kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cara eksis perajin rotan di Grogol agar terus bertahan (bagian 2)


Sabtu, 27 Juli 2019 / 13:35 WIB
Cara eksis perajin rotan di Grogol agar terus bertahan (bagian 2)


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi warga Jakarta dan sekitarnya tidak susah untuk membeli produk kerajinan rotan, terutama yang berasal dari Cirebon. Sebab ada sentra khusus penjualan kerajinan rotan yang terletak di Jalan Semeru, Grogol Jakarta Barat.

Di tempat ini ada 22 pedagang rotan yang berasal dari satu kampung bernama Desa Tegalwangi Cirebon Jawa Barat. Dari sanalah para pedagang mendapatkan ragam produk kerajinan rotan. Mulai dari tempat tisu, keranjang parcel, peralatan rumah tangga, hingga furnitur dan tikar rotan.

"Para pedagang tergabung dalam Komunitas Pedagang Rotan Jalan Semeru karena kami pedagang binaan (Pemprov DKI Jakarta)," kata Sutarno, Ketua Komunitas Pedagang Rotan Jalan Semeru kepada KONTAN.

Keberadaan para pedagang rotan di Jalan Semeru sudah berlangsung sejak 1984. Sebelum menetap di tempat itu, para pedagang sempat berdagang di Jalan S. Parman Slipi sejak 1972 dan dipindah ke Jalan Semeru karena ada proyek jalan layang.

Menurut Tusman, salah satu pedagang dedengkot di sana, jika dibandingkan dengan lokasi jualan antara yang di S Parman dan Jalan Semeru, tentu lebih bagus  lokasi yang pertama karena dekat dengan jalan utama. Sedangkan lokasi di Semeru agak sedikit masuk dari jalan utama. "Namanya orang dagang pasti ada masa ramai dan sepi," sahutnya.

Selama berjualan di Jalan Semeru, Tusman bercerita dirinya pernah mendapat pesanan rotan untuk ekspor ke Sri Lanka pada 2008.  Sayang, hingga kini dirinya masih belum lagi menerima pesanan sejenis.

Untuk bisa menambah pemasukan, para pedagang mulai mencari akal. Misalnya dengan menerima perbaikan produk rotan yang rusak. Adapun biaya perbaikan tergantung dari besar kecilnya kerusakan.

Langkah lainnya adalah dengan memanfaatkan teknologi digital. Yakni dengan melakukan pemasaran secara online. Lewat beberapa marketplace yang sudah ada seperti Tokopedia atau Bukalapak.

Perluasan penetrasi pasar berlangsung sejak tahun 2014. "Ini berkat keberadaan Kampung Digital dari Telkom yang menyediakan sarana wifi," tutur Sutarno.

Ia sendiri membebaskan para pedagang untuk berjualan di platform marketplace pilihan. Namun ia mengingatkan kalau ada produk di satu toko tidak ada, maka  si pedagang wajib mengambil produk dari pedagang lainnya.

"Supaya pembeli tidak kecewa dan membantu sesama pedagang," jelasnya.

Langkah lain yang dilakukan pihaknya adalah dengan menyebarkan brosur kepada masyarakat sekitar. Sebab masih ada warga yang tidak mengetahui keberadaan sentra penjualan rotan yang legendaris tersebut.

Upaya lainnya adalah mengikuti beragam pameran yang rutin diadakan pemerintah dan pihak lain.  Dengan usaha itu, Tusman dan Sutarno berharap sentra rotan ini bisa lebih dikenal lagi oleh masyarakat.    

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×