kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.932   28,00   0,18%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Dari vlogger, lip coat brand Lizzie Parra lahir


Minggu, 29 Juli 2018 / 14:05 WIB
Dari vlogger, lip coat brand Lizzie Parra lahir


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Bagi milenials, khususnya kaum hawa, nama Lizzie Parra pasti sudah tak asing lagi. Selama delapan tahun berkecimpung di dunia kecantikan, perempuan bernama lengkap Elizabeth Christina Parameswari ini akhirnya memberanikan diri  mengeluarkan produk kecantikannya sendiri, dengan brand By Lizzie Parra (BLP). Baru enam bulan meluncurkan koleksi pertama, modalnya sudah kembali.   

"Sebenarnya mimpi saya punya brand sendiri sudah ada sejak lima tahun lalu. Hanya, waktu itu, saya agak kurang percaya diri, punya modal nggak ya, bisa nggak ya jalaninnya," ungkap Lizzie saat ditemui di sebuah acara di kawasan Bintaro beberapa waktu lalu.

Berbekal pengalaman berkecimpung di dunia kecantikan, perempuan kelahiran 1987 ini pun meluncurkan BLP pada Juni 2016. Pertama kali diluncurkan, BLP mengeluarkan produk lip coat dengan delapan warna.

Sejak meluncur pertama kali, produk lip coat milik BLP selalu ludes terjual setiap harinya. Dan hal tersebut terjadi selama sebulan berturut-turut. Lip coat BLP dijual lewat online dengan rentang harga Rp 129.000 per buah.

"Saya juga nggak nyangka kalau responnya bakal seantusias itu. Sebulan penjualan selalu habis, sampai website BLP down," ujar Lizzie. Belajar dari pengalaman tersebut, ia pun merekrut orang-orang yang ahli dibidangnya, mulai dari tenaga marketing hingga jagoan teknologi.  Perempuan berkulit putih ini juga menggandeng perusahaan e-commerce seperti Tokopedia sebagai wadah untuk menjual produknya secara lebih luas.

Berawal dari produk pemulas bibir, kini BLP telah memiliki 32 produk kosmetik berbeda, mulai dari lip coat, face powder, bundle set eye brow, eyeliner, brow definer,brow powder,eyeshadow pen dan eye lashes. Harganya sekitar Rp 109.000  Rp 139.000 per buah. BLP juga menyediakan satu set produk yang dibanderol mulai Rp 200.000  Rp 450.000 per set. "Kapaistas produksi BLP sekarang sekitar 10.000 - 25.000 buah per warna dan per produk. Yang paling best seller lip coat dan face powder," tutur Lizzie.    

Tinggalkan zona nyaman demi bangun bisnis sendiri

Sebelum memutuskan terjun berbisnis kecantikan, Elizabeth Christina Parameswari mengawali langkahnya sebagai Product Executive Yves Saint Laurent pada L'Oreal Indonesia. Ia rela meninggalkan zona nyaman demi bangun bisnisnya.

Usai keluar dari pekerjaannya, Christina Parameswari alias Lizzie Parra menekuni profesi sebagai make up artist (MUA) profesional. Ia belajar secara otodidak teknik merias wajah dan penggunaan berbagai brand make up.
Saat memulai karirnya, ia mem-branding dirinya dengan sebutan Lizzie Parra. Karena saat itu belum ada Instagram, Lizzie pun banyak berpromosi dari mulut ke mulut saja.   

Tiga bulan pertama setelah resign adalah permulaan yang cukup berat bagi Lizzie. Karena tak lagi mendapat gaji tetap, ia bergerilya menyebar jejaring. Mulai dengan menjadi MUA dari majalah ke majalah, dari yang namanya hanya diletakkan pada lipatan majalah sampai bisa di bawah fotografer. Lalu secara perlahan, perempuan berzodiak aquarius ini pun mulai mendapat tawaran make up untuk pengantin.

Bahkan, saat pertama kali merias pengantin, Lizzie juga dipandang remeh oleh perias lainnya. Apalagi, secara fisik, tak sedikit orang yang meremehkannya.

Nama Lizzie Parra makin melambung setelah ia meluncurkan blog dan menjadi seorang beauty blogger. Tak lama kemudian, ia pun meluncurkan channel di akun Youtube miliknya dan menjadi seorang beauty vlogger. Kedua media tersebut digunakan Lizzie untuk memberi tips soal make up sekaligus me-review sejumlah brand make up dan produk kecantikan.   

“Awalnya, saya bikin blog untuk portofolio saja. Jadi isinya cuma foto-foto dengan majalah dan artis mana saja yang pernah kerjasama dengan saya. Lalu, karena banyak orang yang sering bertanya tentang brand make up yang bagus, akhirnya saya mulai tulis review," tuturnya.

Dengan bekal yang cukup banyak dari pekerjaannya sebagai MUA sekaligus influencer kecantikan, Lizzie memberanikan diri membuat produk kosmetik sendiri. Ia mengaku, saat meluncurkan produk pertama By Lizzie Parra (BLP), butuh modal ratusan juta rupiah. "Modalnya lumayan ya,  tapi yang jelas kurang dari Rp 500 juta," ungkapnya.

Modal tersebut digunakannya untuk uji coba formula, menentukan kemasan sekaligus mempersiapkan beberapa karyawan awal BLP. Dan sejak Februari 2018 lalu, BLP telah membuka toko offline pertamanya di Lotte Shopping Avenue, Jakarta Selatan.                    

Izin produk berbelit-belit, butuh waktu lama

Mengawali perjalanan bisnisnya sebagai seorang make up artist (MUA) profesional dan beauty influencer, membuat Elizabeth Christina Parameswari belajar banyak soal kelebihan dan kekurangan sejumlah brand make up. Perempuan yang akrab disapa Lizzie Parra ini juga jadi paham akan formula kosmetik yang pas untuk wajah dan warna-warna yang disukai para pencinta make up.

Namun, Lizzie harus melalui enam hingga tujuh kali trial and error sampai mendapatkan formula yang pas untuk satu warna lip coat. Begitu juga untuk  produk yang lain. Tak terhitung lagi wadah sampel lipstik yang terbuang untuk  ratusan percobaan.

Sama seperti pebisnis kecantikan pada umumnya yang menggunakan sistem maklon, perempuan 31 tahun ini bekerjasama dengan beberapa pabrik untuk membuat seluruh produk By Lizzie Parra (BLP). Selain di Indonesia, pabrik kosmetik itu ada di Shanghai dan Jerman. “Harus kita akui kalau teknologi di Indonesia belum bisa support industri kecantikan. Bahan baku juga sebagian besar masih banyak yang impor," tuturnya.

Meski lokasi pusat produksi jauh, Lizzie tetap melakukan kontrol ketat. Biasanya, sebelum meluncurkan sebuah produk, ia meminta random sampling product dari pabrik tersebut. Ia tak menampik jika beberapa kali ada produk yang cacat atau tidak lolos quality control.

Selain kendala bahan baku dan pusat produksi yang jauh, Lizzie masih terkendala oleh perizinan dan birokrasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang berbelit-belit. Waktu untuk mengurus perizinan pun semakin lama. "Saya urus perizinan untuk satu produk saja, sejak Februari 2018 sampai sekarang belum keluar. Nggak jelas apa yang kurang, padahal semua persyaratan sudah saya penuhi. Ini salah satu kendala yang menghambat industri kosmetik Indonesia buat berkembang," ungkapnya.

Soal rencana kedepan, perempuan berpipi chubby ini sudah menyusun banyak rencana n untuk BLP. Beberapa diantaranya adalah mendirikan gerai offline BLP yang kedua di Bandung dan meluncurkan beberapa produk baru. "Dalam waktu dekat, kami bakal buka gerai di Bandung. Dan tiap tahun, konsisten meluncurkan 5 produk baru," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×