kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45999,83   6,23   0.63%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cerita bos Whitesky Aviation kapok investasi valas


Sabtu, 11 Februari 2017 / 16:56 WIB
Cerita bos Whitesky Aviation kapok investasi valas


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Yudho Winarto

BISNIS bukan dunia baru buat Denon Berriklinsky Prawiraatmadja. Tapi, investasi tergolong dunia baru bagi Chief Executive Officer (CEO) PT Whitesky Aviation ini. Ia baru tertarik berinvestasi 2005 lalu.

Rasa penasaran dan keingintahuan mempelajari hal-hal baru akhirnya mendorong Denon berkenalan dengan dunia investasi. Pria lulusan Universitas Trisakti, Jakarta, ini pun mencicipi bermacam instrumen investasi, mulai reksadana, valuta asing (valas), hingga properti.

Denon yang memulai karier sebagai arsitek di PT Danayasa Arthatama Tbk berkenalan dengan reksadana saham sekitar tahun 2005. Kala itu, ia memang sengaja mempercayakan dananya kepada fund manager daripada terjun langsung.

Tapi, Denon langsung masuk ke reksadana saham yang berisiko tinggi. Bukan tanpa alasan. Dia merasa dengan menanamkan dana melalui reksadana keuntungannya jauh lebih pasti. Mengingat, saat itu ia sedang merintis bisnis baru.

Produk reksadana pertama yang Denon beli adalah keluaran PT Schroder Invesment Management Indonesia dan PT Fortis Invesment (sekarang PT BNP Paribas Investment Partners). Ia berinvestasi di reksadana dengan portofolio utama adalah saham sektor pertambangan yang sedang berada di atas angin.

Setelah cukup lama berkecimpung di reksadana, Denon mulai memberanikan diri melirik instrumen investasi lainnya. Pada 2012, ia mencoba peruntungan dengan berinvestasi instrumen valas dan emas.

Sayang, kedua produk investasi ini hanya bertahan kurang lebih satu tahun dalam portofolio Denon lantaran merugi. Saya tidak begitu cocok dengan pola investasi individual yang melihat kinerja suatu komoditas atau forex, katanya. Sejak itu, ia kapok investasi valas dan emas.

Instrumen investasi yang lebih stabil memang dibutuhkan Denon, yang pada 2010 memulai bisnis penerbangan bersama koleganya. Di tahun itu, ia mengakuisisi maskapai charter PT Kura Kura Aviation, yang kemudian berganti nama menjadi Whitesky Aviation.

Tartarik properti

Setelah bisnis barunya stabil, Denon mulai melirik investasi anyar. Tepat pada 2014, ia menjajal berinvestasi di properti. Sebenarnya, investasinya kali ini terbilang tidak disengaja.

Kebetulan, ada lahan yang sedang dijual dengan harga miring karena pemiliknya membutuhkan uang. Dengan insting bisnis yang bagus, Denon menilai lokasi lahan itu punya prospek bagus dan akhirnya ia beli. Pilihannya, selain menabung uang di bank, lebih baik berinvestasi di properti karena lumayan bagus pertumbuhan investasinya, paparnya.

Pria kelahiran 17 September 1972 ini juga membeli apartemen sebagai investasi di properti. Kini, apartemen yang dia beli pada 2014 lalu disewakan demi mendapat pemasukan tambahan.

Menurut Denon, di antara berbagai macam instrumen investasi yang ada, properti merupakan bentuk investasi yang paling nyaman lantaran mudah dipantau. Tapi, lelaki yang juga menjabat sebagai Ketua Penerbangan Charter Indonesia National Air Carrier Association (Inaca) ini mengingatkan, investasi di properti juga membutuhkan kehati-hatian.

Ketimbang membeli tanah atau rumah di Jakarta, Denon lebih memilih apartemen. Alasannya, harganya lebih terjangkau dan masih menghasilkan keuntungan yang lumayan. Kalau mau investasi di luar Jakarta harus punya fungsi pengawasan. Kalau tidak ditinggali, bisa-bisa nanti dipakai orang. Repot lagi kita, ungkapnya.

Sampai saat ini, instrumen investasi yang masih dipertahankan Denon tinggal reksadana saham, properti, dan deposito perbankan. Karena itu, ia menyebut dirinya sebagai investor konservatif. Dia sudah tidak lagi bermain valas maupun emas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Storytelling with Data (Data to Visual Story) Mastering Corporate Financial Planning & Analysis

[X]
×