kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.926.000   -27.000   -1,38%
  • USD/IDR 16.524   -24,00   -0,15%
  • IDX 6.852   23,75   0,35%
  • KOMPAS100 991   2,89   0,29%
  • LQ45 766   2,41   0,32%
  • ISSI 219   0,96   0,44%
  • IDX30 397   1,63   0,41%
  • IDXHIDIV20 467   0,78   0,17%
  • IDX80 112   0,40   0,36%
  • IDXV30 115   0,79   0,69%
  • IDXQ30 129   0,36   0,28%

Cermat memilih tahu sehat tanpa pengawet (3)


Senin, 17 Juni 2013 / 15:23 WIB
Cermat memilih tahu sehat tanpa pengawet (3)
ILUSTRASI. Warga berjalan sambil membawa payung saat hujan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Senin (1/11/2021). Cuaca hari ini di Jabodetabek cerah hingga huajn sedang, menurut ramalan BMKG. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay.


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini

Lantaran sudah jadi makanan sehari-hari bagi kebanyakan orang Indonesia, tak sulit mendapatkan tahu. Mulai dari warung rumahan, pasar tradisional, hingga pasar modern umumnya menjual tahu. Namun, berhati-hatilah memilih tahu. Maklum, ada saja produsen yang berbuat curang dengan menambah pengawet dan pewarna buatan demi mendapat untung lebih besar.

Sayangnya, konsumen kerap kali sulit membedakan tahu yang baik dan tidak, dengan kasat mata. Supaya tidak tertipu, Aep Saefudin, produsen tahu di Kampung Cibuntu membagikan tips berikut ini.

Pertama, tahu yang layak untuk dikonsumsi (tanpa formalin) memiliki tekstur kenyal. "Dengan ditekan-tekan saja kita bisa bedakan, kalau kenyal berarti tahu itu bagus. Tapi, kalau agak keras berarti dia menggunakan pengawet," papar Aep.

Tahu yang bagus juga hanya akan bertahan maksimal tiga hari. Jika lebih dari itu, teksturnya akan rusak. Sedangkan, tahu berformalin bisa lebih tahan lama, hingga satu minggu atau lebih.

Kedua, untuk memilih tahu kuning tanpa pewarna buatan, Anda bisa mencermati warnanya. Menurut Aep, tahu yang baik memiliki warna kuning yang tidak terlalu cerah, namun tetap bersih. Warna kuning kusam justru mengindikasikan tahu tersebut menggunakan kunyit sebagai pewarna asli, bukan pewarna tekstil.

Jika masih ragu, bisa juga dengan mengusap tahu menggunakan jari. Jika tahu tersebut memakai kunyit,  warna kuningnya tidak akan menempel di tangan. "Kalau pakai pewarna tekstil, warnanya akan sangat mudah menempel di jari," ujar Aep.

Supaya lebih yakin tahu yang hendak dibeli tak memakai pewarna tekstil, bisa dengan mengendusnya. Jika memakai kunyit, pasti tercium bau khas kunyit.

Aep mengklaim, produsen tahu di Kampung Cibuntu tidak menggunakan pengawet dan pewarna buatan. Wajar, mereka menjaga nama baik kampung tersebut yang dikenal sebagai pembuat tahu sejak 40 tahun silam.

"Kami tidak ingin menurunkan kualitas tahu, yang bisa berdampak pada turunnya kepercayaan dan minat pelanggan," imbuh Iyam, yang sudah 12 tahun memproduksi tahu di Cibuntu.

Meski selalu menjaga kualitas, namun setiap produsen punya takaran bahan baku yang berbeda-beda untuk membuat tahu yang enak. Takaran juga tergantung jenis tahu yang ingin dibuat. Selain tahu putih dan kuning, ada juga produsen di Kampung Cibuntu yang membuat tahu susu dan tahu keju.

Adapun, Iyam lebih banyak membuat tahu kuning ketimbang tahu putih. Menurutnya, permintaan paling banyak untuk jenis tahu kuning. "Komposisinya 8 berbanding 1," ujarnya.

Pada dasarnya, proses pembuatan tahu putih dan kuning, sama saja. Bubur kedelai yang sudah direbus hingga mendidih, lalu disaring. Selanjutnya, hasil saringan diberi semacam obat penggumpal, supaya tahu mengembang.

Setelah padat, tahu pun sudah bisa dicetak. Nah, pemberian warna kuning berupa cairan ekstrak kunyit, dilakukan setelah tahapan pencetakan. (Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×