kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Budidaya dan fulus merpati balap tak pernah ingkar janji (Bagian 1)


Sabtu, 13 April 2019 / 10:10 WIB
Budidaya dan fulus merpati balap tak pernah ingkar janji (Bagian 1)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merpati tidak ingkar janji. Kalimat tersebut layak disematkan ke merpati jantan yang pasti pulang ke kandang untuk bisa bertemu dengan pasangannya. Saking kangennya, acap kali burung merpati begitu menggebu ingin bertemu dengan pujaan hatinya dan setelah melihat dari ketinggian, dengan secepat kilat langsung menukik dan meliuk-liuk untuk segera hinggap di badan pasangannya.

Kepiawaian sang merpati jantan inilah yang membuat sebagian orang keranjingan dengan burung merpati. Malah, acapkali orang melakukan lomba adu balap burung merpati. Terlebih komunitas penggemar burung merpati kerap kali mengadakan lomba tersebut.

Bagi merpati yang kerap menyandang juara, harga jualnya pun langsung melesat. Baru-baru ini ada seekor merpati balap asal Belgia bernama Armando yang berhasil dijual dengan harga Rp 20 miliar.

"Semakin tinggi jam terbang, harga merpati balap makin mahal. Apalagi kalau langganan juara. Di Indonesia bisa ditawar puluhan bahkan ratusan juta rupiah untuk satu ekor," kata Alif Nurrohman, peternak merpati balap sekaligus pehobi asal Purwokerto, Jawa Tengah.

Di Indonesia sendiri, merpati balap ada beberapa jenis. Tiga jenis yang akrab di kalangan pehobi adalah merpati balap dasar, merpati balap tinggian dan merpati kolong. Sedangkan untuk harga beragam. Untuk merpati balap anakan (piyik) mulai Rp 1,5 juta sampai Rp 3 juta per ekor. Sedangkan harga induk mulai Rp 3 juta per ekor.

Modal yang dibutuhkan untuk memulai budidaya merpati balap cukup tinggi. Seperti Alif yang saat awal budidaya merogoh kocek hampir Rp 50 juta. Rupanya, saat awal berusaha di 2011, ia membeli induk jagoan Jawa Tengah dengan harga sekitar Rp 15 jutaan. "Karena harus mencari induk yang berkualitas," katanya.

Cerita senada juga diungkapkan Fajar Wijayako saat mendirikan Davinci Birdfarm di Cibinong, Jawa Barat pada 2003. Ia mengaku harus merogoh kocek Rp 60 juta sebagai modal awal.

Modal terbesar untuk menebus merpati pejantan yang menjadi legenda kota Bandung sebesar Rp 20 juta. Sedangkan uang Rp 40 juta sisanya digunakan untuk membeli dua ekor merpati jantan lain, plus lima ekor merpati betina. "Ongkos memang besar, tapi pasar jadi percaya karena merpati kami berasal dari induk unggulan," jelasnya.

Hingga kini merpati balap masih diminati pasar. Ini terlihat dari jumlah penggemar merpati bakal yang makin banyak juga para peternak merpati.

Ia menjual anakan merpati balap antara Rp 2,5 juta sampai Rp 5 juta per ekor. Harga induk yang termurah sebesar Rp 4 juta per ekor. Biasanya, induk yang punya jam terbang tinggi dan menyabet ragam juara bisa dibanderol tinggi.

Fajar, misalnya, punya induk jagoan bernama road star. "Pernah ditawar sampai Rp 100 juta," kata dia.

Tingginya minat para pehobi terhadap merpati balap ini membuat Fajar maupun Alif bisa meraup omzet hingga puluhan juta rupiah saban bulan. Keduanya punya pelanggan dari berbagai kota, seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Manado, Medan, Makassar, Kendari dan lainnya.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×