Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi
Di tangan Dharma Sucipto, lahan-lahan tidur yang tidak terpakai disulap jadi areal tanaman palawija seperti jagung, singkong, dan umbi-umbian untuk bahan baku makanan sehat. Ada sekitar 40 resep menu makanan sehat hasil kreasinya. Dalam sebulan, ia bisa meraup omzet Rp 10 juta.
Seiring perkembangan zaman, makanan sehat makin sulit dicari. Maklum, dewasa ini, bisnis makanan cepat saji terbilang pesat pertumbuhannya. Alhasil, banyak siswa sekolah mengudap camilan tanpa mengerti risiko bahaya yang terkandung dalam bahan makanan tersebut.
Beruntung, tak sedikit masyarakat yang peduli terhadap kondisi tersebut. Contohnya, Dharma Sucipto, mahasiswa jurusan Teknologi Perindustrian Pertanian di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.
Di tangan Dharma, lahan-lahan tidur yang tidak terpakai, disulap menjadi areal tanaman palawija seperti jagung, singkong, dan umbi-umbian untuk bahan baku makanan sehat.
Dharma juga menciptakan 40 resep makanan tradisional dari berbagai jenis tanaman palawija. Penganan itu dijual Dharma di kantin-kantin sekolah di sekitar Gresik dan Malang, Jawa Timur.
Dharma berkisah, awal ia tertarik menciptakan menu makanan sehat karena terinspirasi almarhum neneknya yang meninggal dunia akibat mengidap penyakit diabetes pada 2011. Pola makan yang tidak sehat, diklaim sebagai penyebab sang nenek menderita penyakit tersebut.
Dus, Dharma yang ketika itu masih duduk di bangku SMA Negeri 1 Driyorejo, Gresik, mulai giat menanam umbi-umbian dan sayuran untuk diolah menjadi makanan sehat. "Meski lahan pertaniannya sempit dan menggunakan polibag, tapi kami bisa menghasilkan makanan sehat," kata dia.
Kini, Dharma mampu menghasilkan sekitar 300 porsi jajanan per pekan. Menunya, antara lain, suju (susu jagung), sijanis (serabi jagung manis), puding jagung, ketela tempel, lomet isi pisang, nagasari, kunyit asem, pentol ketela, roti selai rosela, dan dodol labu. Ia juga menjual selai untuk campuran roti, yakni selai ubi ungu dan kuning, selai rosela, serta selai ketela.
Harga jual jajanan produksi Dharma juga terjangkau dari Rp 1.000-Rp 10.000 per menu. Semua jajanan, diklaim Dharma tanpa bahan pewarna, pengawet, pemanis, dan perasa. "Pengemasannya pun anti plastik, semua minuman pakai botol kaca," kata dia.
Dharma mengaku bisa meraup omzet hingga Rp 10 juta per bulan dari menjual makanan sehat. Namun, ia tidak mengaku tidak mengejar keuntungan. Ia lebih mementingkan agar siswa sekolah tidak makan jajanan mengandung MSG, pewarna, dan zat aditif lainnya yang bisa merusak kesehatan.
Selain itu, ia membuat gerakan Small Farming Food Society untuk mengajak anak muda bercocok tanam menghasilkan bahan baku makanan sehat. Upayanya itu tak sia-sia. Dharma mendapat penghargaan dari Satu Indonesia Award kategori Lingkungan tahun 2012.
Rencananya, ia akan menerbitkan buku untuk 40 kreasi menu makanan sehat yang mudah diaplikasikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News