Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Madura, khususnya Sumenep, kini tengah mencuri perhatian dengan potensi produk lokal yang tak hanya dinikmati di pasar domestik, tetapi juga berhasil menembus pasar global. Dua produk unggulan yang tengah naik daun adalah olahan daun kelor dan sargassum.
PT Agro Dipa Sumekar telah berhasil membawa kedua komoditas ini masuk pasar global, seperti ke Malaysia dan Jerman. Hal itu berkat kualitas dan manfaat yang ditawarkan dari kedua komoditas tersebut.
"Jadi usaha kami di Desa Batang Batang Daya ini mulai dari tahun 2014, kenapa kelor? Saya baca waktu itu, kelor masuk pohon ajaib," ungkap Direktur PT Agro Dipa Sumekar, Heri Siswanto saat ditemui belum lama ini.
Baca Juga: Dongkrak Keuntungan, UMKM Sumbawa Ikuti Pelatihan Penetrasi Pasar dan Media Digital
Heri meyakini daun kelor merupakan pohon ajaib yang sejak lama dikenal sebagai bahan alami dengan beragam manfaat kesehatan. Kini tidak hanya dijual dalam bentuk segar tetapi telah diproses menjadi berbagai produk bernilai tambah.
Di Sumenep, daun kelor diolah menjadi kapsul, teh, serbuk, bahkan ekstrak yang mengandung nutrisi tinggi. Kelor dikenal sebagai superfood karena kandungan vitamin, mineral, dan antioksidannya yang sangat baik untuk kesehatan tubuh.
Produk-produk ini kini banyak diminati oleh konsumen di luar negeri, khususnya di Malaysia dan Jerman, yang memandang kelor sebagai alternatif alami untuk memperkuat daya tahan tubuh dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
"Akhirnya bisa ekspor pertama kali ke Thailand pada tahun 2016, kemudian ke Malaysia dan Jerman," ujarnya.
Tak hanya daun kelor, Heri juga tengah mengembangkan produk turunan dari salah satu jenis rumput laut yaitu sargassum.
Baca Juga: Makan Bergizi Gratis, Cak Imin Sebut Daun Kelor Bagus untuk Pengganti Susu Sapi
Sargassum merupakan sejenis rumput laut yang tumbuh di sepanjang pesisir Madura, tengah menjadi komoditas yang menjanjikan. Sargassum sering dianggap sebagai tanaman liar yang tidak memiliki nilai ekonomis, namun kini, dengan sentuhan inovasi, sargassum telah diolah menjadi produk bernilai tinggi.
Mulanya, sargassum hasil panen dijual secara mentah kepada China. Transaksi dengan China ini, tidak cukup menguntungkan karena para petani tidak bisa menetapkan harga jual. Maka, Heri memutuskan untuk mencoba berbagai inovasi agar sargassum memiliki nilai tambah.
Di Sumenep, sargassum diproses menjadi berbagai produk, mulai dari kosmetik hingga bahan pangan. Kandungan alga yang kaya akan nutrisi serta kemampuannya dalam memproduksi bahan alami yang ramah lingkungan menjadikan sargassum pilihan yang diminati pasar global, terutama di negara-negara Eropa.
"Kita kembangkan produk turunan sargassum menjadi alginat, alginat Indonesia itu dari kebutuhan 2.000 ton per tahun itu 100% impor. Itu potensial sekali untuk masyarakat petani di kepulauan, kita sudah kembangkan dan mungkin September akhir sudah bisa dijual," jelasnya.
Baca Juga: Bocoran Menu Makanan Bergizi Gratis, Tak Semua Daerah Dapat Menu Nasi
Keberhasilan olahan daun kelor dan sargassum asal Sumenep ini tidak lepas dari upaya masyarakat setempat dalam mengoptimalkan potensi alam. Melalui pelatihan dan pendampingan dari berbagai pihak, mereka berhasil mengolah kedua komoditas tersebut dengan cara yang lebih modern dan higienis, meningkatkan nilai jual produk.
Tak hanya itu, kesadaran akan manfaat kesehatan dari daun kelor dan keunikan sargassum turut mendorong permintaan di pasar internasional.
PT Agro Dipa Sumekar pun telah ditetapkan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) sebagai salah satu yang masuk dalam program Desa Devisa.
Desa Devisa sargassum dan daun kelor ini diresmikan tahun 2023.
Baca Juga: Orang Dekat Prabowo Beberkan Usulan Menu Makan Bergizi Gratis, Apa Saja?
"Dari LPEI ada bantuan sertifikasi organik untuk tanaman kelor, pengeringan di sini juga dari LPEI. Dari lahannya kita sudah disertifikasi organik agar nilai jual lebih tinggi, karena negara-negara Eropa mengharuskan sertifikasi organik, setelah itu ada, cara produksinya dengan mesin seperti ini," ungkap Heri.
Selanjutnya: Apakah Cuaca Dingin Menyebabkan Pilek? Ini Fakta Sebenarnya
Menarik Dibaca: Investasi Saham Syariah Kian Populer, Ini 6 Keunggulannya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News