kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.440.000   -4.000   -0,28%
  • USD/IDR 15.354   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.842   10,48   0,13%
  • KOMPAS100 1.195   1,92   0,16%
  • LQ45 969   2,05   0,21%
  • ISSI 228   0,25   0,11%
  • IDX30 494   0,75   0,15%
  • IDXHIDIV20 595   1,55   0,26%
  • IDX80 136   0,30   0,22%
  • IDXV30 140   0,54   0,39%
  • IDXQ30 165   0,61   0,37%

Ciptakan Wangi Horor, Strategi Ataraksia Bertahan di Era Gempuran Parfum Lokal


Jumat, 13 September 2024 / 19:51 WIB
Ciptakan Wangi Horor, Strategi Ataraksia Bertahan di Era Gempuran Parfum Lokal
ILUSTRASI. Ataraksia memproduksi parfum lokal dengan wangi dan nama horor.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Persaingan antar brand parfum lokal kini semakin mewarnai pasar Indonesia. Ini tak lepas dari banyaknya penggemar parfum lokal yang terpikat karena harganya yang bersahabat untuk berbagai kalangan.

Namun situasi ini juga memaksa pemilik brand parfum lokal untuk mempunyai strategi khusus agar dapat bertahan di era gempuran wewangian lokal.

Salah satu brand parfum lokal yang masih bertahan hingga saat ini adalah Ataraksia.  Owner Ataraksia, Soegiman mengatakan bahwa awal mula terciptanya usaha Ataraksia adalah dimulai sejak tahun 2020, bersamaan saat terjadinya wabah Covid-19.

Kala itu, belum dinamai Ataraksia. Ini hanya sebatas mendalami hobi wewangian di kala lockdown diberlakukan. Dari  eksplorasi wewangian yang tadinya sekedar mengisi waktu luang akhirnya berubah menjadi sebuah aktivitas rutin dan akhirnya membawa ke sebuah ide tentang Ataraksia. 

"Melalui Ataraksia kami bercerita lewat wewangian sembari merasakan manfaat wewangian yang menenangkan," ujar Soegiman kepada Kontan.co.id, Jumat (13/9).

Selanjutnya, ide untuk mengomersialkan Ataraksia secara serius terjadi pada tahun 2021. Soegiman menuturkan awalnya yang membedakan Ataraksia dengan brand parfum lokal lainnya adalah konsep yang tidak biasa dengan aroma yang disampaikan bisa bertemu atau sejalan.

"Konsep ini masih belum banyak ditemui pada awal perkembangan parfum lokal," katanya.

Baca Juga: Rumah Bertingkat Untuk Sarang Burung Walet, Dompet Warga Konawe Tak Pernah Kempet

Namun pada rebranding baru-baru ini, pihaknya juga menyuguhkan Ataraksia sebagai sebuah perjalanan. Perjalanan bagi penghidupnya untuk merasakan pengalaman aroma yang sebisa mungkin berbeda dengan yang umur yang beredar, kemudian dibawakan dengan konsep yang menghibur.

Terbukti, Ataraksia mengeluarkan seri Horor Mitologi yang cukup mendapatkan hype-nya. Ini dikarenakan terjadi pertemuan momentum antara perkembangan audiance peminat parfum lokal dengan perkembangan parfum lokal itu sendiri.

"Kami akan selalu mencoba menghadirkan pengalaman berbeda lewat parfum," katanya.

Tak tanggung, pada Seri Horor Mitologi, Ataraksia juga memberi namanya yang menyeramkan sekaligus unik untuk menggambarkan aroma yang dimiliki. Misalnya saja Sarang Gandharwa, Peri Gandamayit, Sanggar Hantu Laut, Rimba Jagal, Tolire Gam Jaha, Hunian Alas Purwo dan Menungso.

Bukan sekedar nama, aroma yang dimiliki juga cukup unik. Misalnya varian Sarang Gandharwa yang menjelaskan aroma unik yang memiliki wangi darah anyir hingga wangi betadine. Kemudian varian Peri Gandamayit yang memiliki aroma perpaduan bunga melati, kamboja dan sedap malam. 

Ia mengakui, di tengah gempuran parfum lokal memang menjadi tantangan tersendiri bagi Ataraksia. Belum lagi ditambah dengan masuknya parfum dari Timur Tengah yang juga memenuhi pasar domestik.

"Semakin ramainya market tentu beriringan juga dengan jenuhnya market. Kami akan fokus melakukan hal-hal yang menjadi celah yang dilakukan oleh kompetitor," jelasnya.

Di Ataraksia sendiri, Ia bercerita, proses penciptaan satu atau beberapa parfum umumnya memerlukan waktu minimal enam bulan hingga delapan bulan atau lebih.  Bahkan seri terbaru Ataraksia yang diberi nama Vicennial: a Cycle of Power perlu waktu hingga dua tahun dari konsep sampai hasil akhir.

Untuk pemasarannya, Ataraksia menggunakan media sosial sebagai tempat promosi dan juga e-commerce sebagai tempat pemasarannya. Di e-commerce, harga satu botol parfum berkisar Rp 337 ribu hingga Rp 379 ribu untuk ukuran 55 ml tergantung variannya.

Selanjutnya: Pengamat: Penerapan PSAK 117 untuk Asuransi Butuh Investasi yang Tak Sedikit

Menarik Dibaca: Napindo Gelar Indo Security, Indo Firex, dan IISMEX 2024 Expo & Forum

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×