kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45922,10   12,79   1.41%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis tato UV kian menyala saja


Rabu, 01 Desember 2010 / 10:23 WIB
Bisnis tato UV kian menyala saja
ILUSTRASI. HSC Urban Farm


Reporter: Fahriyadi, Mona Tobing, Rivi Yulianti | Editor: Tri Adi

Booming tato ultraviolet alias UV sejak 2008 lalu terus bergulir hingga kini. Jenis tato yang bisa menyala saat terkena sorot lampu ini masih memiliki banyak penggemar karena unik. Cuma, pandangan yang salah menyebabkan pecinta tato cemas dengan seni tato tubuh ini.

Industri tato di Indonesia terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan peralatan seni tubuh ini. Seniman tato juga terus berkreasi dengan menciptakan tren baru, baik dari sisi gambar maupun teknologinya. Tato ultraviolet alias UV, salah satunya.

Pada dasarnya, Wisnu Wardana, pemilik Weishopremia Tattoo Studio di Palembang, mengatakan bahwa tak ada yang berbeda antara tato permanen biasa dengan tato UV, kecuali dari perangkat dan proses pengerjaannya yang sedikit lebih rumit.

Tato UV mulai booming di negara kita sejak tahun 2008 lalu. Umumnya, para penggemar tato konvensional beralih ke tato jenis ini karena ingin mencoba sesuatu yang beda. "Tato UV lebih unik, menarik, serta mempunyai nilai eksotis yang lebih dibandingkan dengan tato biasa," kata Wisnu.

Menurut Wisnu, pemakai tato jenis ini rata-rata adalah para clubber yang ingin hiasan tatonya menyala dan terlihat saat sedang berada di diskotek. Dalam sebulan, ada sekitar 10 sampai 20 permintaan pembuatan tato UV dengan tarif Rp 7.500 hingga Rp 9.000 per sentimeter (cm) yang datang ke dirinya.

Dari order itu, Wisnu yang memulai usaha tato tahun 2004 lalu bisa mengantongi omzet sekitar Rp 10 juta per bulan. Memang masih minim, sebab masyarakat Palembang belum terlalu gandrung dengan tato UV. "Tato jenis ini paling banyak diminati di kota-kota besar lainnya terutama di Jawa," ucapnya. Karena itu, Wisnu berminat memindahkan usahanya ke Jakarta.

Bobby Cahyadi, pemilik Banana Body Art di Jakarta yang sudah memulai usaha tato UV sejak 2007 lalu, membenarkan, peminat tato UV masih cukup terbatas. Penyebabnya, ongkos pembuatan tato UV lebih mahal ketimbang tato biasa. Ia membanderol biaya pengerjaan tato jenis ini ukuran 5 cm x 5 cm dengan harga Rp 700.000.

Selain ukuran, model tato juga mempengaruhi tarif pembuatan tato UV. "Model surealis lebih mahal ketimbang yang lain," ujar Bobby. Ia menambahkan, terbatasnya pasar juga terjadi lantaran tato UV masih belum terlalu dikenal masyarakat.

Rahmat Subagio, pemilik Skin Art Tatoo di Yogyakarta menjelaskan, biaya pembuatan tato UV sangat mahal karena tintanya juga mahal. Harga tinta berkisar Rp 5 juta untuk 5 macam warna.

Itu sebabnya, Rahmat mematok harga Rp 200.000-Rp 300.000 untuk pembuatan tato UV ukuran 5 cm x 5 cm. Adapun untuk ukuran yang lebih besar sekitar Rp 1,5 juta-Rp 2 juta.

Peminat tato UV lebih banyak pelajar dan mahasiswa. "Dalam seminggu saya hanya terima satu atau dua orang saja untuk pembuatan tato UV," katanya. Dari hasil seluruh pengerjaan tato UV, tiap bulan, Rahmat bisa memperoleh pendapatan sekitar Rp 10 juta.

Jika Wisnu, Bobby dan Rahmat, mengaku peminat tato UV yang datang ke mereka masih sedikit, tidak begitu dengan Julius Alex Sahetapy, yang membuka usaha tato permanen, tato temporer, dan body piercing dengan bendera Black Dragon sejak 2000. "Untuk tato UV, saya mulai sejak dua atau tiga tahun lalu," kata dia.

Alex bisa melayani 2-3 orang per hari hanya untuk pembuatan tato UV. "Tak jarang saya bisa menampung hingga lima klien tiap harinya," jelasnya. Tapi, ia hanya mau menangani pembuatan tato ini dengan tarif minimum Rp 500.000. Dari usaha pembuatan tato UV, Alex bisa mendapat omzet mencapai Rp 70 juta dalam sebulan.

Walau persaingan usaha seni tubuh ini semakin ketat, bagi Alex, pesanan pembuatan tato UV terus mengalir. "Buktinya, pesanan untuk membuat tato jenis ini sudah cukup padat hingga Januari tahun depan," ungkapnya.

Hanya, tato UV memiliki kelemahan. Makanya, Rahmat, bilang, peminat tato jenis ini cenderung menurun. "Mungkin karena orang sudah mengetahui karakteristik dari tato UV tato," katanya.

Selain tarifnya yang mahal, Rahmat menyebutkan, tato UV hanya terlihat dalam kondisi gelap dengan bantuan sinar ultra violet. Tato UV juga gampang memudar akibat perubahan kulit. Kemudian, tato tersebut juga dapat membuat kulit menjadi kusam, bahkan lambat laun akan menyebabkan gangguan kulit.

Wisnu menambahkan, faktor medis juga kerap membuat orang menjadi urung memakai tato UV. Banyak yang khawatir kandungan tinta untuk membuat tato UV berbahaya karena mampu menyebabkan kerusakan pada kulit.

Tapi, Wisnu menyatakan, semua kecemasan tersebut tidak perlu terjadi kalau pecinta tato datang ke workshop tato yang menggunakan tinta yang asli dan yang bersertifikat. Cuma, bagi orang yang mempunyai masalah kronis pada kulitnya, Wisnu sangat menyarankan agar tidak ditato UV.

Boby menambahkan, tinta fluorescent bagi tato UV memang sangat sensitif terhadap kulit, karena menimbulkan rasa gatal yang jauh lebih parah ketimbang tinta biasa. Makanya, pada saat tato masih dalam proses penyembuhan, sering pasien tidak tahan untuk menggaruk dan akibatnya merusak hasil akhir tato.

Inilah yang suka membuat Boby sedih. "Sudah capai-capai menato, hasilnya jelek hanya gara-gara digaruk," ujar Sekretaris Indonesian Subculture, organisasi yang mewadahi para pelaku body art di Indonesia, ini.

Boby juga bersama Indonesia Subculture juga sedang berusaha untuk meluruskan pandangan masayarakat yang salah tentang tato UV. "Katanya dapat menyebabkan kanker, padahal tidak," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×