kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dari menu andalan saat kuliah, tiga sekawan ini merintis Eatlah


Sabtu, 10 November 2018 / 07:30 WIB
Dari menu andalan saat kuliah, tiga sekawan ini merintis Eatlah


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Kecintaan akan chicken salted egg, mendorong tiga sekawan, Charina Prinandita, Riesky Vernandes dan Michael Veryanto membangun usaha kuliner Eatlah. Lantaran menu ayam saus telur asin ini merupakan santapan sehari-hari mereka saat tinggal di Singapura, Charina pun ingin mengenalkan kenikmatan chicken salted egg sesungguhnya. Ya, seperti yang dia temui saat kuliah dan bekerja di negeri singa tersebut.  

Lantas, mereka pun membuka gerai pertamanya di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, pertengahan 2016 silam. Tanpa bantuan karyawan, mereka berbagi tugas. Riesky mendapat bagian memasak, Charina memotong bahan-bahan, dan Michael sebagai kasirnya.

Tak disangka, Eatlah dengan cepat meledak. Bahkan, dalam dua tahun, mereka sudah membuka 15 gerainya di Jabodetabek, Semarang dan Bandung.  

Charina pun buka suara tentang cepatnya ekspansi Eatlah. "Kami menjalin kerjasama untuk persiapan lokasi dan modal buka gerai. Sementara, kami menjadi operatornya," jelasnya.  

Mereka juga memilih tidak menawarkan terlalu banyak menu. Sampai sekarang hanya tersedia dua menu protein yaitu ayam dan dori serta tiga pilihan saus yaitu salted egg, brown butter, dan sambal.

Harga seporsi menu ini mulai Rp 35.000-Rp 100.000. Dalam sehari, Charina bilang, tiap gerai bisa menjual sekitar 400 porsi.  

Mereka menggandeng beberapa pemasok daging ayam dan dori untuk memastikan ketersediaan bahan baku penuh setiap gerai. Sedangkan, telur asin langsung didatangkan dari Brebes, Jawa Tengah.

Untuk menjaga kualitas makanan, mereka melengkapi dapur setiap gerai dengan alat-alat masak canggih. Tujuannya, untuk mempermudah kerja para karyawan yang tidak mempunyai latar belakang memasak.

Tak berhenti di Eatlah, ketiga sekawan ini juga terus mengembangkan bisnis kulinernya. Sejak tahun lalu, Charina dan temannya membesut Chipslah. Berbeda dengan Eatlah yang disajikan sebagai kudapan berat, Chipslah merupakn varian camilan. Bentuknya adalah potato chips dan fish skin salted egg.                            

Meski buka gerai, Eatlah incar pekerja kantoran

Tak punya latar belakang dunia kuliner, Charina Prinandia, Riesky Vernandes dan Michael Veryanto nekat terjun berbisnis ayam saus telur asin. Dengan modal patungan sebesar Rp 45 juta, tiga sekawan lulusan Raffles Design Institute ini membuka Eatlah.

Meski gemar menyantap menu ini di Singapura, tak mudah bagi Charina dan teman-temannya meracik resep yang pas. Waktu delapan bulan pun mereka habiskan untuk uji coba hingga rasa chicken salted egg pas di lidah konsumen lokal.   

Charina bilang, Riesky yang punya banyak peran menemukan racikan menu ini. Keluarga Riesky yang suka memasak sangat membantu mereka mulai dari meracik resep hingga penyajian.   

Seiring mencari resep yang pas, mereka juga menyiapkan desain kemasan berupa rice box. Pilihan desainnya adalah sederhana tapi modern. Pasalnya, konsep  Eatlah adalah makanan delivery. "Yang bisa dinikmati pekerja di kantor saat meeting," kata Charina.

Oleh karena itu, meski punya gerai di kawasan Pantai Indah Kapuk, Charina juga mendaftarkan Eatlah dalam layanan ojek online.  Responnya cukup baik, lebih dari 50% penjualan datang dari pesanan online.

Mendapatkan respon bagus dari pasar membuat roda bisnisnya berjalan dengan cepat. Satu persatu gerai cabang dibuka di Jakarta, untuk menjangkau lebih banyak konsumen.

Namun, menjalankan bisnis memang tak semudah yang dibayangkan. Perempuan 27 tahun ini mengaku sempat kesulitan untuk memenuhi bahan baku untuk salah satu gerainya.

Sebab, awalnya Eatlah hanya mengandalkan satu pemasok ikan dori. Seringkali menu tak dapat disediakan karena menunggu bahan sampai ke gerai.

Belajar dari pengalaman,  mereka pun mencari pemasok tambahan untuk menjamin pasokan bahan baku aman saban harinya.

Masalah lainnya, mereka juga kewalahan mengatur  jumlah karyawan yang mulai banyak. Maklum saja, ini merupakan bisnis pertama bagi mereka.

"Dulu, kami sempat harus merumahkan semua pegawai salah satu gerai karena ada kecurangan," cerita Charina.Sejak kejadian tersebut mereka memilih untuk menggunakan sistem keungan dan suplai terpusat sehingga dapat memantau aktivitas setiap gerai.                       

Lirik pusat belanja untuk memperluas pasar

Meski masih pemain baru di dunia kuliner, tiga sekawan, Charina Prinandita, Riesky Vernandes, dan Michael Veryanto mampu mendorong laju bisnisnya dengan cepat. Dalam tiga tahun, mereka mampu membuka sejumlah cabang hingga di luar kota.  

Tak hanya berjualan, ketiga sahabat karib ini juga giat membentuk brand image Eatlah. Selain mengedukasi pasar melalui meda sosial, mereka juga aktif mengikuti berbagai event untuk promosi, seperti bazar dan konser musik. Charina bilang, strategi mengaku strategi ini digunakan untuk menjaring konsumen yang tak aktif di media sosial.  

Tidak hanya itu, mereka juga mulai pengembangan gerai di pusat-pusat belanja. Dengan begitu, konsumen dapat menikmati makanan secara langsung di gerainya. Di sini, Charina juga ingin menyampaikan, bahwa Eatlah bukan makanan musiman.  

Bahkan kini, penjualan di mal atau pusat belanja mampu meningkatkan omzet untuk gerai-gerai fisik. Alhasil, penjualan gerai fisik sudah mengimbangi penjualannya secara online.

Sejauh menjalani dunia bisnis, Charina bilang, tantangan yang dihadapinya kini adalah membentuk karyawan menjadi loyal dan mampu bekerja secara sistematis sehingga memudahkan kontrol. Untuk itu, sebagai pemilik, dia juga tak sungkan ikut melayani konsumen disaat jumlah karyawan kurang dalam satu gerai. Dengan cara itu, pemilik dapat mengenal dan berkomunikasi dengan karyawan secara nyaman.

Dapur juga terus dibenahi dengan berbagai alat masak canggih. Tujuannya untuk memudahkan pekerjaan karyawan yang tidak mempunyai pengalaman menjadi ahli masak.   

Sadar bukan menjadi satu-satunya penjaja chicken salted egg, perempuan 27 tahun ini sudah merasakan iklim persaingan cukup ketat.  

Namun, dia tidak ambil pusing. Alasannya, dengan banyaknya pemain baru yang bermunculan maka akan membantu proses edukasi pasar lebih cepat. Yang pasti memastikan kualitas makanan tetap terjaga menjadi senjata andalan mereka untuk bertahan.  

Charina menargetkan, tahun depan Eatlah bakal mulai melebarkan sayapnya ke beberapa kota besar seperti Surabaya, Bali dan kota besar lainnya.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×