kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.627   8,00   0,05%
  • IDX 6.934   101,55   1,49%
  • KOMPAS100 1.004   16,65   1,69%
  • LQ45 779   13,86   1,81%
  • ISSI 220   2,24   1,03%
  • IDX30 404   7,52   1,89%
  • IDXHIDIV20 477   9,50   2,03%
  • IDX80 113   1,72   1,54%
  • IDXV30 116   1,63   1,43%
  • IDXQ30 132   2,86   2,21%

Dari montir jadi juragan Warung Blambangan (1)


Kamis, 16 Oktober 2014 / 15:47 WIB
Dari montir jadi juragan Warung Blambangan (1)
ILUSTRASI. Cara hapus riwayat obrolan ChatGPT.


Reporter: Izzatul Mazidah | Editor: Rizki Caturini

berbekal tekad yang kuat untuk sukses di Jakarta, Budi Septiyanto sukses membuka usaha kuliner dengan brand Warung Blambangan.
Saat ini, Budi memiliki enam gerai Warung Blambangan di kawasan Jakarta Selatan dengan mengantongi omzet hingga Rp 104 juta per bulan. Enam gerai tersebut berlokasi di kawasan Semanggi, Kapten Tendean, dan Mampang, Jakarta Selatan.

Gerai utamanya berada persis di dekat lampu merah dari arah Gedung Trans Corp, Jalan Kapten Tendean, Jakarta Selatan, tepatnya setelah Polsek Mampang.  "Pelanggan saya kebanyakan karyawan kantor," kata pria 50 tahun ini.

Berawal dari tahun 1990-an, Budi mengawali hidupnya di perantauan dengan menjadi teknisi di sebuah bengkel mobil di daerah Cikampek, Bekasi. Saat itu, pria asal Banyuwangi, Jawa Timur ini sudah menikah dengan isterinya yang bernama Yamiyati.

Ide bisnis kuliner didapat setelah ia mendengar masukan dari orang tuanya. "Saat itu, orang tua saya mengatakan bahwa masakan isteri enak, apalagi sambal buatannya," kata Budi.

Dari situ, orang tua memberi saran untuk terjun ke bisnis kuliner saja. Budi menyambut baik masukan dari kedua orang tuanya itu. Ia mengawali kiprahnya di bisnis kuliner dengan berjualan  lontong sayur.

Sebagai pengusaha kuliner, ia tak berhenti melakukan inovasi. Hingga akhirnya, dia memilih fokus menjajakan menu olahan ayam. Sukses yang diraihnya tidak didapat dengan mudah. Merintis bisnis dari bawah, awal membuka gerai di Mampang, penjualannya hanya lima ekor sampai 10 ekor ayam per hari.

Namun, seiring berjalannya waktu, kuliner olahan ayamnya makin dikenal. Kini dalam sehari, ia bisa menjual hingga 200 ekor ayam. Menu utama yang paling diminati adalah ayam bakar bumbu rujak. "Sambalnya asli buatan istri, sehari bisa menghabiskan 20 kilogram (kg) sambal," katanya.  

Selain ayam bakar bumbu rujak, ia juga menyediakan aneka menu lain. Di antaranya, cumi goreng dan bakar, paru goreng, botok, aneka pepes, gorengan bayam, tulang muda, rollade, bakwan jagung, aneka gorengan, ayam bakar, ayam goreng, bebek bakar, lalapan, rendang, sayur daun pepaya, urap, sayur asem, cah kangkung, sayur bening, sambel kentang, dan sebagainya. "Menu yang kami jual khas makanan tradisional Indonesia," jelas Budi.

Isterinya bertugas sebagai juru masak dibantu sejumlah karyawan. "Para karyawan itu sudah dididik dan dilatih oleh isteri saya," ujar Budi.
Budi sendiri fokus mengelola karyawan dan keuangan usahannya.Selain membuka gerai, Budi juga melayani katering kantor. Banyak perusahaan  besar katering padanya, seperti Pertamina, Medco, Infomedia, dan lain-lain.

Harga jual makanan di warungnya dibanderol mulai Rp 7.000 hingga Rp 25.000 per porsi. Sementara harga minuman mulai Rp 3.000 hingga Rp 5.000 per gelas. Di gerainya, ia menerapkan layanan dengan sistem prasmanan. Khusus untuk lalapan, sambal, dan teh tawar diberikan gratis dan bebas untuk menambah.     n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×