Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini
Tanaman hias kerap dicari untuk mempercantik dan membuat suasana rumah atau gedung lebih asri. Itu sebabnya, permintaan cukup tinggi, terutama di perkotaan. Kita bisa dengan mudah menjumpai sentra tanaman hias di Jakarta. Salah satu yang bertahan selama puluhan tahun, yakni sentra tanaman kavling DKI di Jalan Menara, Meruya Selatan.
Di sana, terdapat puluhan pedagang yang menjual aneka jenis tanaman hias, seperti asoka, andong, pucuk merah, hingga cemara udang. Mereka memajang dagang di atas kavling kosong milik pemerintah DKI Jakarta.
Untuk mencapai sentra ini, bisa berpatokan pada Universitas Mercu Buana. Dari kampus tersebut, Anda dapat berkendara memasuki Jalan Raya H. Saaba. Nah, Jalan Menara yang merupakan jalanan kampung, terletak sekitar 100 meter dari jalan raya tersebut.
Salah seorang pedagang, Akon bilang, para pedagang tanaman hias di Jalan Menara adalah penduduk Kampung Kayon. Kampung ini letaknya bersebelahan dengan Kompleks Kavling DKI.
Ia bercerita, awalnya, para pedagang masih berjualan di depan rumah masing-masing di Kampung Kayon. Namun, melihat peluang yang bagus, di mana Jalan Menara ramai dilewati orang, mereka pun memindahkan lokasi berdagang di Kavling DKI.
“Tahun 1980-an, lahan ini dibeli Pemkot, lalu dijadikan kompleks perumahan Kavling DKI. Namun, sampai sekarang, masih banyak yang kosong, sehingga kami manfaatkan untuk menjual sekaligus budidaya tanaman hias," tutur Akon.
Pelopor pedagang tanaman hias di Kavling DKI, Haji Hasyim menuturkan, dulunya, pada 1980-an, hanya ia yang berbisnis tanaman hias di kawasan itu. Ia pun membudidayakan sendiri tanaman hias di kebun miliknya di Kampung Kayon.Karena skala bisnisnya semakin besar, ia memperkerjakan beberapa tetangga.
Lambat laun, para pekerja Hasyim mulai berbisnis sendiri. Banyak warga Kampung Kayon yang mengikuti jejaknya. Alhasil, semakin ramailah pedagang tanaman hias di Kavling DKI. “Mulai ramai sejak 1998. Sekarang, sudah ada sekitar 25 pedagang tanaman hias di sini,” ujar Haji Hasyim.
Ia sendiri menempati lahan seluas 500 meter persegi (m2) di Kompleks Kavling DKI. Namun, Haji Hasyim mengaku, lahan tersebut milik sendiri, hasil warisan dari orang tuanya.
Berbeda, dengan Akon yang hanya menumpang di kavling kosong. Menurutnya, pihak Kavling DKI mengetahui lahan tersebut digunakan para pedagang. "Sejauh ini, tidak dipermasalahkan. Tapi, kalau nantinya kavling-kavling kosong itu mau dibangun rumah, para pedagang harus siap-siap pindah lokasi," ucapnya.
Mereka bertahan, lantaran hasilnya jualan di sana cukup menguntungkan. Akon mengaku, bisa mendapat omzet sekitar Rp 15 juta per bulan. Bahkan, Haji Hasyim bisa mengantongi pemasukan sekitar Rp 60 juta sebulan. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News