Reporter: Cindy Silviana Sukma, Primasyah Kristanto, Rani Nossar, Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini
Bisnis karaoke menjadi tren dalam beberapa tahun terakhir. Tempat yang menyajikan wahana bernyanyi ini memang cocok dijadikan tempat hiburan bagi keluarga di akhir pekan atau tempat berkumpul bersama teman dan kolega sekadar untuk melepas penat. Lantaran pelaku usaha karaoke makin menjamur, pengunjung kini tidak harus bepergian jauh untuk mencari hiburan. Sebab, rata-rata tempat usaha karaoke sudah berada di pusat-pusat kota bahkan hingga pinggiran kota.
Itu membuat persaingan usaha karaoke makin sengit. Ada pengusaha karaoke yang masih gencar menambah mitra, namun ada pula yang merasa tidak perlu menambah mitra lagi karena usaha karaoke sudah menjamurnya. Sebagian pelaku usaha merasa lebih baik fokus mengembangkan mitra yang telah ada ketimbang menambah mitra baru.
Nah, kali ini, KONTAN akan mengulas kembali beberapa kemitraan usaha karaoke yang pernah ditulis sebelumnya, di antaranya More Box Karaoke, Happy Puppy, dan De'Tones.
More Box Karaoke
Usaha ini berdiri pada tahun 2010 di Bandung, Jawa Barat. Pada tahun yang sama, More Box mulai menawarkan kemitraan usaha. KONTAN pernah mengulas bisnis ini pada September 2012 lalu. Saat itu, gerainya baru ada enam milik mitra di Bandung.
Pemilik More Box, Muhamad Syaiful Sidik menyampaikan, saat ini, gerainya telah bertambah menjadi 10. Namun, jumlah gerai milik mitra tetap sama sebanyak enam, sehingga empat tambahan gerai adalah milik sendiri. Lokasi gerai kini tidak hanya di Bandung tapi juga di luar Bandung seperti Majalengka.
Biaya paket investasi yang ditawarkan dari tahun pertama berdiri hingga sekarang masih tetap sama sebesar Rp 220 juta. Sidik bilang, harga paket bisa tetap bertahan di angka yang sama karena untuk penyediaan perlengkapan seperti televisi dan sound system sudah bekerjasama dengan pihak yang bisa memberi harga sedikit miring. "Sehingga bisa hemat dan tidak harus menambah biaya," kata dia.
Sidik mengaku, jumlah mitra yang hingga kini belum bertambah disebabkan oleh dirinya yang sedang tidak terlalu fokus mengembangkan bisnis ini lantaran lebih fokus ke bisnis lain di bidang teknologi informasi. Selain itu, ia juga ingin membuka bisnis di bidang wisata seperti membuat guesthouse bagi wisatawan.
Alasan Sidik, semakin banyaknya pengusaha karaoke di Bandung membuatnya kurang bersemangat dalam mencari mitra. Selain itu, pendapatan terbesar dari usaha karaoke bukan karena orang bernyanyi, namun karena pemesanan makanannya. "Sekarang jadinya seperti rumah makan bernyanyi. Uang masuk banyak dari pemesanan makanannya, " kata dia kepada KONTAN.
Hingga akhir 2014, Sidik tidak menargetkan penambahan mitra, ia hanya fokus untuk mempertahankan usahanya agar tidak tutup. Ke depannya ia akan merenovasi tempat karaoke tidak lagi seperti ruangan tertutup, tapi lebih seperti akuarium yang dilapisi kaca tebal. "Semua ruangan akan dari kaca, tapi muka pengunjung tidak akan kelihatan, hanya saja kita bisa tahu di dalam ada orang, " kata dia.
Happy Puppy
Bisnis karaoke satu ini sudah berdiri sejak tahun 1992. KONTAN terakhir kali mengulas tentang bisnis ini pada Januari 2012. Saat itu, mitranya berjumlah 52 gerai yang tersebar hampir di kota-kota besar di Sumatra, Jawa, dan Kalimantan.
Saat ini, gerai Happy Puppy sudah bertambah menjadi 64 gerai yang tersebar hingga ke Sulawesi. Menurut Fani, staf waralaba Happy Puppy, prospek bisnis karaoke masih terbilang menjanjikan. Sebab, permintaan masyarakat di bidang hiburan seperti karaoke makin meningkat dari tahun ke tahun. “Masyarakat khususnya di kota-kota besar sering berkaraoke ria untuk melepas kepenatan seusai bekerja,” ujarnya.
Happy Puppy meningkatkan paket investasi yang semula Rp 3,5 miliar menjadi Rp 6,75 miliar. Menurut Fani, kenaikan ini terjadi karena permintaan karaoke yang semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga membuat paket investasi yang sebelumnya hanya menyediakan untuk 20 ruangan ditambah menjadi 30 ruangan. “Jika ingin menambah ruangan lagi, siapkan dana sebesar Rp 225 juta per ruangan,” ujarnya.
Kenaikan harga paket investasi juga diimbangi dengan menyediakan perangkat elektronik yang lebih canggih dari sebelumnya. Ini bertujuan untuk menambah kepuasan konsumen. Namun harga sewa ruang karaoke tidak naik, berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp 120.000 per jam.
Menurut Fani, kendala yang sering dialami mengembangkan bisnis karaoke adalah mengenai perizinan untuk mendirikan tempat usaha. Vani bilang, perizinan itu harus sesuai dengan kebijakan peraturan daerah masing masing. Oleh sebab itu, ia menyarankan supaya mitra tidak membuka tempat karaoke di dekat tempat ibadah maupun sekolah.
Hingga akhir tahun, Fani bilang, Happy Puppy menargetkan untuk menambah gerai lagi, namun tidak terlalu agresif. Sebab menyiapkan satu outlet bisa memakan waktu hingga 8 bulan. “Kami tidak bisa membuka 10 tempat tersebut secara serempak karena kami harus banyak mengkaji dulu tempat yang dipilih mitra, dan persiapannya harus matang,” kata dia.
De'Tones
Bisnis ini sudah eksis sejak empat tahun lalu. Perkembangan De'Tones memperlihatkan kemajuan yang cukup baik. Kini, mitra yang sudah bergabung ada empat yang tersebar di Palembang, Medan, Pontianak, dan Pekanbaru.
Sebelumnya, KONTAN sempat mengulas usaha ini pada tahun 2013 lalu. Saat itu, mitra yang bergabung hanya satu di Palembang. Manajer Operasional De' Tones, Pandi, mengatakan, saat ini mereka sedang menjajaki kerjasama dengan empat calon mitra baru di Bali, Jayapura, Gorontalo, dan Purwakarta. “Permintaan karaoke di daerah memang jauh lebih bagus,” katanya.
Selain menambah mitra, mereka juga menambah gerai pribadi di Depok. Sebelumnya, gerai mereka hanya berada di Serpong, Tangerang.
Untuk membesarkan usaha karaokenya, sejak awal tahun 2014, mereka menggandeng penyanyi solo kenamaan Afgan Sahreza dalam bisnis ini sehingga brand usaha menjadi De'Tones by Afgan.
Untuk urusan paket investasi, De'Tones by Afgan ini tidak berubah. Mereka masih menawarkan dua paket investasi. Pertama, paket investasi Rp 4 miliar hingga Rp 4,5 miliar. Kedua, paket investasi senilai Rp 5 miliar sampai dengan Rp 5,5 miliar. Tawaran kemitraan ini mengenakan biaya royalti sebesar 7% dari omzet tiap bulan.
Mitra diprediksi membutuhkan waktu sekitar 2,5 tahun untuk bisa balik modal. Dengan catatan, para mitra dapat mengantongi omzet sekitar Rp 300 juta hingga Rp 500 juta per bulan. Porsi keuntungan bersih yang didapatkan mitra setelah dikurangi biaya operasional dan lainnya adalah 25% hingga 30% dari omzet tiap bulannya.
Meski persaingan di bisnis hiburan makin ketat, namun Pandi mengaku jumlah pengunjung D'Tones justru kian meningkat. Dalam sehari, jumlah kunjungan tamu rata-rata mencapai 150 tamu. Untuk meningkatkan jumlah pengunjung , De'Tones gencar berpromosi di seluruh media, baik elektronik maupun cetak.
Erwin Halim, pengamat waralaba dari Proverb Consulting menilai, pengunjung tempat karaoke kini telah bergeser dari segmen pasar menengah ke bawah menjadi ke segmen menengah ke atas. "Ada pergeseran gaya hidup konsumen tempat karaoke. Jika sebelumnya orang datang hanya untuk bernyanyi atau karaoke, kini juga menjadi ajang sosialisasi," ucapnya.
Untuk itu, calon mitra yang ingin terjun ke bisnis karaoke harus cermat memilih lokasi dan target pasar yang tepat. Menurutnya, lokasi di luar kota Jakarta yang sedang berkembang cukup menjanjikan. Akan tetapi, harus juga melihat pendapatan per kapita masyarakat di sekitarnya.
Apabila pendapatan per kapita tinggi, ada potensi bisnis karaoke akan berkembang. Sebaliknya, jika pendapatan rendah, bisnis karaoke bisa malah terjepit.
Apalagi, tambah Erwin, ada rencana dari pemerintah untuk mengenakan royalti untuk setiap lagu yang diputar di tempat karaoke. Usulan ini akan tertuang dalam revisi Undang-Undang Hak Cipta yang digodok DPR dan ditargetkan selesai tahun ini. "Jika itu terjadi, biaya akan semakin mahal. Konsumen kelas menengah ke bawah tak akan tertarik," tambahnya.
Yang pasti, agar bisnis karaoke tetap laku, pelaku usaha harus melakukan diferensiasi produk, misalnya dengan menambah menu makanan atau menggandeng artis terkenal untuk meningkatkan branding juga merupakan ide yang menarik. Kuncinya adalah pemasaran dan diferensiasi. Memang, untuk itu, pelaku harus berani merogoh kocek lebih dalam sebagai tambahan investasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News