Sumber: Kontan 6/11/2012 | Editor: Havid Vebri
Burung puyuh atau gemak cukup populer bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Burung yang tidak dapat terbang ini banyak dibudidayakan untuk diambil telur maupun dagingnya.
Peluang budidaya burung ini lumayan menjanjikan lantaran permintaan pasar cukup tinggi. Salah seorang peternak burung puyuh ini adalah Andri Warliyansyah di Cibiru, Bandung, Jawa Barat.
Ia mengaku, tertarik membudidayakan burung puyuh karena fulusnya lumayan. "Terutama permintaan telurnya, selalu habis diserap pasar," ujar Andri yang menekuni budidaya puyuh sejak tahun 2010 ini.
Saat ini, ia memiliki sekitar 700 indukan burung puyuh. Sekitar 80% dari indukan itu selalu bertelur setiap hari. Masing-masing indukan menghasilkan satu telur saban harinya.
Oleh Andri, telur-telur burung puyuh itu dikumpulkan dan dijual setiap seminggu sekali. "Dalam seminggu saya bisa menjual 5.000 butir telur puyuh," ujarnya.
Harga telur di tingkat peternak sekitar Rp 200 per butir. Dari telur ini saja, ia bisa meraup omzet sekitar Rp 4 juta per bulan. Itu belum termasuk omzet dari menjual bibit burung puyuh.
Sebagian telur yang tidak dijual, ditetaskan menggunakan mesin penetas. "Telur menetas selama 17 hari di taruh di mesin," ujarnya. Harga bibit puyuh ini mulai Rp 2.500 untuk yang baru lahir hingga Rp 8.500 untuk yang sudah berusia 45 hari. Puyuh usia 45 ini sudah memasuki usia produktif dan siap bertelur.
Dari penjualan bibit ini, ia bisa meraup omzet sekitar Rp 5 juta per bulan. Bibit burung puyuh ini tidak dijual ke pasar seperti telur. "Tapi dijual langsung ke konsumen-konsumen yang mau mencoba beternak burung puyuh," katanya.
Sukses beternak puyuh juga dirasakan Baskoro, asal Madiun, Jawa Timur. Ia telah menekuni usaha budidaya burung puyuh sejak 2005. Saat ini, Baskoro memiliki 1.500 ekor indukan burung puyuh. "Burung puyuh ini bertelur setiap hari," ujarnya.
Untuk dapat bertelur, burung tidak perlu dikawinkan dulu dengan pejantan. "Kami hanya memberikan pakan peransang bertelur saja," ujar Basokoro.
Dalam sehari, Baskoro bisa memanen telur puyuh sebanyak 1.300 butir telur.
Omzetnya dari penjualan telur ini mencapai sekitar Rp 300.000 - Rp 400.000 per hari. Ia bilang, masa produktif burung puyuh berlangsung selama satu tahun.
Setelah itu, burung bisa dijual untuk diambil dagingnya. "Kami pun harus mencari calon indukan baru," katanya. Baskoro memasarkan telur puyuh di daerah Madiun dan sekitarnya. Ia bilang, permintaan masyarakat akan telur puyuh masih sangat tinggi di pasaran. Ia sendiri belum bisa memenuhi permintaan pasar tersebut.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News