Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Masih ingatkah Anda dengan kejadian perampokan sadis di sebuah rumah mewah di daerah Pulomas, Jakarta Timur akhir 2016 lalu?
Ya, ketika itu sejumlah perampok menyekap sebelas penghuni rumah di dalam sebuah kamar mandi yang sempit. Enam di antaranya tewas karena kekurangan oksigen.
Padahal, perumahan di kawasan tersebut terbilang rapat. Namun, mengapa tidak ada satu tetangga ataupun satpam perumahan yang tahu dan sigap membantu keluarga itu?
Dari kejadian itu, Fardhan Muhammad punya ide untuk membangun perusahaan rintisan (startup) yang menawarkan aplikasi keamanan bagi semua orang. Nama platform digital itu adalah Buddyguard yang sudah tersedia di App Store.
Menurut Fardhan, peristiwa perampokan sadis di Pulomas salah satunya dipicu oleh kurangnya komunikasi dengan tetangga sekitar. “Apalagi di kota besar, sistem keamanan keliling (siskamling) sudah mulai pudar dan mereka hanya mengandalkan satpam yang belum tentu efektif,” kata Fardhan.
Tapi, bukan cuma dari kejadian perampokan di Pulomas yang mendorong Fardhan mendirikan startup ini pada pertengahan 2017.
Semenjak menikah dan punya bayi, dia cukup was-was meninggalkan mereka di rumah atau di manapun. Dan, sang istri dan anaknya tentu tak bisa dibekali dengan senjata tajam seperti di beberapa negara lain.
Di samping itu, Fardhan mengatakan, sebenarnya jiwa gotong royong masyarakat Indonesia tinggi. Terbukti, saat ada yang teriak “maling”, pasti banyak yang mengejar orang yang dituduh pencuri itu.
Nah, Buddyguard menjadi wadah untuk menyatukan orang-orang dalam rangka mengurangi kriminalitas. “Jika satu pengguna mengalami bahaya, bisa dibantu oleh pengguna lain. Karena, sekarang tidak bisa berharap polisi ada di sekitar kita” ujar Fardhan.
Sewaktu mulai merintis startup dengan slogan People Help People tersebut, Fardhan sempat bingung lantaran tidak banyak tahu soal teknologi informasi. Ia pun menggandeng teman dan saudara untuk bisa mengembangkan Buddyguard dari sisi teknologi.
Di pertengahan 2017 lalu, Fardhan juga mendapatkan pendanaan awal atawa seed funding. Sayangnya, dia enggan mengungkapkan nilai suntikan modal yang berasal dari perusahaan jasa keamanan lokal itu.
“Yang jelas, pendanaan tersebut sepenuhnya untuk pengembangan aplikasi. Dan nantinya, kami akan mencari modal kembali,” imbuh pria 28 tahun ini yang pernah bermain dalam sejumlah judul sinetron.
Sampai akhir November lalu, Fardhan bilang, pengguna Buddyguard baru sebanyak 1.300 user. Masih terbilang sedikit memang, lantaran versi teranyar aplikasi ini baru diluncurkan bulan lalu.
Ia menargetkan, mulai bulan ini jumlah pengguna Buddyguard bisa bertambah 3.000–4.000 per bulan. Meski begitu, Fardhan melihat, aktivitas dari 1.300 pengguna Buddyguard selalu aktif.
“Kami percaya mereka pakai. Hanya memang, masih perlu edukasi soal bagaimana penggunaannya,” ucapnya. Dia mengklaim Buddyguard merupakan aplikasi keamanan antarmasyarakat pertama di Indonesia, sebagai solusi bila menghadapi situasi darurat.
Punya enam fitur
Saat ini, aplikasi Buddyguard menawarkan enam fitur.
Pertama, Panic Button. Dengan menekan tombol merah yang ada di aplikasi, harapannya Anda bisa mendapat pertolongan dari pengguna lain.
“Cukup pencet tiga detik saja, pengguna di sekitar Anda akan membantu. Ini bisa untuk antisipasi kalau ada kekerasan dalam rumahtangga (KDRT), misalnya,” kata Fardhan.
Bukan cuma itu, operator layanan darurat Buddyguard juga akan segera menghubungi Anda, sembari mengabarkan aparat keamanan terdekat untuk segera menghampiri.
Kedua, Family Guard. Sesuai namanya, layanan ini memang untuk menjaga keamanan anggota keluarga Anda masing-masing.
Dengan fitur auto send log, Anda bisa mengetahui anggota keluarga sedang berada di mana secara real-time. Lalu, ada juga program yang bisa “pulang” bareng dengan anggota keluarga.
Misalnya, karena Anda masih ada pekerjaan di kantor, istri harus pulang kerja malam sendiri. Anda bisa menggunakan aplikasi ini untuk memantau perjalanan istri pulang ke rumah jika khawatir dengan keselamatannya.
Ketiga, Siskamling. Ketimbang harus berkeliling kompleks membawa kentongan untuk memberitahukan kejadian darurat di sekitar tempat tinggal Anda, enggak ada salahnya mencoba fitur ini.
Anda bisa membuat grup khusus bersama tetangga sekitar. Kemudian, Anda tinggal memencet tombol check my house atau help me, maka semua anggota grup Siskamling siap membantu.
Keempat, Tour Guard. Fardhan punya pengalaman saat umrah dan menemukan seorang kakek terpisah dari rombongannya.
Dari situ ia terinspirasi menciptakan fitur untuk memudahkan pimpinan tur (tour leader) melacak anggotanya, begitu pun sebaliknya. Fitur Tour Guard juga bermanfaat untuk traveler yang datang ke daerah atau negara baru dan tidak paham bahasa setempat.
Kelima, Call Guard. Fitur ini seperti buku telepon yang berisi nomor darurat. “Kami melakukan survei, apa yang dilakukan kalau terjadi perampokan? Mereka bilang, telepon polisi. Tapi, kebanyakan dari mereka tidak punya atau menyimpan nomor polisi karena merasa belum butuh,” ungkap Fardhan.
Padahal, untuk mencari di mesin pencari Google saja butuh waktu dan susah menemukan nomor yang tepat. Makanya, Buddyguard menyediakan fitur buku telepon berisi nomor-nomor penting, seperti rumahsakit, ambulans, polisi, pemadam kebakaran, dan instansi lainnya.
Buddyguard menjamin nomor dan lokasi dari instansi itu sudah tepat lantaran timnya sudah melakukan verifikasi ulang ke masing-masing lembaga tersebut, dan akan selalu memperbarui informasi.
Keenam, Report Button. Layanan ini digunakan bagi mereka yang melihat kejadian kriminal atau darurat lainnya tetapi takut membantu.
Nah, minimal Anda bisa melapor dengan merekam video atau memfoto kemudian mengirimkan dengan bantuan Report Button.
“Sebagian fitur sudah kami luncurkan. Harapannya, semua fitur tersebut bisa digunakan di awal tahun 2018 saat grand launching,” kata Fardhan.
Masih gratis
Lantaran masih dalam tahap pengenalan, Fardhan menyebutkan, penggunaan semua fitur di aplikasi ini masih gratis. Cuma kelak, ada beberapa layanan yang berbayar atau disebut dengan fitur premium.
Untuk fitur premium, tarif yang ditawarkan mulai Rp 20.000 hingga Rp 40.000 per pengguna per bulan. Kalau satu keluarga, tarifnya Rp 75.000 sampai Rp 80.000 untuk empat akun dan bisa ditambah sesuai kebutuhan. Tapi, “Harga ini belum final. Masih kami bahas di internal,” ujar Fardhan.
Menurut Fardhan, dalam tahap pengenalan Buddyguard, ada beberapa tantangan yang mesti dihadapi.
Satu, dari sisi ekspektasi. Startup ini harus hati-hati dalam melakukan pemasaran, agar tidak jadi salah kaprah bahwa aplikasi Buddyguard bakal menggantikan tugas kepolisian. “Perlu edukasi pasar. Aplikasi ini untuk membantu, bukan menggantikan instansi manapun,” tegas Fardhan.
Dua, dari segi teknis. Hambatan ini masih terus digodok yaitu masalah sinyal. Biasanya, saat baterai ponsel di bawah 20%, sinyal akan ikut melemah. Dengan begitu, sulit masuk ke aplikasi Buddyguard, apalagi untuk menggunakannya.
Mengutip kata Bang Napi: ingat, kejahatan terjadi bukan karena ada niat pelakunya. Tapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah! Waspadalah!.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News