kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.902.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.450   167,00   1,00%
  • IDX 6.816   48,94   0,72%
  • KOMPAS100 985   6,24   0,64%
  • LQ45 763   1,83   0,24%
  • ISSI 216   1,39   0,64%
  • IDX30 397   1,52   0,38%
  • IDXHIDIV20 474   2,31   0,49%
  • IDX80 111   0,22   0,20%
  • IDXV30 115   -0,82   -0,71%
  • IDXQ30 130   0,67   0,52%

Camilan makaroni jalan hidup Ali Muharam (1)


Selasa, 03 November 2015 / 13:36 WIB
Camilan makaroni jalan hidup Ali Muharam (1)


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Tri Adi

Menjadi pengusaha camilan makaroni adalah jalan hidup Ali Muharam. Mengusung merek usaha Makaroni Ngehe, kini Ali telah memiliki 12 gerai di tiga kota yakni Jakarta, Bogor dan Yogyakarta. Tiap gerai beromzet Rp 100 juta per bulan.


Jika mendengar nama Ali Muharam rasanya tidak banyak orang mengenal sosok ini. Coba saja jika menyebut merek usaha Makaroni Ngehe, orang akan langsung tertuju pada kudapan makaroni yang begitu populer sejak beberapa tahun silam lantaran memiliki level kepedasan di atas rata-rata.

Ali adalah sang pemilik  usaha ini. Usianya relatif muda, masih 30 tahun. Namun, bisnis camilan makaroni yang dia rintis sejak tahun 2013 ini telah menuai kesuksesan hingga memiliki 12 cabang di beberapa kota seperti Jakarta, Bogor, dan Yogyakarta.

Makaroni kering dan makaroni basah menjadi produk andalannya. Rasa makaroni bisa dipilih, asin, balado, dan keju. Ada pula bihun, mi kering dan otak-otak goreng yang menjadi varian baru Makaroni Ngehe.  

Merek usaha yang dia usung memang sedikit nyeleneh. Tapi justru itu menjadi penyemangatnya untuk terus maju dan sukses. Sebab, Ali memiliki masa lalu yang cukup pahit. Dia kerap mengalami kesulitan ekonomi dalam kehidupan sehari-harinya. Ali bahkan hanya lulusan SMA.  

Namun, akhirnya menjadi pengusaha di bidang kuliner menurutnya sudah menjadi sudah suratan takdir. Kecintaannya pada bidang memasak dan resep warisan sang ibu yang bisa membawanya menuju tangga kesuksesan lewat bisnis Makaroni Ngehe.

Pria kelahiran Tasikmalaya ini mengaku, meski menggunakan MSG, tetapi camilannya tidak membuat konsumen pusing atau eneg. "Bahan baku yang digunakan juga banyak menggunakan bahan rempah-rempah,” katanya.

Ali mengklaim, Makaroni Ngehe merupakan pelopor camilan makaroni melengkung. Produk ini juga sudah mengantongi izin dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) sehingga aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Harga jualnya cukup ramah dikantong. Satu kemasan 100 gram dijual seharga Rp 5.000 untuk makaroni basah dan makaroni kering rasa asin. Sedangkan makaroni kering rasa keju dan balado dibanderol Rp 6.000 per bungkus.

Saat ini total kapasitas produksi mencapai 30 ton  per bulan. Dalam proses produksi, Ali saat ini dibantu oleh 150 karyawan. Dia mengaku setiap gerai bisa dikunjungi sekitar 200 orang per hari. Darisitu, tiap gerai bisa meraup omzet Rp 100 juta per bulan. Anda bisa hitung, berap omzet total 12 gerai yang beroperasi. Jumlah yang tidak sedikit hanya dari berjualan camilan makaroni pedas.

Selain lewat toko offline yang tersebar di tiga kota tersebut, Makaroni Ngehe juga bisa didapatkan lewat  pemesanan online atau melalui instagram @ngehe_id. Dia mengaku baru-baru ini saja menggunakan media sosial sebagai wadah untuk mempromosikan produknya. Sampai saat ini Ali tidak membuka sistem reseller untuk penjualan, meski banyak juga konsumennya yang menjual lagi produknya lewat sistem itu.  

Meski begitu, pembeli Makaroni Ngehe sudah tidak lagi dari dalam negeri tapi juga sampai ke luar negeri. Dia pernah mengirimkan produk ke Jepang, China, Inggris, London, AS, hingga Prancis.      


(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×