membeli bahan baku dari pusat. Dan untuk biaya perpanjangan kerjasama,  akan dibicarakan selanjutnya.

Namun Eddy bilang harga menu mi ayam masih sama. Untuk 10 menu varian mie ayam hotplate, mie sapi hotplate, mie ayam hotplate plus bakso, mie sapi hotplate plus bakso, mie ayam original, mie sapi original, mie ayam mangkok pangsit, dijual berkisar Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per porsi.

Mitra ditargetkan bisa menjual 100 mangkuk−200 mangkuk per hari. Sehingga diperkirakan omzetnya sekitar Rp 90 juta per bulan. Capaian ini pun tak lepas dari pemasaran melalui media elektronik dan media sosial. Namun, Eddy mengeluhkan biaya pengiriman bahan baku kepada mitra terus meningkat. Ia menargetkan bisa menggandeng 30 mitra di tahun ini.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×