kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Buchori, juragan roti dari Yogyakarta (1)


Jumat, 14 Oktober 2011 / 15:48 WIB
Buchori, juragan roti dari Yogyakarta (1)
ILUSTRASI. Belanja hemat dengan diskon 35% & 50% di katalog promo Hari Hari KJSM 3 Desember. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi

Dengan usaha dan kerja keras, cita-cita apapun bisa terwujud. Seperti pengalaman Buchori Al Zahrowi, pemilik toko roti Aflah yang harus kerja keras untuk mewujudkan cita-citanya menjadi pengusaha sukses. Kini, lewat tujuh toko roti miliknya, pria asal bantul Yogyakarta itu mendulang omzet hingga Rp 225 juta per bulan.

Gapailah cita-cita setinggi langit. Itulah kalimat yang selalu dipegang teguh Buchori Al Zahrowi untuk mencapai sukses menjadi juragan roti di kota Gudeg, Yogyakarta.

Sedari kecil, Buchori sudah memiliki cita-cita yang ia tanam di dalam hati. Bukan menjadi dokter, pilot ataupun menjadi pegawai negeri sipil, tapi Bukhori kecil memiliki cita-cita menjadi pengusaha, seperti sekarang ini.

Berkat kesabaran dan kerja keras, Buchori berhasil mewujudkan cita-citanya menjadi pengusaha. Kini ia memiliki usaha roti merek Aflah yang secara rutin mengisi pundi-pundi rupiah milik Buchori.

Lewat tujuh toko yang tersebar di Yogyakarta, Purwokerto, Purworejo, dan Kutoarjo, roti Aflah di pasarnya. Dari setiap toko itu, Buchori bisa menjual 500 sampai 1.000 roti Aflah yang dibanderol mulai Rp 15.000 hingga Rp 250.000 untuk cake. Dalam sebulan, Buchori bisa mencicipi omzet hingga Rp 225 juta.

Sebelum sukses menjadi pengusaha roti, Buchori sempat kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta pada tahun 1988. Sembari kuliah, Buchori memutuskan untuk mencari pekerjaan sampingan, mulai dari menjual koran hingga menjadi sopir taksi.

Keputusan bekerja paruh waktu itu dilakukan agar bisa meringankan beban ekonomi keluarganya di kampung halaman. Selain itu, Buchori juga ingin merintis hidup secara mandiri.

Semasa kuliah, pria kelahiran 26 Maret 42 tahun silam itu juga aktif bersosialisasi dan menjalin pertemanan dengan banyak orang. "Waktu kuliah saya mencoba banyak hal yang berguna," kata Buchori.

Walaupun kuliah di perguruan tinggi agama, tidak menyurutkan niat Buchori belajar berbisnis. Ia melatih jiwa berdagangnya dengan cara bergabung dengan kegiatan ekstrakurikuler kampus yang berkaitan dengan wirausaha. Saat kuliah itu juga Buchori aktif dalam kegiatan lembaga swadaya masyarakat yang ada di Yogyakarta.

Namun, di tengah perjalanan menuntut ilmu, Buchori tiba-tiba memutuskan berhenti kuliah. Saat itu, ia kepikiran untuk meneruskan cita-cita menjadi seorang pengusaha sukses. "Sebelum berhenti kuliah saya menikah dulu," kata Buchori yang menikah dengan Tin Khotimah yang setia menemaninya hingga sekarang ini.

Saat meninggalkan bangku kuliah itu, Buchori tidak langsung memproduksi roti. Ia pertama kali memproduksi aneka keripik yang ternyata tidak berkembang sesuai dengan harapan. Keripik bikinannya tidak mengalami kenaikan penjualan yang berarti.

Sampai dengan tahun 2003, Buchori akhirnya memutuskan banting setir. Ia berhenti produksi keripik dan beralih memproduksi roti. "Roti menjadi kebutuhan hidup zaman sekarang ini," kata pria yang kini berusia 42 tahun itu.

Roti yang diproduksi Buchori itu, antara lain roti mandarin, lapis legit, dan juga roll cake yang dijual dengan menggunakan kemasan kardus. Roti itulah yang kemudian ditawarkan kepada teman-temannya semasa kuliah dulu.

Selain dijual kepada teman lama saat kuliah, Buchori juga memasarkan roti itu lewat jaringan lembaga swadaya masyarakat di kota Pelajar itu. “Saya membawa roti itu dengan angkutan umum karena waktu itu tidak punya sepeda motor apalagi mobil," kenang Buchori.

Beruntung Buchori masih banyak dikenal oleh teman-temannya. Roti yang ia diproduksi setiap hari habis terjual. Selain memasarkan sendiri, banyak teman-temannya yang ikut membantu memasarkan roti itu kepada orang lain.

Konsep pemasaran lewat jaringan persahabatan itulah yang mengantar kesuksesan Buchori hingga saat ini. Pesanan roti datang silih berganti, hingga akhirnya Buchori memutuskan untuk buka gerai. Dari satu gerai itu, kini berkembang menjadi tujuh gerai itu.

Karena roti Aflah sudah terkenal, Buchori melindungi merek roti itu dengan paten yang sudah terdaftar di Dirjen Hak dan Kekayaan Intelektual, di Kementerian Hukum dan HAM. "Saya juga sudah memiliki sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Yogyakarta," terang Buchori bangga.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×