kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dari ketidaknyamanan ponco, lahirlah Sheba


Minggu, 25 November 2018 / 07:45 WIB
Dari ketidaknyamanan ponco, lahirlah Sheba


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Saat musim hujan tiba, jas hujan menjadi barang wajib untuk dibawa.

Dulu, jas hujan model ponco merupakan model yang paling banyak digunakan. Sayangnya, desain yang tidak efisien membuat jas hujan ini tidak aman untuk berkendara.   

Berangkat dari ketidaknyamanan saat memakai jas hujan ponco ini, pasangan suami istri Priyo Agung Wicaksono dan Eka Rizki Indriyani terinspirasi untuk membuat jas hujan sendiri. Mereka juga memanfaatkan tren pakaian muslimah, sehingga terciptalah jas hujan muslimah.

Awalnya, saat merintis bisnisnya pada 2011, Eka membuat jas hujan ini dengan sistem pre-order (PO). Setelah terlihat pasar yang potensial, dua tahun kemudian, dia melabeli jas hujan muslimah itu dengan merek Sheba.

Tak hanya itu, Eka juga mengembangkan produknya dari sisi desain yang lebih fashionable dan penggunaan warna kekinian. Ia juga memilih bahan yang waterproof serta model jahitan tutup.

"Perubahan ini kami lakukan karena banyak komplain dari konsumen dari produk sebelumnya," terangnya.  

Berkat perubahan itu, jas hujan Sheba kian diburu. Permintaan konsumen terus mengalir dari berbagai kota seperti Jakarta, Surabaya, Balikpapan, Bandung, Makassar dan lainnya.

Belakangan, Priyo juga mengirimkan Sheba ke pelanggan dari Jepang, Oman, Italia, Mesir dan Malaysia.  

Sekarang produksinya sudah mencapai 1.500-2.000 potong per bulan. Ada 25 penjahit yang bekerja di pabriknya di Kabupaten Tangerang, Banten.

Selain menyasar kaum hawa, Eka juga juga membuat produk untuk anak-anak dan laki-laki. Total ada enam model yang sudah dijual Sheba. Setiap jas hujan ini dijual mulai harga Rp 325.000 sampai Rp 375.000 per potong.  

Pemasaran online dan sistem keagenan menjadi strateginya untuk meningkatkan jumlah penjualan. Memang cara tersebut lebih cepat untuk mengedukasi dan memperluas pasar. Saat ini mereka telah menjalin kerjasama dengan 92 agen yang tersebar di seluruh Indonesia.           

Komplain & kritik konsumen jadi penyulut semangat

Memulai usaha jas hujan muslimah tidaklah mudah bagi pasangan suami istri Priyo Agung Wicaksono dan Eka Rizki Indriyani. Mereka mulai merintis bisnis ini pada 2011 silam.  

Tanpa banyak modal, Priyo dan Eka menjalin kemitraan dengan penjahit. Mulai dari membuat contoh jas hujan hingga memenuhi pesanan pre-order (PO).  

Baru merasakan manisnya berbisnis, keduanya harus berhadapan dengan puluhan sampai ratusan komplain konsumen. Bahkan, tak sedikit konsumen mengembalikan jas hujan pesanannya dengan alasan tak sesuai ekspektasi.

"Total dana yang saya kembalikan ke konsumen saat itu sekitar Rp 5 juta,  itu pun sebagian saya pinjam uang orang tua," katanya.

Merasa produknya gagal,  pasangan muda ini memutuskan untuk menghentikan kerjasama dengan mitra penjahit. Mereka menutup sementara usahanya.

Namun, permintaan konsumen terus berdatangan. Priyo pun kembali membuka bisnisnya dengan produk yang baru.

Bermodalkan uang tabungan Rp 250.000, keduanya mulai berburu material kain yang cocok untuk jas hujannya. Tidak ingin salah beli, uji coba dilakukan untuk melihat kualitas kain.

Caranya dengan menyemprotkan air dengan tekanan tertentu pada kain. Saat tidak ada rembesan maka dianggap kain tersebut memehuni syarat. Mereka pun merekrut penjahit untuk menjamin kualitas jahitan.

Tak hanya bahan jas hujan, mereka juga memperbaiki desain. Kali ini, Eka merancang jas hujannya lebih feminin dan fashionable.

Setelah semua uji coba dan persiapan selesai, awal tahun 2013 mereka meluncurkan produk pertamanya dengan merek Sheba. Pola berjualannya sama dengan sebelumnya yaitu sistem PO. Alasannya, mereka tidak mempunyai modal cukup untuk memproduksi barang jadi dalam jumlah banyak.

Beruntung konsumen tak berpaling, model jas hujan yang feminin ini langsung menarik perhatian. Modal pelanggan yang dimiliki ini menjadi kekuatan Sheba selanjutnya.  

Persaingan mulai ketat, terus inovasi produk

Menjalankan sebuah bisnis memang harus kuat menghadapi masalah dan tantangan. Para pemilik bisnis pun harus bekerja keras supaya roda usahanya terus bergerak.  

Kendala dan tantangan inilah yang Priyo Agung Wicaksono dan Eka Rizki Indriyani juga alami saat mereka merintis usaha jas hujang. Khususnya, dalam hal membuka pasar.

Memang, saat tahun 2011 jas hujan muslimah merupakan barang baru untuk pasar lokal. Mereka harus melakukan edukasi, tidak hanya tentang fungsi pemakaiannya tapi juga dari segi kemanan serta kenyaman saat digunakan.

Memanfaatkan teknologi, pasangan muda ini memilih media sosial untuk mempromosikan produk dan edukasi pasar. Respon pun cukup baik, satu persatu pesanan mulai datang.

Kini, setelah menuai sukses tidak membuat keduanya berleha-leha. Kendala lain juga menghampiri, yaitu memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.  

"Apalagi menjelang musim hujan, kami mulai keteteran. Meski jumlah produksi sudah ditingkatkan, tetap saja belum memenuhi seluruh permintaan konsumen," jelasnya Eka.

Sekadar info, saat penghujan datang terjadi kenaikan permintaan barang sampai empat kali lipat dari bulan biasanya. Tingginya permintaan ini akan terjadi sampai menjelang akhir musim hujan.

Selain itu, perempuan berhijab ini juga mengamini bila suasana persaingan sektor usaha ini mulai terasa ketat. Namun, dia tetap tidak khawatir karena sebagai pioner dia sudah menguasai sekitar 60% pasar lokal.

Namun, untuk membuat konsumennya loyal serta menjaring pelanggan baru inovasi desain selalu dilakukannya. Ibu dua anak ini rutin meluncurkan desain baru setiap tahun. Biasanya, desain baru akan keluar saat bulan Ramadhan.

Sedangkan, setiap minggunya, Sheba akan mengeluarkan motif dan warna kain baru untuk jas hujannya. Dengan begitu, model jas hujan buatannya tidak monoton dan terkesan eksklusif.

Tahun ini, perempuan berusia 27 tahun ini menargetkan untuk bekerjasama dengan 100 agen yang tersebar di seluruh nusantara. Pencapaian targetnya kini sudah mencapai 95%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×