kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Canva, startup unicorn pertama Australia


Selasa, 06 Maret 2018 / 08:05 WIB
Canva, startup unicorn pertama Australia


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Pecah telor. Australia akhirnya punya perusahaan rintisan dengan valuasi lebih dari US$ 1 miliar. Canva menyandang status startup unicorn setelah mendapatkan pendanaan baru sebesar US$ 40 juta dari sejumlah investor termasuk Sequoia Capital pertengahan Januari lalu.

Melanie Perkins, Pendiri Canva, berencana menggunakan suntikan modal itu untuk mengembangkan aplikasinya yang memiliki pengguna di 190 negara, termasuk Indonesia, dalam 100 bahasa. Sekitar 10 juta pengguna aplikasi desain grafis ini membuat satu juta desain baru setiap hari.

Dengan pendanaan baru dari konsorsium pimpinan Blackbird Ventures, startup yang berdiri 2012 itu ingin mengejar peluang global dan selanjutnya mengembangkan produk utamanya. “Kami baru saja mulai menggaruk permukaan untuk mencapai tujuan kami memberdayakan setiap orang untuk merancang sesuatu dan mempublikasikan di mana saja,” kata Perkins yang juga menjabat Chief Executive Officer (CEO) Canva seperti dikutip Startup Daily.

Dunia dengan cepat menjadi lebih visual. Tapi, Perkins bilang, alat desain tradisional terlalu rumit untuk digunakan atau lebih mahal harganya, sehingga tidak masuk akal.

Nah, Canva dirancang untuk memungkinkan individu dan tim berkolaborasi dengan lancar. “Dana tambahan ini akan membawa kami selangkah lebih dekat untuk memberi setiap orang kemampuan untuk berkembang di lingkungan yang semakin visual,” ujar perempuan 30 tahun ini.

Sejatinya, startup yang berbasis di Sydney itu sudah mengantongi keuntungan dan tidak memerlukan pendanaan lagi. Tapi, mengutip Bloomberg, Perkins mengungkapkan, investor mengajukan penawaran yang sulit untuk ditolak.

“Akan gila jika tidak mengambilnya. Kami bisa mengembangkan tim secepat mungkin,” ucap Perkins yang berencana menambah karyawan jadi 250 orang tahun ini.

Dari ruang tamu

Cikal bakal Canva lahir dari ruang tamu rumah ibunya di Perth. Di situ, Perkins yang masih berusia 19 tahun menciptakan Fusion Books, sebuah alat desain online yang memudahkan para siswa dan guru untuk membuat buku tahunan sendiri.

Ia mendapat bantuan dari sang pacar, Cliff Obrecht, yang kelak ikut mendirikan Canva, membesut Fusion Books.

Sebetulnya, Perkins tidak mengambil jurusan desain grafis saat kuliah. Tapi, dia jatuh cinta dengan desain grafis selama tahun pertama kuliah di jurusan media digital pada 2005 silam.

Dia belajar dengan cepat dan bekerja sangat keras yang membuatnya diundang untuk mengajar dalam sebuah lokakarya desain grafis untuk mahasiswa di fakultas lain.

Saat itu, dia mendapati mahasiswa kesulitan mempelajari dasar-dasar desain grafis. Maka muncullah gagasannya untuk menciptakan perangkat lunak desain grafis yang mudah digunakan.

Awalnya, Perkins melahirkan Fusion Books. “Kami (Perkins dan Obrecht) mulai merancang di ruang tamu ibuku,” katanya.

Bermodal pinjaman dari bank sebesar US$ 5.000, Perkins mulai menjajakan karyanya ke sekolah-sekolah, dengan mengirim sampel pada 2007. Ia juga  mengiklankan Fusion Books secara online dan mengirim buku contoh tahunan ke sekolah.

Pembeli pertama adalah sebuah sekolah Prancis di Sydney pada tahun berikutnya, 2008.

Fusion Books mengantarkan Perkins menyabet penghargaan Innovator of the Year  2009 di Perth. Di sini, ia bertemu dengan investor pertamanya asal Amerika Serikat, Bill Tai, Pendiri Mai Tai.

Pada 2010, Perkins terbang ke San Francisco untuk bertemu Tai dan Lars Rasmussen, Pendiri Google Maps. Dia menyampaikan ide soal Canva, sebuah aplikasi desain grafis yang memungkinkan orang merancang segala sesuatu, mulai grafik web, poster, kartu nama, hingga undangan.

Tai pun bersedia masuk sebagai investor dan mengundang Perkins untuk hadir dalam sebuah konferensi Mai Thai di Hawaii pada 2012. Ia bertemu banyak investor yang  akhirnya menyuntikkan modal untuk Canva.

Startup ini menutup pendanaan putaran pertamanya dengan uang sebesar US$ 3 juta di awal 2013.

November 2014 Canva meluncurkan Canva Design School. Ini merupakan platform baru, seri workshop dan pusat sumber daya guru yang didesain untuk meningkatkan literasi visual dunia.

Berikutnya, Agustus 2015 Canva merilis platform bertajuk Canva for Work, yang memungkinkan individu dan organisasi membuat desain grafis yang konsisten, efektif, lagi murah.

Untuk pengusaha pemula, Perkins berpesan, agar mengidentifikasi masalah yang bisa mereka selesaikan dengan produk atau layanan. “Temukan masalah yang Anda yakini dengan penuh semangat, sesuatu yang benar-benar ingin Anda selesaikan,” katanya seperti dikutip Daily Mail.

Siapa mau ikuti jejaknya?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×