kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.931.000   26.000   1,36%
  • USD/IDR 16.454   26,00   0,16%
  • IDX 6.893   60,99   0,89%
  • KOMPAS100 999   8,48   0,86%
  • LQ45 774   6,26   0,82%
  • ISSI 220   2,71   1,25%
  • IDX30 401   2,31   0,58%
  • IDXHIDIV20 475   1,78   0,38%
  • IDX80 113   0,91   0,82%
  • IDXV30 115   0,04   0,04%
  • IDXQ30 131   0,66   0,50%

Bisnis tinta isi ulang masih tebal


Rabu, 01 Oktober 2014 / 14:57 WIB
Bisnis tinta isi ulang masih tebal
Sejumlah Bank di AS Bangkrut, Warren Buffett Berikan Nasihat Ini


Reporter: Primasyah Kristanto, Rani Nossar, Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini

Perangkat komputer sudah menjadi barang kebutuhan masyarakat modern untuk penunjang pekerjaan. Untuk mencetak dokumen-dokumen penting, komputer pun tidak bisa dipisahkan oleh mesin pencetak atau printer. Kondisi Ini tentu membuka peluang bisnis tinta isi ulang tinta atau refill tinta printer.

Prospek usaha ini masih baik dan terus berkembang. Banyak pelaku usaha isi ulang tinta menawarkan kemitraan usaha untuk mengembangkan bisnisnya. Banyaknya pelaku usaha sejenis membuat persaingan semakin ketat.

Untuk mengetahui prospek bisnis isi ulang tinta ini, kali ini KONTAN akan mengulas perkembangan terkini beberapa tawaran kemitraan yang pernah ditulis sebelumnya, seperti Veneta System, Vinusa Ink, dan Getmaxs.

Veneta System

Usaha ini berdiri tahun 2003 di Jakarta dan memulai kemitraan di tahun 2004. Ketika KONTAN mengulas bisnis ini di tahun 2010, saat itu gerai Veneta baru berjumlah 117 gerai yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

Kini, Veneta System makin agresif mengembangkan bisnis dengan tambahan gerai menjadi 153 gerai, yakni 50 di antaranya milik mitra dan sisanya milik pusat.

Sofyan Wijaya, Franchise Operations Executive Veneta System mengatakan, bisnis isi ulang tinta printer masih prospektif karena fungsi printer yang semakin bertambah seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju. Sofyan bilang, saat ini printer tidak hanya digunakan untuk mencetak dokumen saja namun juga diaplikasikan untuk mencetak foto.

Apalagi harga cartridge terbilang mahal sedangkan kebutuhan pelanggan sangat tinggi. "Tinta cartridge bisa diisi ulang sekitar 2 kali sampai 3 kali di Veneta, jadi konsumen tidak perlu membeli cartridge baru," katanya.

Perkembangan bisnis Veneta diiringi dengan peningkatan paket investasi yang ditawarkan, dari yang semula Rp 100 juta menjadi Rp 120 juta untuk masa kemitraan selama lima tahun. Sofyan bilang, kenaikan ini disebabkan lantaran Veneta menambah varian produk, sehingga konsumen dapat disuguhkan dengan berbagai pilihan tinta.

Harga produk yang ditawarkan oleh Veneta juga mengalami kenaikan dari Rp 20.000−Rp 180.000 per unit menjadi di kisaran harga Rp 30.000−Rp 250.000 per cartridge.

Untuk terus menambah gerai, saat ini Veneta System masih gencar melakukan promosi lewat media sosial, brosur dan iklan di internet. Perkembangan bisnis Veneta juga tidak bisa lepas dari kendala. Menurut Sofyan, kendala yang sering terjadi terletak pada mitra usaha yang masih kesulitan untuk mencari lokasi usaha yang sesuai dengan standar pusat. "Terkadang kurang strategis dan terkadang lokasinya sangat berdekatan dengan gerai Veneta System lain," ujarnya.

Ke depannya, Veneta System akan menambah varian produk baru yaitu tinta stempel. Selain itu Veneta juga akan membuat sistem kerjasama dengan perkantoran dan sekolah-sekolah untuk membuat program print management. "Nanti printer akan kami letakkan di perkantoran dan tagihan per bulan dihitung berdasarkan berapa halaman yang di cetak dengan printer tersebut," ujarnya.

Hingga akhir tahun 2014, Veneta System menargetkan bisa menambah 5 mitra sampai 10 mitra baru.

Vinusa Ink

Usaha isi ulang tinta printer besutan Andreas Zeini berdiri pada Agustus 2008 di Bekasi, Jawa Barat. Kemudian di 2012, dia menawarkan kemitraan usaha. Ketika KONTAN sempat mengulas tawaran kemitraan ini pada September 2012 lalu, saat itu Vinusa Ink masih belum memiliki mitra.

Sampai saat ini pun Vinusa Ink masih belum memiliki mitra usaha. "Sepertinya mitra masih ragu karena outlet saya masih sedikit," jelas Andreas pada KONTAN.

Andreas baru memiliki satu unit gerai milik pribadi. Agar bisa dipercaya oleh calon mitra, Andreas berusaha untuk menambah gerai.
Tahun ini, dia baru saja membuka satu gerai baru yang berada di Rawa Lumbu, Bekasi. Sehingga, total gerai pribadinya saat ini ada dua gerai yang semuanya berada di Bekasi. Rencananya, tahun depan dia akan membuka satu outlet pribadi lagi.

Enam tahun berdiri, ada sedikit perubahan pada usaha Vinusa Ink. Awalnya, usaha ini hanya memberikan jasa isi ulang tinta. Namun kini mereka menambah fasilitas dengan jasa reparasi printer. Untuk harga isi ulang tinta. Vinusa menaikkan harga dari Rp 15.000−Rp 45.0000 kini menjadi Rp 20.000−Rp 45.000 per cartridge.

Andreas mengaku, kenaikan tarif isi ulang sudah berlangsung sejak tahun 2013 lalu lantaran dipengaruhi oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Kenaikan jasa isi tinta ini otomatis mengerek pendapatan Vinusa Ink.

Dalam sebulan Andreas bisa mengantongi omzet sekitar Rp 20 juta. Setelah dikurangi biaya operasional dan lainnya, porsi keuntungan bersih usaha ini sekitar 40% dari omzet.

Sampai saat ini, Vinusa Ink masih belum mengubah tawaran paket kemitraannya. Modal awal yang harus disiapkan oleh mitra adalah Rp 100 juta. Dengan modal tersebut, fasilitas yang didapatkan mitra adalah peralatan usaha dan dekorasi.

Bila mitra mempunyai lokasi yang strategis, dalam waktu enam bulan hingga delapan bulan sudah bisa balik modal. Sampai saat ini, Andreas hanya menggunakan media digital seperti website dan Facebook untuk mempromosikan usahanya.

Getmaxs

Usaha isi ulang satu ini berdiri sejak 2006 di bawah naungan PT Bangun Karya Mandiri Sejahtera. Getmaxs sudah menawarkan kemitraan sejak tahun 2014. Saat KONTAN mengulas usaha ini di awal tahun 2014, Getmaxs sudah memiliki delapan gerai, yakni ada empat gerai milik sendiri dan sebagian lagi milik mitra.

Dyah Nurhaidah, Manager Business Development Getmaxs menyampaikan, saat ini Getmaxs belum menambah mitra dan total gerai masih bertahan sebanyak delapan gerai.

Dyah beralasan, manajemen Getmaxs masih selektif dalam memilih calon mitra. Namun, saat ini ada dua mitra di Surabaya yang dalam waktu dekat akan membuka gerainya dan tengah tahap persiapan. "Kami sering lihat banyak bisnis isi ulang tinta yang tumbang dan tidak berkembang, sehingga kami menghindari itu," kata dia.

Nilai investasi yang mereka tawarkan belum berubah, yakni sebesar Rp 162 juta dengan jangka kemitraan 5 tahun. Saat ini untuk menjadikan usahanya bertambah dan makin dikenal, dia lebih mengutamakan promosi lewat media digital karena jauh lebih efektif.

Selama ini, banyak gerai isi ulang tinta printer lain yang juga sering minta pasokan tinta di gerai Getmaxs. Maka, saat ini pabrik tinta Getmaxs yang berlokasi di kawasan Serpong ini juga ikut menyuplai tinta di gerai non Getmaxs. "Permintaan tinta sangat tinggi, dan pesanan cepat sekali datangnya. Dalam dua bulan saja, tinta yang pesan sudah dua kontainer," kata dia.

Untuk harga isi ulang tinta, Getmaxs tidak menaikkan harga tinta, yakni masih di kisaran Rp 25.000 hingga Rp 32.500 per cartridge. Saat ini kendala yang dihadapi Getmaxs hanya masalah sumber daya manusia (SDM).

Dyah bilang, pengelolaan gerai di setiap lokasi tentunya berbeda dan manajemen internal banyak yang harus diperbaiki. Hingga akhir tahun 2015, Getmaxs menargetkan menambah sebanyak 10 gerai sampai 15 gerai lagi.       

Pietra Sarosa, Pengamat Waralaba sekaligus Direktur Sarosa Consulting Group berpendapat, dalam bisnis isi ulang tinta printer, salah satu hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah soal lokasi usaha.

Biasanya lokasi-lokasi stretegis untuk lokasi bisnis isi ulang tinta printer adalah daerah-daerah seperti perkantoran, sekolah, universitas, dan juga perumahan yang cukup ramai. Jika lokasi usaha mitra berada di tempat-tempat tersebut, kemungkinan besar jasa ini akan laris. Apalagi di pusat-pusat kota jasa tinta isi ulang sering dicari.

Nah, jika ada kondisi beberapa usaha isi ulang tinta yang bisnisnya kurang berkembang, ada kemungkinan ini disebabkan oleh kualitas produk tinta yang mereka gunakan kalah bersaing dengan kualitas kompetitor lain.

Sebab, banyak usaha isi ulang tinta yang hanyamenjalankan jasa sebagai distributor dan mengisi ulang tinta saja. Padahal, yang paling penting untuk diperhatikan adalah kualitas tinta itu sendiri.

Sebagian pelaku usaha isi ulang tinta ada juga yang akhirnya membuka pabrik tinta sendiri untuk digunakan di gerainya dan juga memasarkannya di gerai-gerai refill tinta lainnya.  "Jadi jangan dilupakan kualitas tinta itu juga mempengaruhi," kata dia.

Sebab, untuk pasarnya sendiri, selama masyarakat masih membutuhkan jasa untuk mencetak kertas dokumen atau mencetak foto, maka bisnis refill tinta masih akan semakin baik. Jasa ini juga sangat cocok dengan golongan masyarakat yang masih memiliki dana terbatas untuk beli cartridge asli.                n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×