kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Buku obralan masih jadi andalan pedagang (2)


Senin, 29 April 2013 / 15:01 WIB
Buku obralan masih jadi andalan pedagang (2)
Tolak upah mini, buruh siap mogok nasional dan stop produksi.


Reporter: Pravita Kusumaningtias | Editor: Dupla Kartini

Shopping Center di kompleks Taman Pintar, Yogyakarta, memang sudah populer di kalangan mahasiswa maupun masyarakat di sana. Bahkan, pengunjung dari luar kota pun kerap berburu buku baru dan bekas di sentra ini. Makanya, jenis buku yang dicari konsumen pun sangat beragam, mulai dari buku pelajaran, komik, buku religi, novel, hingga makalah.

Konsekuensinya, para pemilik kios harus menyiapkan stok buku selengkap mungkin. Salah seorang pedagang, Nurhikmah mengaku, meski permintaan banyak dan beragam, ia tak kewalahan memenuhinya. Maklum, ia sudah punya agen tetap dan penerbit lokal yang menyuplai buku ke kiosnya.

Hal serupa dijalani Suryatmo. Ia rutin mengambil stok buku dari penerbit lokal maupun agen buku di Yogyakarta. "Karena sentra buku ini usianya sudah bertahun-tahun, jadi keberadaan kami sudah tidak asing lagi bagi para agen atau penerbit," tuturnya.

Asal tahu saja, rata-rata pedagang buku di Shopping Center ini membagi buku menjadi tiga kategori, yaitu buku baru, buku bekas, dan kategori buku obralan. Buku baru dan buku bekas yang masih bagus dan rapih, biasanya dibanderol puluhan ribu. "Paling mahal, Rp 70.000 itu untuk Alquran atau buku terjemahan yang tebal," kata Suryatmo.

Sementara, kategori buku obralan dijual mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 7.000 per buah. Nurhikmah menuturkan, buku yang masuk kategori obralan adalah buku-buku bekas ataupun yang sudah lama tidak terjual. Harganya disesuaikan kondisi, biasanya yang masih agak bagus kami jual Rp 7.000, tapi kalau mulai kucel cuma Rp 5.000," bebernya.

Memang sejak sentra ini ada tahun 1980-an, dikenal sebagai pusat penjualan buku bekas. Makanya, sampai sekarang, mayoritas pemasukan pedagang juga masih dari hasil penjualan buku bekas atau obralan.

Nurhikmah bilang, lebih dari setengah omzetnya saban bulan didapat dari penjualan buku obralan. Maklum, yang berburu buku kategori obral bukan hanya mahasiswa, tapi juga anak-anak. "Anak kecil biasanya berburu buku sekolah dan komik, karena harganya murah meriah," ujarnya.
Selain buku-buku obralan, menurut Nur, calon pembeli juga paling sering mencari buku teks kuliah.

Sementara, Suryatmo mengaku, tidak ada permintaan buku tertentu yang mendominasi di kiosnya. "Setiap hari, permintaan bervariasi, tidak ada yang menonjol," ucapnya.

Namun, ia menambahkan, pada waktu-waktu khusus ada kalanya buku tertentu paling banyak dicari. Misalnya, ketika musim liburan sekolah, biasanya anak sekolah cari buku pelajaran dan komik. Tapi, kalau hari biasa, paling banyak cari buku teks kuliah.

Meski rata-rata produk yang dijual hampir sama, para pedagang tidak takut bersaing. Menurut mereka, rata-rata pedagang sudah punya pelanggan tetap.

Nah, supaya pembeli tak sungkan kembali ke kios mereka, para pedagang selalu bersikap ramah dan telaten mencari buku yang dibutuhkan pembeli. "Bahkan, kalau mereka butuh buku tertentu dan mau pesan, kami akan carikan," imbuh Nur.  (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×