kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.926.000   -27.000   -1,38%
  • USD/IDR 16.542   -9,00   -0,05%
  • IDX 6.849   20,80   0,30%
  • KOMPAS100 990   1,73   0,17%
  • LQ45 765   0,95   0,12%
  • ISSI 219   0,89   0,41%
  • IDX30 397   1,09   0,28%
  • IDXHIDIV20 466   -0,22   -0,05%
  • IDX80 112   0,26   0,24%
  • IDXV30 115   0,82   0,72%
  • IDXQ30 129   0,07   0,06%

Di mana ada kemauan, di situ ada kesuksesan


Senin, 28 Desember 2015 / 21:47 WIB
Di mana ada kemauan, di situ ada kesuksesan


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Pendidikan tinggi bukan satu-satunya jalan untuk bisa menggapai kesuksesan. Ketika ada kemauan dan kerja keras akan selalu ada jalan menuju sukses. Eko Trusulo, pendiri PT Bahana Unindo Teknik di Tambun, Bekasi, Jawa Barat salah satunya yang bisa membuktikan hal tersebut.

Meski hanya lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA), namun pria berusia 39 tahun ini sukses mengembangkan bisnis produsen komponen atau spare part otomotif. Berkat Kerja keras dan kemauan belajar yang tinggi, ia mampu menghempas semua tantangan hingga mampu membangun usaha beromzet miliaran rupiah dan mempekerjakan ratusan karyawan.

Di bawah Bendera PT Bahana Unindo Teknik, Eko memproduksi berbagai spare part mobil seperti tube air connecting, mal injection, tube air connecting, checking future, gas bag nipple, gas bag shaft, chair, dan banyak lagi.

Lalu bagaimana kesuksesan itu ia dapatkan?, Kisahnya bermula sejak lulus SMA di Surabaya pada tahun 1995. Eko memilih merantau mencari pekerjaan ke Jakarta lantaran tak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi di tengah keterbatasan ekonomi.

Tiba di ibukota, Eko mendapat pekerjaan di sebuah bengkel. Di sana, dia belajar mengenal bisnis perbengkelan. Meskipun digaji tak seberapa ia tetap menekuni pekerjaannya sembari terus belajar sebab dengan modal ijazah SMA tidak mudah mendapatkan pekerjaan bagus di Jakarta.

Lama berkecimpung dengan usaha bengkel, Eko kemudian benar-benar jatuh cinta dengan bisnis tersebut. Dia sempat beberapa kali berlabuh dari bengkel yang satu ke bengkel yang lain sembari terus memperbanyak pengetahuan. "Prinsipnya, dimana pun itu saya mau belajar sebanyak mungkin," ujarnya.

Setelah sepuluh tahun malang melintang menjadi pekerja bengkel, Eko pun memutuskan pensiun sebagai karyawan bengkel dan mencoba membuka usaha usaha pembuatan spare part mobil pada tahun 2006. Pengalaman yang didapatnya selama sepuluh tahun menjadi modal dia untuk mulai berdikari.

Awalnya, produk yang diproduksi masih belum terspesifikasi. Eko memproduksi segala jenis spare part dan menawarkannya door to door ke perusahaan otomotif. Selama enam tahun berjalan dengan konsep seperti itu dan tidak berkembang.

Namun berkat kegigihan, kemauan untuk terus belajar serta sering mengikuti berbagai pelatihan, pada tahun 2012 Eko akhirnya mampu mendorong roda bisnisnya berlari lebih kencang. Omzet Bahana Unindo Teknik terus meningkat setiap tahunnya hingga mencapai Rp 32 miliar pada tahun 2014. "Padahal sebelum-sebelumnya, omzetnya paling tinggi hanya Rp 5 miliar," ungkap Eko.

Saat ini Eko telah memiliki 120 karyawan dan mempunyai dua pabrik atau rumah produksi di Cikarang dan Bekasi. Produk yang ia produksi sudah terspesifikasi dan memiliki pasar yang jelas. Sebagian besar spare part buatannya disupplai ke Astra Grup.

Selain Eko, ada Leony Agus Setiawati seorang ibu rumah tangga yang sukses membangun bisnis busana muslim lewat kerja keras dan kemauan untuk terus belajar. Melalui bendera CV Azka Syahrani, ia membangun bisnis busana muslim sulam etnik yang menghasilkan omzet miliaran rupiah setiap bulannya. Tak hanya itu, dia bahkan mampu memberdayakan ratusan orang ibu-ibu rumah tangga di Bogor.

Kesuksesan tersebut tidak diraih begitu saja, kegagalan sering kali menghampirinya. Namun, itu tak membuat Leony berhenti berkarya dan berusaha. Justru dari kegagalan tersebut ia banyak belajar dan memperbaiki diri.

Kisah Leony berawal pada tahun 2001. Sebagai ibu rumah tangga kala itu, dia memutuskan membuka usaha dari rumah dan mencoba membuka toko pakaian muslimah di Tajur, Bogor. Empat tahun berjalan, toko tersebut tidak berkembang karena pengelolaan yang kurang baik dan akhirnya bangkrut.

Tahun 2014, perempuan lulusan Institut Pertanian Bogor pada 1999 ini kemudian menutup usaha dan menjual aset-asetnya. Setelah setahun vakum, Leony menemukan ide bisnis baru. Terinspirasi dari salah satu saudaranya yang terampil menyulam, ia memutuskan bangkit dan mencoba membuat busana muslim dengan motif sulam pada tahun 2005.

Bermodalkan hasil penjualan aset usaha sebelumnya, Leony membuka usaha produksi busana muslim sulam dan mempekerjakan empat orang karyawan. Berkat sering mengikuti berbagai pelatihan dan pameran, lambat laun usahanya terus berkembang karena produknya diminati banyak orang.

Ketika orderan datang kian banyak, Leony kesulitan mendapatkan tenaga kerja untuk menyulam. Lantas, dia menemukan ide untuk memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di sekitar Bogor agar bisa membantu perekonomian keluarga mereka. Ibu-ibu tersebut diajari menyulam dan diajak bergabung dengannya.

Awalnya, tidak mudah bagi Leony memberdayakan ibu-ibu rumah tangga tersebut. Ia mendapat penolakan karena dicurigai berniat jahat. Namun, berkat pelatihan-pelatihan yang sering diikutinya kendala tersebut bisa diatasi. Caranya, ia hanya mendekati dan melatih beberapa orang saja. Lalu, mereka yang kemudian diangkat menjadi ketua plasma untuk menggandeng ibu-ibu yang lain.

Kini, Leony telah memberdayakan 24 kelompok ibu rumah tangga yang berisikan sekitar 500 orang ibu-ibu rumah tangga sebagai penyulam untuk busana muslim Azka. Jika di awal-awal usaha ia hanya mampu memproduksi 100 potong busana muslim setiap bulannya, kini kapasitas produksinya sudah mencapai 10.000-20.000 potong.

Dengan membanderol tiap potong busana muslim dengan harga mulai Rp 80.000 –Rp 295.000, Leony mampu membukukan omzet miliar rupiah per bulan. Saat ini, ia telah memiliki 20 orang staf marketing sedangkan tukang jahit dikerjakan secara outsourcing.

Dukungan Astra

Titik balik kesuksesan Eko dan Leony bermula setelah bergabung menjadi binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), yakni salah satu yayasan milik PT Astra International Tbk (ASII). Setelah mengikuti berbagai pelatihan dari YDBA pola pikir keduanya berubah dalam mengembangkan usahanya.

Eko bergabung dengan YDBA sejak tahun 2012. Awalnya, ia hanya bermitra dengan Astra Mitre Ventura (AMV) ketika mengajukan fasilitas kredit. Lantaran sama-sama ada di bawah naungan ASII, AMV memintanya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan YDBA.

Eko mengaku YDBA memberikan banyak sekali ilmu padanya melalui berbagai pelatihan mulai dari manajemen, human resource development (HRD) hingga bagaimana menghasilkan suatu produk. “Merekalah yang kemudian mengubah mindset saya yang tadinya hanya sebagai pengusaha pinggir jalan menjadi pengusaha yang lebih profesional,” ungkap EKo.

Setelah bergabung dengan YDBA, Eko kemudian mengubah seluruh konsep bisnisnya. Pada awalnya usahanya baru berbentuk CV, namun tahun 2012 kemudian ditingkatkan menjadi Perusahan Terbatas (PT).

Sementara Leony bergabung dengan YDBA sejak tahun 2006. Awalnya, dia diajak teman-teman sesame pengusaha industri kecil menengah bergabung dengan Warung Bisnis Kementerian Koperasi dan UMKM. “Dari sanalah saya kenal YDBA karena anggota warung bisnis tersebut juga merupakan binaan YDBA,” kata Leony.

Sama seperti Eko, Leony mengaku mendapat banyak pelatihan-pelatihan secara gratis terutama mengenai manajemen dan pemasaran. Menurutnya, dukungan dari YDBA-lah yang membawanya bisa meraih sukses seperti saat ini.

Meskipun sudah terbilang sukses, hingga saat ini Eko maupun Leony mengaku masih tetap didampingi oleh YDBA. Tak hanya didampingi, keduanya juga mengaku diajak berkunjung layaknya study tour ke mitra-mitra binaan YDBA yang lain di berbagai daerah. Eko bahkan mengaku perusahaannya sudah dua kali diajak mengikuti pelatihan ke Jepang.

Eko menambahkan, YDBA juga jalan bagi perusahaannya untuk memasarkan produknya ke anak-anak usaha Astra. Dia mengaku, hingga saat ini sekitar 70% produksi disupplai ke grup Astra.

Menurut Eko kunci sukses adalah kemauan untuk terus belajar. Jika ada kemauan maka akan selalu ada jalan untuk sukses. Salah satu jalan itu disediakan lewat kehadiran YDBA.

Kepala Komunikasi, Tanggung Jawab Sosial dan Keamanan Perusahaan PT Astra International, Pongky Pamungkas mengatakan meskipun kinerja grup Astra tahun ini mengalami perlambatan namun perseroan akan terus konsisten menerapkan program CSR untuk mendukung program Good Corporate Governance (GCG), salah satunya di sektor UMKM.

Dia menambahkan, grup Astra akan terus berperan aktif memberikan kontribusi meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia melalui karsa, cipta dan karya terpadu untuk memberikan nilai tambah bagi kemajuan bangsa Indonesia."Bagi Astra, kegiatan bisnis tidak terlepas dari lingkungan dan masyarakat sekitar. Kami meyakini bahwa perusahaan tidak hanya harus menguntungkan, tetapi juga harus berkelanjutan," ujarnya.

Pongky mengungkapkan, hingga tahun 2014 Astra telah melakukan pembinaan terhadap 8.646 UKM yang diperkirakan akan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 57.837 orang. Dia mengaku jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan komitmen perseroan.

Sebelumnya, Ketua Pengurus YDBA F.X. Sri Martono menyatakan, sepanjang tahun 2015 YDBA menargetkan bisa menambah sekitar 550 mitra binaan. Dengan begitu, hingga akhir tahun ini jumlah mitra binaan Astra akan mencapai lebih dari 9.100 mitra.

Sri mengatakan para mitra binaan YDBA ini akan didampingi agar dapat mandiri dalam bidang keuangan, pemasaran, manajemen ketenagakerjaan, kualitas produk, hingga pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×