kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dari sini asal lemper yang dijual di pasar jajan Jakarta (2)


Jumat, 09 Februari 2018 / 10:40 WIB
Dari sini asal lemper yang dijual di pasar jajan Jakarta (2)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Pusat produksi lemper dan kue basah di Kecamatan Larangan, Kota Tangerang Selatan, Banten sudah dikenal sejak tahun 1980'an. Tak heran, para produsen lemper ini sudah mempunyai pelanggan masing-masing. Mereka juga tidak perlu repot-repot untuk promosi untuk merebut pasar. 

Di lain pihak, para konsumen juga tidak segan datang ke sentra yang letaknya tak jauh dari Cipadu ini hanya untuk memesan kue basah untuk keperluan pesta pernikahan hingga pertemuan kantor. 

Kuswanto, salah satu produsen lemper mengatakan, biasanya pesanan mulai banyak berdatangan saat musim nikah. "Tapi pada hari-hari biasa, ada saja yang pesan untuk kegiatan kantor atau arisan," katanya pada KONTAN, Jumat (26/1). 

Bulan Ramadhan dan perayaan Maulid Nabi menjadi masa panen bagi para penjual lemper ini. Pasalnya, permintaan terus meningkat. Pada masa-masa itu, Kuswanto sampai menambah produksi lemper hingga 10 kilogram (kg) per hari untuk memenuhi permintaan konsumen. 

Untuk urusan bahan baku, Kurwanto membelinya dari Pasar Kreo, Larangan. Sedangkan, untuk daunnya dia beli dari pemasok yang berada di sekitar Larangan.  

Bila ingin membeli lemper dalam kondisi hangat, sebaiknya Anda mengunjungi lokasi ini sekitar pukul 11.00 WIB. Karena, mereka biasanya mulai memasak pada pukul 07.00 WIB. 

Laki-laki asal Cilacap, Jawa Tengah ini menceritakan, pada proses pembuatan lemper perlu kesabaran karena butuh waktu yang cukup lama. Selain itu, saat memasak, beras keatan harus diaduk supaya matang merata. Butuh waktu lama karena memasaknya harus dengan api kecil. 

Sebelum diberikan isian, sebaiknya ketan juga dibiarkan dingin dengan diangin-anginkan. Saat ketan mulai dingin, mulai diberikan isian dan dibungkus.

Berbeda dengan Kuswanto yang penjualannya masih tetap stabil hingga saat ini, Kasmanto, pembuat lemper lainnya, justru mengaku penjualannya terus menurun sejak Lebaran tahun lalu. Dia pun tidak mengetahui faktor penyebab turunnya penjualan lemper ini.  

Alhasil, produksinya terus menurun dari 50 kg per hari menjadi 25 liter per hari. "Sekarang, tidak ada musim ramai, penjualan seret setiap hari," tambahnya. 

Untuk bahan baku, sama seperti pedagang lainnya, dia pun membeli beras ketan, daging ayam, dan lainnya dipasar Kreo, Larangan. Sedangkan, untuk daun dia mendapatkan pasokan dari pedangan daun asal Ciledug. 

Untuk tahapan produksi dia dibantu dua orang anaknya. Proses masaknya pun dimulai sejak pukul 07.00 WIB. Siang hari, dia bersama anak-anaknya mulai sibuk membungkus lemper yang nantinya siap dijual menjelang malam hari. 

Berdasarkan ceritanya, pusat produksi lemper dan kue ini mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Penjualan pun laris manis, harga bahan baku murah sehingga mereka dapat mengantongi cuan cukup tinggi. 

Melewati tahun 2000 sampai sekarang, Kasmanto  merasakan tidak ada kemajuan yang berarti dirasakan oleh mereka. Harga bahan baku yang naik turun atau kurang stabil, serta dihilangkannya ketan impor dari pasaran membuat mereka harus merogoh koceknya lebih dalam agar bisnis terus berjalan.                                  

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×