Reporter: Denisa Kusuma, Elisabeth Adventa, Puspita Saraswati, Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.
KONTAN.CO.ID - Camilan roti bakar tentu tak asing bagi penikmat kuliner. Disajikan dengan beragam varian rasa, roti ini semakin renyah setelah melalui proses pemanggangan. Aromanya pun sedap dan nikmat disantap selagi hangat.
Faktor inilah yang membuat bisnis ini kerap ada di sejumlah tempat. Termasuk juga yang menawarkan kemitraan usaha. Namun, seiring persaingan yang kian ketat, para pengusaha roti bakar tidak kehilangan akal untuk selalu memberikan sentuhan anyar sebagai pengisi di dalam roti panggang tersebut. Apalagi, produk camilan aneka rupa dan rasa marak bermunculan di mana-mana.
Kurang lebih satu tahun lalu, KONTAN pernah mengulas kemitraan roti bakar. Kali ini mencoba melihat kembali perkembangan bisnis roti bakar. Apakah masih tetap menjanjikan sesuai dengan aromanya, atau malah semakin kalah bersaing dengan pemain lainnya. Berikut ulasannya:
Roti Bakar Nusantara
Kemitraan roti bakar yang pertama yakni usaha milik Fahri Nugroho. Ia membuka peluang kemitraan bagi calon pengusaha muda. Bisnis yang ia mulai sejak tahun 2012 di Yogyakarta ini kini sudah miliki 37 mitra yang bergabung. Para mitra tersebar di Yogyakarta dan sejumlah daerah di Jawa Tengah. Melihat hasil yang diklaim masih positif, ia ia menargetkan bisa menjaring hingga 50 mitra sampai akhir tahun ini.
Paket investasi yang ditawarkan pun masih sama dengan dua tahun lalu, yakni ada dua paket investasi. Bedanya, ada kenaikan investasi untuk paket investasi Gerobak. Kini, paket pertama yaitu Gerobak dibanderol Rp 5,3 juta. Dengan paket ini, mitra bisa mendapatkan fasilitas gerobak kayu eksklusif, bonus lampu, banner, kompor panggangan khusus, sendok selai, dan pisau potong. Selain itu, mitra juga akan mendapatkan pelatihan khusus karyawan, bebas royalti dan promosi gratis di media sosial.
Untuk paket investasi kedua yakni paket super hemat masih sama dengan sebelumnya. Yakni senilai Rp 3,3 juta. Mitra akan mendapat fasilitas both portable, kompor panggangan khusus ala roti bakar Nusantara, banner, pelatihan, pisau dan sendok selai. Jadi perbedaan diantara kedua paket tersebut ada di gerobak penjualannya saja.
Untuk bisa tetap bersaing, Roti Bakar Nusantara mulai menyediakan menu anyar pada tahun ini. Seperti choco crunchy oreo, red velvet, beef special, sosis dan abon dengan kisaran harga Rp 12.000 – Rp 15.000 per porsi.
Fahri menambahkan kendala dalam menjalin kemitraan usah tersebut justru berasal dari pemasok gerobak yang kadang terkendala. Persoalan ini bisa berakibat mitra sedikit terlambat dalam mendapat pasokan gerobak.
Untuk mengatasinya, ia tidak lagi mengandalkan pasokan gerobak dari satu sumber saja. Tapi menjalin kerjasama dengan pemasok gerobak yang lain. Kalau dulu ia hanya menjalin kerjasama dengan pemasok asal Yogyakarta saja, kini mulai menambah beberapa mitra pemasok. Salah satunya menjalin kerjasama dengan sejumlah warga di Kebumen.
Ia berharap dengan strategi tersebut, target bisa mengoperasikan 50 gerai kemitraan bisa terlaksana sampai akhir tahun ini.
Kalau ada mitra anyar yang tertarik, ia menargetkan bisa meraup omzet antara Rp 7 juta sampai Rp 8 juta per bulan. Sedangkan untuk mitra lawas omzet yang diraup per bulannya bisa lebih dari Rp 8 juta karena sudah mempunyai basis pelanggan.
Sedangkan perkiraan balik modal ia proyeksi bisa mencapai enam bulan. Tapi bisa lebih cepat bila omzet melampaui dari target lantaran margin keuntungan dari bisnis ini bisa 100%.
Roti Bakar Ww
Pelaku usaha lain adalah Adiharmawan asal Semarang, Jawa Tengah. Ia membesut bisnis roti bakar dengan merek Roti Bakar Ww sejak Mei 2015 dan menawarkan kemitraan setahun kemudian, pada Mei 2016. Saat diulas KONTAN Juni 2016, gerai Roti Bakar Ww sudah ada tujuh gerai yang tersebar di sekitar Semarang, Cepu, Pekalongan dan Brebes.
Dua tahun kemitraan berjalan, kini, gerai Roti Bakar Ww bertambah menjadi 10 gerai. Lima gerai milik pusat dan lima gerai milik mitra di sekitar Jepara, Pekalongan, Brebes dan Cilacap.
Adi menilai jika perkembangan kemitraan roti bakar yang ia tawarkan berjalan lambat dibanding kemitraan bisnis kuliner lain. "Menurut saya perkembangannya lumayan lambat. Sudah dua tahun, tapi baru nambah tiga gerai. Kalau kuliner lain, apalagi yang lagi tren, seperti martabak, pisang nugget atau ayam geprek pasti lebih cepat," ungkapnya.
Ia menilai jajanan roti bakar memang sudah tidak sepopuler jajanan lain. Tren roti bakar sudah mulai redup, tidak seperti tiga atau empat tahun lalu. Meski demikian, Adi tetap bersyukur karena masih bisa menambah gerai.
Ia mengungkapkan, sejumlah pelaku usaha roti bakar ada yang gulung tikar karena sepi pembeli. "Beberapa yang saya tahu, memang ada pelaku usaha yang menutup outlet atau ganti kuliner lain. Trennya sudah berubah. Jadi buat yang masih bertahan, seperti saya ini, harus rajin inovasi, terutama dari sisi menu," tutur Adi.
Selain itu, hal lain yang kerap menjadi kendala para pelaku usaha adalah memilih lokasi usaha dengan harga terjangkau, tapi strategis. Ia bilang di kota-kota besar, seperti Semarang, tempat usaha yang strategis dan harganya terjangkau sangat sulit untuk dicari. Sedangkan usaha roti bakar tidak mungkin bisa membayar sewa tempat yang terlalu mahal, kecuali berbentuk kafe.
Soal paket investasi yang ditawarkan, Adi mengatakan ada sedikit kenaikan paket investasi, yakni sebesar Rp 9 juta dan Rp 10 juta. Dari paket investasi yang awalnya Rp 8 juta dan Rp 9 juta.
Roti Bakar Ww sendiri, kini menyediakan 20 varian rasa buah yaitu durian, kiwi, mangga, melon, anggur, apel, jeruk, vanilla, cokelat, nanas, keju, kacang, dan rasa lainnya. Harga yang dibanderol untuk Roti Bakar Ww berkisar Rp 10.000 hingga Rp 17.000 per porsi.
Beveryl Hills
Kemitraan selanjutnya yakni besutan Ashari yaitu Roti Bakar Beverly Hills. Usaha yang sudah dirintis sejak tahun 1994 ini nampak berjalan dengan baik. Pasalnya, Ashari bakal membuka satu gerai pribadi di Jambi.
Saat ini sudah ada dua gerai pribadi yang semuanya berada di Yogyakarta. Sedangkan, untuk gerai mitra ada satu yang juga masih berada di kota gudeg.
Jumlah gerai Beverly Hills saat ini memang bertambah dari sebelumnya. Saat diulas KONTAN pada tahun 2017 lalu, gerai mitra tutup. Dan cuma tersisa dua gerai milik pribadi.
Sayang Ashari tidak menargetkan jumlah gerai mitra yang dipatok sampai akhir tahun ini. Bila ada mitra yang tertarik, pihaknya masih mematok banderol investasi yang sama dengan tahun sebelumnya yakni sebesar Rp 100 juta.
Dengan paket investasi tersebut, mitra bisa mendapat ragam fasilitas. Seperti penggunaan merek usaha, peralatan masak lengkap, bahan baku awal, pelatihan, branding, dan lainnya. Adapun kendalanya, dan ini menjadi perhatian mitra adalah sulit mencari karyawan.
Untuk mengakali kenaikan bahan baku, Ashari mengerek harga jual 15% dari tahun lalu. Kini harga menu di roti bakar ini berkisar Rp 7.000 sampai Rp 15.000 per porsi. Langkah lain menambah menu baru. Seperti rasa cocho cookies serta mie tuna dan kuah.
Perlu inovasi baru di bisnis roti bakar
Konsultan Usaha Djoko Kurniawan menilai, kemitraan roti bakar sejatinya masih punya prospek bisnis yang positif. Apalagi makanan ini banyak digemari anak muda.
Namun banyaknya pesaing di bisnis makanan dan camilan membuat para pebisnis di bidang roti bakar harus mulai memperkuat konsep bisnis dari roti bakar yang bersangkutan. "Konsep bisnis roti bakar tidak cukup lagi soal roti, selai dan kemudian dibakar," katanya ke KONTAN, Jumat (31/8).
Jadi perlu ada inovasi baru terhadap produk roti bakar. Bila ini terlaksana, maka bisa menimbulkan rasa keingintahuan dari para konsumen. Terutama kaum muda yang memang ingin ada sesuatu yang baru dari produk lawas.
Selain dari segi inovasi, Djoko juga menekankan perlunya paduan program pemasaran yang lebih terpadu. Sebab sudah tidak lagi jaman bisnis yang dioperasikan bakal berjalan sendirinya. "Apalagi untuk bisnis yang digandrungi kaum milineal, perlu ada integrated marketing communication atau komunikasi pemasaran yang terpadu," terangnya.
Pebisnis bisa melakukan berbagai macam bentuk pemasaran terpadu. Contohnya dengan membuat ragam kombinasi paket pemasaran terpadu. Seperti membuat paket roti bakar dengan minuman. "Ini bisa menjadi upaya untuk meningkatkan produk awareness di kalangan masyarakat," timpalnya.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah soal tambahan ragam menu di produk roti bakar. Untuk saran yang satu ini, sejatinya, para pebisnis roti bakar memang sudah melakoninya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News