kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis pizza lokal masih bertahan


Sabtu, 01 Februari 2014 / 10:10 WIB
Bisnis pizza lokal masih bertahan
ILUSTRASI. Sup Tomat Marinara (dok/Jessica in the Kitchen)


Reporter: Marantina, Tri Sulistiowati, Pratama Guitarra, Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Rizki Caturini

PIZZA, kuliner khas Italia sudah bukan lagi makanan yang asing bagi masyarakat Indonesia. Peminatnya sudah sangat banyak di Indonesia seperti terlihat dari banyak gerai-gerai kuiner yang menyajikan pizza sebagai menu utamanya. Tidak hanya gerai atau restoran asing yang premium, pizza lokal yang dijajakan di booth atau gerobak pinggir jalan pun menjamur.

Para pengusaha pizza lokal ini berusaha membidik peruntungan dari bisnis pizza untuk kalangan menengah ke bawah. Memang, sekarang pizza tidak lagi identik dengan makanan mewah. Tidak sedikit dari mereka pun menawarkan kemitraan. Kali ini KONTAN membahas tiga kemitraan bisnis pizza lokal, yakni Pizza Rakyat, Radja Pizza dan Pizza Van Java. Dari ketiganya, hanya Pizza Java yang tidak mengalami peningkatan jumlah gerai. Meski persaingan kian ketat, mereka tetap berusaha untuk mengembangkan usaha. Berikut ulasannya.

n Pizza Rakyat

Pizza Rakyat termasuk salah satu kemitraan pizza yang mampu berkembang dari tahun ke tahun. Menu dan harga pizza ini bisa dinikmati semua kalangan.

Dewi Supartini merintis usaha ini pada akhir 2009. Setahun kemudian, ia mulai menawarkan kemitraan. KONTAN pernah dua kali mengulas kemitraan Pizza Rakyat, dan yang terakhir pada Maret 2013. Saat itu sudah ada 170 gerai. Tiga diantaranya miliki pusat, sisanya milik mitra.
Sekarang, jumlah gerai Pizza Rakyat sudah hampir mencapai 200 gerai. Gerai-gerai itu tersebar di wilayah Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, hingga Papua.

Ia menuturkan, gerainya bisa terus bertambah, karena pihak pusat benar-benar berupaya mengembangkan usaha milik mitra. Ada tim pemasaran yang membuka konsultasi via telepon, sehingga mitra bisa berkonsultasi dengan intensif. Manajemen Pizza Rakyat juga aktif melayani mitra melalui jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter.

Dewi juga masih gencar mempromosikan pizza Rakyat, sehingga mitra merasa puas, dan berpotensi membeli lebih dari satu gerai atau merekomendasikan kepada orang lain.

Saat ini, masih ada lima jenis menu utama pizza yang disajikan dengan kisaran harga Rp 12.000-Rp 17.000 per porsi. Namun, Dewi bilang, untuk harga disesuaikan dengan lokasi. Misalnya, di pulau Jawa, pizza dengan topping daging sapi lebih laku ketimbang topping ayam. Sebaliknya, di kawasan Sumatera, pizza ayam cincang justru jauh lebih diminati.

Harga paket kemitraan Pizza Rakyat sudah naik. Calon mitra bisa memilih di antara tiga paket, yakni Paket Reguler seharga Rp 12 juta, lalu Paket Favorit seharga Rp 14 juta, dan Paket Super senilai Rp 17 juta.

Perbedaan ketiganya pada bentuk dan besar booth. Semakin mahal paket, booth yang didapat semakin besar. Selain booth, mitra akan mendapatkan satu set peralatan, bahan baku awal, pelatihan, serta media promosi.

n Radja Pizza

Usaha pizza asal Semarang, Jawa Tengah ini sudah dimulai sejak akhir 2010. Setahun kemudian, Radja Pizza menawarkan kemitraan. Ketika KONTAN mengulas bisnis ini pada September 2012, Radja Pizza sudah punya 30 gerai yang tersebar dari Sumatera hingga Sulawesi. Kini, Radja

Pizza sudah memiliki 92 gerai. Mayoritas berada di Jawa dan Sumatera. Dari total gerai tersebut, ada dua gerai yang dimiliki pusat dan sisanya merupakan milik mitra.

Abu Bakar, Manajer Radja Pizza menuturkan, Radja Pizza terus-menerus berpromosi di internet sehingga semakin banyak orang yang tahu. Sebab, menurut pengamatan dia, umumnya mitra mengetahui tawaran Radja Pizza dari internet. Selain itu, biaya investasi yang tergolong murah membuat orang tertarik menjalin kemitraan.

Dulu, Radja Pizza punya empat paket investasi dengan kisaran biaya Rp 9 juta-Rp 17,5 juta. Umumnya mitra mengambil paket termurah yakni paket tanpa gerobak atau booth. Untuk itu, saat ini, Radja Pizza hanya menawarkan satu paket tersebut bagi calon mitra. Dengan biaya Rp 9 juta, mitra mendapatkan bahan baku awal, seragam karyawan, dan pelatihan karyawan. Adapun gerobak atau booth disediakan sendiri oleh mitranya.

Radja Pizza menargetkan tiap gerai bisa menjual 25 loyang pizza per hari. Jadi, dari bisnis ini, mitra bisa mengantongi omzet Rp 300.000-Rp 400.000 per hari. Peningkatan omzet ini sudah naik dari tahun lalu. “Dulu mitra minimal dapat omzet sekitar Rp 7,5 juta, sekarang naik jadi Rp 9 juta,” kata Abu.

Selain peningkatan omzet, Radja Pizza juga menaikkan harga produknya. Tiap loyang Radja Pizza dibanderol dengan harga Rp 10.000-Rp 20.000 dari sebelumnya Rp 10.000-Rp 15.000. Sementara, variasi menu dan topping di Radja Pizza masih sama.

Abu bilang, persaingan di bisnis pizza murah sudah cukup ketat. Makanya, tahun ini Radja Pizza berencana menambah menu dan topping pizza.“Nanti kalau sudah jadi baru kami publikasikan,” ujarnya.

Di sisi lain, Abu Bakar berharap gerai Radja Pizza bertambah tahun ini. Targetnya, Radja Pizza mendirikan enam hingga enam cabang milik sendiri untuk melayani pasar di wilayah Semarang. Selain itu, Abu Bakar menargetkan  hingga akhir tahun, Radja Pizza sudah punya 185 gerai di seluruh pelosok Indonesia.

n Pizza Van Java

Brand pizza yang menyasar kelas menengah ke bawah ini sudah berdiri sejak awal 2010 di Cirebon, Jawa Barat. Peluang kemitraan bisnis ini mulai ditawarkan pada Agustus 2011. Saat KONTAN mengulas usaha ini maret tahun 2013 lalu, tercatat ada 11 gerai pizza Van Java. Tiga gerai milik pusat, dan sisanya punya mitra. Sayang, bisnis ini tak berjalan mulus. Karena pada tahun 2013, ada sekitar lima gerai  milik mitra yang ditutup lantaran  bisnisnya tidak dapat berkembang.

Manajer Pizza Van Java, Apik S. Rizal mengatakan, meskipun ada gerai yang ditutup tahun lalu, namun mereka juga mendapatkan lima mitra baru. Sayangnya, untuk tahun ini Pizza Van Java akan menutup peluang kemitraan untuk sementara. Alasannya, untuk melakukan perbaikan disisi branding dan nilai investasi. “Ada kemungkinan nanti nilai investasi akan berubah,” katanya kepada KONTAN.

Maklum saja, sejak tahun 2010 lalu modal bisnis ini tidak mengalami perubahan. Rencananya, kemitraan Pizza Van Java akan kembali dibuka pertengahan tahun ini.

Apik menambahkan bila tidak ada target khusus untuk mendapatkan mitra baru karena, mereka ingin lebih fokus untuk melakukan branding produk. Saat ini mereka masih dalam proses pembahasan strategi branding dan usaha baru.

Dari tahun lalu hingga saat ini tidak ada perubahan sistem bisnis Pizza Van Java. Lihat saja, paket investasinya masih tetap dua paket. Pertama, paket reguler seharga Rp 25 juta. Mitra akan memperoleh fasilitas pelatihan karyawan, satu booth lengkap dengan peralatan masak, bahan baku awal, paket promosi, freezer dan seragam.

Kedua, paket master franchise senilai Rp 75 juta untuk kerja sama selama lima tahun. Selain fasilitas seperti paket reguler, juga ada bonus alat produksi piza dan hak supplier pizza Van Java, termasuk tiga unit boks motor.

Agar tetap bisa bersaing, harga menu di Pizza Van Java masih tetap, yaitu di kisaran Rp 13.000-Rp 30.000 per loyang. Sampai saat ini, fruit javanesse pizza dengan topping buah-buahan masih menjadi andalan.        n

Evi Diah Puspitawati, Pengamat Waralaba dari International Franchise Business Management mengatakan, sebenarnya peluang usaha pizza lokal di Indonesia masih cukup bagus. Pasalnya, kuliner asal Italia tersebut sudah bukan hal yang asing lagi bagi lidah masyarakat Indonesia. Peminat pizza sudah banyak dan pemain dalam bisnis ini pun bertambah.

Seiring persaingan yang kian tinggi, Evi mengingatkan para pelaku bisnis kuliner pizza agar harus tetap waspada. Sebab, Pizza tetap saja bukan merupakan makan pokok masyarakat Indonesia. Makanan ini  bisa didikonsumsi pada siang atau malam hari, tapi hanya sebagai makanan selingan. Artinya, masyarakat mengonsumsi pizza sesekali ketika sedang jenuh mengonsumsi nasi.

Nah, Evi bilang, agar bisa berkembang, pengusaha harus memiliki konsep yang matang, mulai dari siapa segmen yang hendak disasar, pelayanan yang diberikan dan sebagainya. "Kalau asal-asalan saja, tidak akan bisa bertahan," ujarnya.

Evi mengatakan, pizza lokal sebaiknya menyasar segmen menengah ke bawah. Menurutnya, pelaku bisnis pizza lokal akan kewalahan jika menyasar segmen menengah atas karena nama yang lebih besar seperti Pizza Hut sudah merajai segmen tersebut dengan konsep yang sangat bagus. "Tidak mudah juga membuat pizza yang enak karena asalnya bukan dari sini," tuturnya.

Namun, jika ingin merambah ke segmen atas, Evi bilang, pemain lokal harus memiliki strategi dalam sistem  bisnis maupun menu. yang disajikan "Harus bisa menujukkan apa kelebihannya," ujar Evi.  n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×