kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cecap ulang peluang ayam geprek


Sabtu, 22 September 2018 / 06:15 WIB
Cecap ulang peluang ayam geprek


Reporter: Denisa Kusuma, Puspita Saraswati, Sugeng Adji Soenarso, Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Gerai ayam geprek hingga kini masih banyak dijumpai. Maklum, sajian ayam goreng tepung yang ditumbuk, alias digeprek dan dilumuri sambal bawang secara bersamaan masih disukai banyak orang. Terlebih yang doyan makanan pedas dan tentunya ayam goreng tepung.  

Faktor inilah yang membuat gerai makanan ayam geprek masih terus ada hingga kini. Mulai dari kelas kaki lima hingga yang ada di tempat makan, restoran hingga ruko.

Malah, fenomena ini membuat banyak pihak yang menawarkan kemitraan usaha makanan tersebut. Supaya tidak kalah bersaing dengan makanan yang lain, para pebisnis kerap berinovasi supaya para konsumen tetap mampir ke gerai makan itu.

Untuk mengetahui langkah dan inovasi apa saja yang dilakoni para pebisnis, dalam ulasan singkat ini, bakal disajikan review kemitraan usaha gerai ayam geprek yang pernah KONTAN sajikan kurang lebih satu tahun lalu. Berikut ulasannya.

Geprek Sa'I

Salah satu pebisnis ayam geprek adalah Erwan Budi. Ia menawarkan kemitraan Ayam Georek Sa’I dengan paket investasi Rp 200 juta.

Kerjasama ini menerapkan sistem bagi hasil. Dengan komposisi 30% untuk pihak pusat atau manajemen dan 80% bagi pemilik modal. "Dengan target omzet per bulan  minimal Rp 100 juta, sampai saat ini mitra bisa balik modal dalam jangka waktu 7 bulan sampai dua tahun," katanya ke KONTAN.

Erwan menaikkan paket investasi itu dibandingkan dengan nilai investasi tahun lalu yang masih Rp 150 juta. Lantaran adanya kenaikan harga  sewa untuk membuka gerai berkisar Rp 30 juta-Rp 60 juta per tahunnya

Dengan investasi tersebut, mitra bisa mendapatkan fasilitas renovasi lokasi, perlengkapan, bahan baku, pelatihan, branding, sistem dan perlengkapan tambahan lainnya.

Hasilnya ternyata positif. Ini terbukti dari jumlah mitra yang telah bergabung. Saat KONTAN review tahun lalu, jumlah gerai milik mitra Geprek Sa'I baru 29 gerai yang tersebar di Blitar, Jombang, Demak, dan yang terjauh di Wonomulyo, Polewali Mandar Sulawesi Barat. Nah, saat ini jumlah gerai Sa'I mencapai 60 gerai. "Itu termasuk yang akan kami buka di Jombang, Malang dan Gresik," terangnya.

Hasil tersebut tidak terlepas dari permintaan ayam geprek yang masih terbuka lebar. Selain itu, geprek Sa'I ia klaim punya rasa yang khas. Seperti bumbu yang meresap hingga ke dalam daging ayam dan memakai bahan baku sambal yang segar serta bumbu yang ia rahasiakan.

Alhasil, Erwin menyebut belum mengalami kendala bisnis tatkala akan memperluas jaringannya. Paling kendala ada di mitra yang ada yang belum punya ketrampilan dalam usaha.

Sebab ada mitra yang bisa cepat balik modal dalam tempo enam bulan sampai tujuh bulan saja. Tapi ada juga yang harus menunggu sampai dua tahun. "Meski tidak ada yang sampai bangkrut," tuturnya.

Hingga akhir tahun nanti, Erwin menargetkan dapat membuka 12 gerai lagi di daerah pinggiran. Ia cenderung menghindari untuk membuka cabang di kota metropolitan sebab ingin fokus mengembangkan kuliner di daerah-daerah.

Seperti di sekitar Jawa Timur, Kalimantan serta Sulawesi. Bila target tercapai ia harap bisa mengelola sebanyak 72 gerai geprek Sa'I di daerah-daerah.

Geprek Express

Usaha besutan Gusfiannur asal Samarinda, Kalimantan Timur ini nampak kurang bergairah. Pasalnya, sejak setahun lalu sampai sekarang baru satu mitra yang bergabung.

Rencananya, gerai mitra bakal dibuka di Kalimantan Timur. "Sebenarnya untuk kemitraan saya hold dulu sejak tahun lalu dan baru dibuka kembali tahun ini dan mitra masih saya batasi yakni dari orang-orang terdekat," katanya pada KONTAN.

Sekedar info, penutupan sementara tawaran kerjasama ini karena Gusfiannur memperbaiki sistem dan pasokan logistik bahan baku.

Disisi lain, gerai pribadinya bertambah menjadi empat unit yang semuanya berada di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Tahun lalu,  gerai pribadinya baru ada dua unit dan belum ada mitra yang bergabung.

Lainnya, dia menurunkan nilai investasi kemitraan dari Rp 100 juta sampai Rp 400 juta menjadi Rp 125 juta saja tanpa franchise fee. Langkah ini untuk menarik minat investor yang ingin bergabung dengan harga terjangkau.

Sedangkan, untuk harga menun dibanderol mulai dari Rp 8.000 sampai Rp 36.000 per porsi. Gusfiannur selalu menyiapkan menu baru agar konsumen mau kembali datang. Seperti tortitto dan geprek mie.

Kendala usaha yang dihadapinya sekarang adalah harga bahan baku yang tidak menentu serta karyawan yang suka keluar masuk. Meski begitu, ia memasang target bisa membuka tiga gerai lagi milik mitra.  Ia optimistis target tercapai lantaran ada dua investor yang masih tahap pembicaraan saat ini.

Geprek Mahasiswa

Ayam Geprek Mahasiswa (AGM) milik Ahmad Hafsani Al Mubarok, atau yang biasa dipanggil Amak, mengalami beberapa perubahan semenjak diwawancarai KONTAN satu tahun terakhir.

Seperti memakai konsep warung tenda yang lebih murah dan lebih leluasa untuk bisa mengakomodir konsumen yang bisa membludak. Selain itu juga untuk bisa mempercepat balik modal. "Langkah ini juga untuk menghindari tingginya biaya sewa dan menekan biaya operasional," katanya.

Apalagi persaingan ayam geprek makin sengit lantaran makin banyak pemain. Saat ini, Ayam Geprek Mahasiswa berada di bawah Mataraya Group milik Ahmad sendiri. Supaya usaha tetap terjaga, ia kerap memakai subsidi silang dengan bisnis lain yang masih menguntungkan. Tapi Ahmad tidak merinci jenis bisnis yang menguntungkan tersebut.

Nah, ia berharap dengan pembenahan ini bisa membuat bisnis ini bisa berkembang secara perlahan. Maklum, jumlah gerai Ayam Geprek Mahasiswa saat ini masih sama dengan tahun lalu yakni ada dua gerai.

Maklum, tidak mudah untuk meyakinkan mitra dalam berbisnis. Termasuk ayam geprek. Dalam bayangan pemodal, bisnis ini harus menguntungkan. Padahal, bisa saja warung sepi. Dan bisa berlangsung berbulan-bulan yang tentu diluar ekspektasi dari para mitra. "Mereka berpikir bahwa bisnis harus laba,  padahal ya bisa untung dan juga rugi," tukasnya.

Untuk mengatasi kendala tersebut, ia kerap memberi dukungan terhadap tim kerja yang berjumlah lima orang di kantor dan 12 orang di lapangan. Selain itu juga mulai memetakan target pasar yakni kawula muda yang berusia 18 tahun sampai 35 tahun.

Maklum, harga menu yang ditawarkan gerai ini berkisar antara Rp 12.000-Rp 18.000 per porsi. Sejatinya, harga menu tersebut sudah naik karena lonjakan harga bahan baku seperti ayam.
Untuk tahun ini, ia tidak mematok target tambahan gerai. Sementara tahun 2019, ia menargetkan pembukaan  tiga gerai unit lagi.

Meski begitu, bila ada yang tertarik, ia tetap membuka kemitraan dengan investasi Rp 32,5 juta. Nilai investasi tersebut sudah termasuk pemasaran dan gaji pegawai selama tiga bulan.

Menurutnya, dengan proyeksi omzet Rp 1,1 juta sampai Rp 1,7 juta per hari, mitra bisa balik modal dalam waktu satu tahun. Asal tahu saja, Geprek Nusantara menerapkan sistem bagi hasil dan tidak ada franchise fee.                 

Inovasi geprek bahan baku non ayam

Konsultan usaha Djoko Kurniawan, menyebutkan, sejatinya potensi usaha ayam geprek masih menjanjikan. Maklum saja, bahan utama masakan ini, yakni daging ayam, merupakan salah satu kuliner yang paling disukai orang Indonesia.   

Tak heran, apapun makanan berbasis ayam, pasti banyak orang suka. "Apalagi kalau bicara kuliner berbasis ayam," katanya kepada KONTAN.

Nah, yang harus diperhatikan oleh para pebisnis kuliner ayam, termasuk ayam geprek adalah mencermati perhitungan bisnis secara cermat supaya bisa tetap bertahan. Ia mengambil contoh, jika harga ayam bahan baku saat ini Rp 7.000 per potong, harga jual ke konsumen jangan sampai hanya seharga Rp 7.500 per potong.

Artinya, ia menyarankan supaya para pebisnis tidak ikut-ikutan latah menjual ayam geprek yang murah sekadar mengekor pebisnis lainnya. Langkah ini juga justru akan merugikan si pebisnis sendiri karena menghilangkan ciri khas dibanding pemain lain.

Oleh karena itu, ia menyarankan perlu adanya inovasi di bisnis ini. Terutama dalam hal sajian menu. "Konsumen tidak mementingkan nama," ujarnya.

Salah satu inovasi adalah tetap memakai nama geprek, tapi yang berbeda adalah dari sisi bahan baku. Bisa saja si pebisnis tidak melulu bahan baku ayam, tapi mulai mencoba dengan bahan baku non ayam. Ambil contoh ikan teri geprek atau dengan bahan-bahan lainnya.

Apabila langkah ini diterapkan, ia yakin si pebisnis bakal terus terpacu untuk menciptakan inovasi berikutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×