Reporter: Elisabeth Adventa, Sugeng Adji Soenarso, Tri Sulistiowati, Venny Suryanto | Editor: Johana K.
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Roti bakar sudah menjadi makanan yang tidak asing bagi lidah orang kebanyakan. Menu ini pun tidak hanya dinikmati di pagi dan malam hari, tapi juga di sore hari sebagai teman minum teh atau kopi.
Meski bukan tergolong usaha kuliner populer, sektor bisnis ini masih berkembang. Bahkan, belakangan usaha roti bakar kembali menghangat seiring banyaknya pemain baru yang mengusung konsep kekinian.
Tampilan barunya berhasil menarik perhatian konsumen. Alhasil, tidak sedikit kedai roti bakar yang dipenuhi pelanggan.
Dianggap potensial dan termasuk bisnis yang tidak mati dimakan jaman, para pemilik usaha mulai mengembangkan usahanya dengan sistem kemitraan. Tujuannya, untuk mempercepat pembukaan cabang baru di berbagai kota.
Sayang, usaha keras mereka tidak selalu berbuah manis. Pasalnya, tidak sedikit usaha pemilik merek yang jalan ditempat, bahkan harus rela menutup usahanya. Alasannya beragam, mulai dari sulitnya mengatur manajemen karyawan, bahan baku, hingga tidak mampu bersaing lantaran gagal melakukan inovasi produk.
Untuk mengetahui lebih lanjut, kali ini KONTAN akan mengulas kembali tiga pemain roti bakar yang menawarkan kemitraan yaitu Roti Bakar Nusantara, Roti Bakar 88, dan Roti Bakar WW.
Roti Bakar Nusantara
Pelaku usaha kemitraan roti bakar ini adalah Fahri Nugroho asal Yogyakarta. Ia merintis bisnis Roti Bakar Nusantara sejak tahun 2012 lalu.
Saat diulas KONTAN pada Agustus 2017 lalu, gerai Roti Bakar Nusantara sudah berjumlah sekitar 20 gerai yang tersebar di Yogyakarta, Purworejo, dan Kebumen.
Fahri mengatakan sejak awal 2018, ada 20 mitra baru yang bergabung. Sehingga total gerai Roti Bakar Nusantara saat ini sudah mencapai 40 gerai. "Tiga gerai milik saya sendiri dan selebihnya milik mitra. Lalu ada sekitar 10 gerai milik mitra yang sudah tidak aktif," katanya.
Menurut Fahri, jika dilihat dari potensi, sebenarnya potensi pasarnya masih luas dan menjanjikan. Maka dari itu, ia optimistis mematok proyeksi keuntungan Roti Bakar Nusantara tahun ini bisa meningkat sampai 100% dari keuntungan tahun lalu. Meski begitu, Fahri mengakui jika pada saat sekarang ini investasi bisnis roti bakar semakin melambat.
Salah satu faktor, kata Fahri, adalah soal kendala dalam distribusi peralatan dan bahan baku ke mitra. Ia tak menampik jika dari pihak pemasok peralatan seperti gerobak dan bahan baku kadang mengalami keterlambatan sampai ke tangan mitra.
Imbasnya, mitra harus menunggu cukup lama untuk membuka gerai maupun menerima bahan baku. "Ada pemasok yang memang kadang telat membuat gerobak dan distribusi bahan bakunya," jelasnya.
Dari pengalaman tersebut, akhirnya Fahri membuat keputusan mencari pemasok lainnya sebagai cadangan. Tujuannya, supaya tidak terlalu tergantung terhadap satu pemasok saja. Alhasil, saat ini, ia sudah mempunyai beberapa pemasok di sejumlah daerah. "Jadi pasokan bahan baku dan peralatan menjadi aman," tuturnya.
Sedangkan dari nilai investasi kemitraan yang Roti Bakar Nusantara tawarkan belum berubah dari awal. Tengok saja, ada paket gerobak senilai Rp 5,3 juta dan paket super hemat sebesar Rp 3,3 juta saja.
Perbedaan kedua paket tersebut terletak pada fasilitas bahan gerobak dan jumlah peralatan yang didapat mitra. Kalau di paket gerobak, mitra akan mendapatkan gerobak dengan bahan baku kayu eksklusif, maka di paket super hemat menggunakan booth portable.
Kemitraan Roti Bakar Nusantara sendiri tidak menetapkan biaya royalti bulanan. Mitra hanya perlu membeli bahan baku, terutama roti, dari pusat.
Mitra yang baru bergabung diperkirakan masih bisa mengantongi omzet sekitar Rp 7 juta–Rp 8 juta per bulan. Sedangkan mitra yang sudah lama bergabung biasanya bisa lebih dari Rp 8 juta per bulan karena sudah punya pelanggan setia.
Untuk inovasi menu, Fahri mengatakan Roti Bakar Nusantara mengeluarkan menu dengan beberapa topping baru tahun ini, yakni choco crunchy oreo, red velvet, beef special, sosis dan abon. Harga jualnya sekitar Rp 12.000 – Rp 15.000 per satu porsi.
Roti Bakar 88
Usaha kuliner asal Tangerang, Banten yang berdiri sejak 2002 milik Irwan Tanusolihin ini pernah menawarkan kemitraan tahun 2010 silam. Sayang, sudah sejak tahun 2015 lalu, ia sudah tidak lagi menawarkan paket kemitraan lagi.
Terakhir diulas KONTAN, jumlah gerai mitra yang bergabung ada tujuh mitra dan 10 gerai pusat. Kondisi sekarang, sebetulnya jumlah gerai Roti Bakar 88 bertambah menjadi total 31 gerai.
Rinciannya, tujuh gerai yang ternyata masih tetap punya mitra, artinya memang tidak ada tambahan mitra, dan sebanyak 24 gerai lainnya merupakan gerai cabang. "Memang untuk saat ini, kami fokus untuk menambah cabang sendiri saja. Karena Roti Bakar 88 sejak 2015 sudah tidak menawarkan franchise lagi,” kata Irwan ke KONTAN.
Ia mengaku kesulitan dalam mengelola manajemen kemitraan. Terutama untuk tetap menjaga kualitas bagian makanan serta standar operasional prosedur (SOP). "Jadi para mitra sulit untuk bisa menjaga kepatuhan SOP dan menjaga konsistensi mutu makanan," jelasnya.
Kendala lain yang jadi penghambat bagi Irwan adalah banyak karyawan atau tenaga kerja yang keluar masuk, alias turn over karyawan tinggi. Faktor lainnya yang menjadi perhatian adalah persaingan bisnis roti bakar semakin ketat dengan pebisnis sejenis.
Meski begitu, ia tidak patah semangat. Untuk tetap membuat roda berputar, ia berinovasi dengan menambah menu makanan baru di Roti Bakar 88, jadi tidak melulu menu roti bakar saja. Misalnya ia menambah menu makanan lain semacam sate taichan, ayam geprek, roti john, dan indomie becek.
Varian menu tersebut ia banderol dengan harga mulai dari Rp 15.000 per porsi hingga Rp 20.000 per porsi. Sedangkan menu roti harganya mulai dari Rp 2.000 sampai Rp 25.000 per porsi.
Dengan inovasi tersebut bisnis Roti Bakar 88 masih tetap berjalan. Sepanjang tahun ini, ia sudah bisa menambah enam cabang yang tersebar di Tangerang, Banten, hingga Jakarta.
Roti Bakar WW
Kurangnya minat roti bakar di daerah Cepu, Jawa Timur membuat Adhidarmawan menutup usaha dan tawaran kemitraan Roti Bakar WW. Menurutnya, menu tersebut kurang pas dengan iklim daerah yang panas seperti di Cepu. "Roti bakar cocoknya di daerah dingin seperti Bogor atau Bandung, kalau di sini kurang prospek," keluhnya.
Alasan lain, rupanya Adhi merasa kewalahan mengelola kemitraan tersebut karena di saat bersamaan, ia tengah melakukan pekerjaan yang lainnya, yakni mencoba peruntungan di bisnis kuliner berbeda bersama teman-temannya. Sayang, ia tidak menyebut bidang usaha kuliner yang tengah digelutinya. Yang pasti, bisnis kuliner ia nilai masih punya potensi karena tengah tren saat ini.
Selain itu, ia juga tengah menyiapkan diri untuk membuka bisnis pribadi di bidang non kuliner yakni fashion.
Saat KONTAN ulas 2016, Adhi menawarkan dua paket kemitraan yaitu Rp 8 juta dan Rp 9 juta dan telah memiliki dua mitra yang tersebar di Brebes dan Pekalongan.
Terapkan sistem manajemen dan kontrol
Djoko Kurniawan, konsultan usaha tidak habis pikir melihat banyak kemitraan usaha roti bakar yang tidak berkembang. Sebab ia menilai potensi bisnis gerai kuliner jadoel tersebut, sebenarnya masih bisa berkembang dengan baik dan tidak harus kehilangan pasar.
Caranya memang tidak mudah. Para pebisnis tidak boleh berpangku tangan saja. Tentu, perlu ada upaya untuk bisa membalikkan nasib. Ia pun setuju kalau para pebisnis harus tegas menerapkan manajemen modern, seperti melakukan sistem operasi prosedur terhadap pengoperasian usaha tersebut. Mereka juga tak boleh melupakan pengawasan yang ketat terhadap bahan baku dan kualitas roti bakar. Sebab faktor tersebut menjadi kunci di bisnis kuliner, termasuk juga roti bakar.
Tanpa sistem manajemen dan pengawasan yang ketat, maka bakal timbul kendala yang besar ketika bisnis tersebut mulai tumbuh. Artinya mulai banyak gerai cabang atau milik mitra dan tersebar di daerah yang berbeda-beda.
Djoko juga mengkritisi kalau ada pebisnis yang tutup gara-gara persoalan tenaga kerja. Justru tenaga kerja jadi satu kesatuan di sistem manajemen. Artinya, manajemen tenaga kerja ini sudah diterapkan sejak awal, mulai dari perekrutan karyawan dan membuat pelatihan. Dan jangan lupakan pula menerapkan sistem punishment dan reward untuk memotivasi para karyawan.
Bila semua langkah tersebut sudah diterapkan oleh para pebisnis, maka ia optimistis, tidak ada bisnis kuliner yang tidak dapat berjalan, termasuk roti bakar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News