kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.956.000   25.000   1,29%
  • USD/IDR 16.534   -79,00   -0,48%
  • IDX 6.945   46,31   0,67%
  • KOMPAS100 1.007   6,37   0,64%
  • LQ45 780   4,98   0,64%
  • ISSI 222   1,82   0,83%
  • IDX30 403   1,80   0,45%
  • IDXHIDIV20 476   1,16   0,25%
  • IDX80 114   0,59   0,52%
  • IDXV30 116   0,55   0,48%
  • IDXQ30 131   0,04   0,03%

Cepat masa panennya, minim biaya perawatannya (1)


Minggu, 13 Juli 2014 / 17:05 WIB
Cepat masa panennya, minim biaya perawatannya (1)


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk, Tri Sulistiowati | Editor: Havid Vebri

Labu siam termasuk jenis sayuran yang populer di Indonesia. Tanaman dengan nama latin Sechium edule ini merupakan tanaman yang masuk dalam suku labu-labuan (Cucurbitaceae).

Tanaman asli Amerika Tengah ini mulai masuk Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Labu siam memiliki buah berwarna hijau dan ukurannya dua kali kepalan tangan. Selain buahnya, bagian lain yang bisa dikonsumsi adalah pucuknya.

Labu siam tumbuh dengan subur pada wilayah dengan ketinggian 100–200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tanaman ini cocok dikembangkan di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi.

Itu sebabnya, labu siam bisa ditemui di daerah tropis maupun subtropis. Labu siam juga memiliki banyak manfaat buat kesehatan tubuh. Buah ini memiliki kadar vitamin C yang tinggi dan sumber serat yang baik untuk kesehatan.

Di Indonesia sendiri, sudah banyak petani membudidayakan tanaman dengan batang merambat ini. Salah satunya adalah  Rio Rustahirtama di Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Liwa, Lampung Barat.  Ia sudah membudidayakan labu siam sejak tiga tahun lalu dengan luas lahan 18 rantai.

Satu rantai sama dengan 20x20 meter persegi. Menurut Rio, lahan seluas itu bisa menghasilkan sekitar 2,5–3 ton buah labu siam sekali panen. Labu siam mulai memasuki usia produktif setelah berumur tiga sampai empat bulan.

Saat itu, tanaman ini bisa dipanen seminggu sekali. Usia labu siam sendiri bisa mencapai dua tahun lebih. "Bahkan jika dirawat dan tanaman yang mati disulam terus bisa bertahan lebih lama lagi," katanya.

Selama ini, Rio memasarkan hasil panennya ke pedagang pengumpul (pengepul) dengan harga sekitar Rp 1.000–Rp 1.500 per kilogram (kg). "Harga labu siam ini fluktuatif, bisa dengan cepat berubah-ubah," kata Rio.

Dengan harga di kisaran itu, omzet Rio dari penjualan labu siam berkisar antara Rp 10 juta–Rp 15 juta per bulan. "Biaya perawatannya sekitar Rp 2,5 juta per bulan," katanya.

Petani lain yang membudidayakan labu siam adalah Anton Setiawan asal Ambarawa, Jawa Tengah. Ia menanam labu siam di atas lahan seluas 0,5 hektar. Sekali panen, pria 30 tahun ini mengaku bisa 2 ton buah labu siam.

Anton juga menjualnya hasil panennya kepada pengepul yang ada di Pasar Semarang. "Nanti di sana banyak yang ambil pedagang dari Solo, Yogyakarta dan area lainnya," jelasnya.

Saat panen raya, Anton menghargai labu siamnya sekitar Rp 2.500-Rp 3.000 per kg. Omzetnya sekali panen sekitar Rp 5 juta. "Biaya modal tanam hanya sekitar Rp 500.000," katanya.      

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×