Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hampir seluruh desa di Indonesia saat ini berlomba-lomba menjadi desa tujuan wisata yang bisa menarik minat banyak pengunjung dari wilayah lain.
Namun, membentuk desa wisata bukan pekerjaan mudah. KONTAN pernah mengulas sejumlah desa wisata dan akan mengulas kembali perkembangannya.
Desa Umbul Susuhan
Desa umbul Susuhan berlokasi di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dan menjual wisata budayanya.
Saat diulas KONTAN pada tahun lalu, desa ini mengandalkan kolam pemandian yang luas dan menjadikan pohon besar nan rindang sebagai ikon daerah mereka.
Saat itu kunjungan wisatawan bisa mencapai 200 pengunjung di hari biasa dan ribuan pengunjung pada akhir pekan. Adapun, tarif yang ditetapkan sebesar Rp 8.000 per pengunjung.
Kini, memasuki tahun 2020, desa ini semakin bersolek mencontoh sang kakak yaitu Umbul Ponggok Klaten. Direktur Bumdes Mahanani Desa Manjungan Agus Tri Joko menjelaskan, mulai 2020 desa ini akan memiliki pusat kuliner malam yang diresmikan pada malam tahun baru 2020 lalu.
Tak heran bila lonjakan pengunjung menjadi sebuah keniscayaan. Menurutnya, akhir tahun lalu, Desa Umbul Susuhan dikunjungi sekitar 500 pengunjung per hari dan puncaknya pernah ada 1.200 pengunjung. Namun, Agus sempat menyebut omzet mengalami penurunan saat awal musim penghujan.
"Omzet pertahun Rp 1 miliar lebih, setelah dipotong operasional, maka 50% masuk kas Desa, Alhamdulillah semua perlahan meningkat dan kami terus berbenah," ungkapnya.
Perkembangan lainnya dari aset desa yang dikelola warga ini ialah adanya wahana permainan tambahan bagi anak-anak. Pembangunan wahana tambahan bagi anak-anak ini ditargetkan bisa rampung Lebaran 2020.
Selain itu, ada pula rencana menyewakan ruko di sekitar yang diutamakan bagi warga desa. Per tahun satu ruko disewakan seharga Rp 20 juta dan hingga kini sudah ada dua ruko yang dipesan.
Kampung Cikadu Indah
Kampung Cikadu Indah di Pandeglang, Banten identik sebagai daerah penghasil batik yang jadi ciri khas daerah Banten.
KONTAN pernah mengulas potensi wilayah ini sebagai desa wisata yang kebetulan berdekatan dengan Tanjung Lesung, terutama melihat pelaku UMKM batik yang cukup banyak di wilayah ini pada tahun 2019 lalu.
Saat itu, pelaku usaha disini tengah memulihkan diri pasca bencana tsunami di Selat Sunda yang terjadi pada akhir tahun 2018 lalu yang nyaris menggulung tikar usaha mereka.
Toto Rusmaya, pemilik usaha Batik di Kampung Cikadu Indah mengatakan, sempat merasakan efek tsunami dalam penjualan dan produksinya. Namun, ia tetap memiliki keinginan kuat untuk bangkit dan kembali beraktivitas dan kembali mencari sumber pendapatan.
Maklum, ia mulai menekuni bisnis batik khas Pandeglang dan Banten tersebut sejak 2015. Lantaran berada di daerah wisata, selain menjajakan aneka produk batik serta memproduksinya, Toto juga kerap melayani wisata edukasi bagi para turis untuk belajar membatik. Layanan itu ia garap dengan bekerjasama dengan pebisnis hotel yang ada di sekitar lokasi tersebut.
Padahal, lokasi butik miliknya tidak terkena tsunami, karena berada di dataran yang lebih tinggi. "Setelah kejadian tsunami itu memang sangat berdampak, wisatawan sangat sepi," katanya kepada KONTAN, Minggu (5/1).
Dulunya, ia memiliki lebih dari 100 pengrajin yang bergabung dengan batik tersebut. Sekarang ia mengaku hanya ada sekitar 30an orang saja, lantaran sudah banyak juga yang kurang konsisten. "Ini yang terdaftar dan aktif hanya 30an saja," ujarnya.
Ia juga mengatakan, meski tidak seramai dulu, namun ia bisa mengantongi omzet penjualan dalam sebulan sekitar Rp 30 juta sampai Rp 50 juta.
Toto berharap, tahun ini bisa membangun sanggar batik lagi di tengah kota Pandeglang agar semakin banyak memberdayakan ibu-ibu sebagai pengrajin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News