Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi
Kendati telah sukses membesut tiga lini usaha di bawah bendera PT Mitra Integra Telematic (Metric), insting dan naluri bisnis Dian Nugroho tidak juga surut. Terbukti, ia masih terus ekspansi dengan merambah bisnis baru.
Tahun ini, misalnya, ia merintis dua usaha sekaligus. Yakni, usaha biro perjalanan yang diberi nama Metric Tour & Travel, dan usaha rumah produksi iklan layanan masyarakat dan film dokumenter yang diberi nama Metric Cinema. "Dua bisnis ini masih benar-benar baru saya dirikan dan butuh perhatian ekstra," kata Dian.
Kendati masih fokus mengelola kedua bisnis itu, dia mengaku masih akan melanjutkan ekspansi dengan merambah sektor-sektor lain yang menjanjikan peluang dan keuntungan. Salah satu yang diliriknya adalah sektor properti.
Ia berniat merambah sektor ini karena menjanjikan peluang yang cukup bagus. Namun, ia belum memastikan kapan mulai merambah bisnis ini.
Kendati lama berkecimpung di dunia bisnis, Dian sama sekali belum memiliki pengalaman bisnis di beberapa sektor usaha yang akan dirambahnya itu.
Menurutnya, minim pengalaman bukanlah penghalang untuk mencoba sebuah usaha. Selain sektor-sektor baru, Dian juga tetap berupaya mengembangkan bisnis lama yang sudah dimilikinya.
Di antaranya membesarkan usaha produksi celana legging dan rok wanita yang dirintisnya sejak tahun 2010. "Untuk memasarkan produk legging yang saya produksi, saya akan menawarkan sistem keagenan," ujar Dian.
Selain itu, ia juga sudah menyiapkan rencana untuk mewaralabakan usaha Metric Printing miliknya. Tawaran waralaba Metric Printing ini bakal dirilis dalam waktu dekat. Sayang, ia belum mau menyebut besaran investasinya.
Dia yakin, waralaba Metric Printing ini bakal menarik minat calon mitra. Sebab, usaha ini sudah berjalan lebih dari 10 tahun. Selain itu, peluang bisnis printing juga masih besar.
Sebelumnya, Dian juga sukses mengembangkan tawaran waralaba bordir komputer miliknya. Ditawarkan awal tahun 2012, kini Metric Bordir sudah memiliki lima mitra.
Ia mengklaim, sukses tersebut berkat penguatan manajemen usaha. Ia tak ingin, waralaba bordirnya mengecewakan mitra.
Apalagi, ia pernah memiliki pengalaman kurang menyenangkan dengan salah satu perusahaan yang pernah menawarkan waralaba. Dan, kebetulan saat itu ia mengambil tawaran waralaba bordir komputer.
"Pada 2009 saya mengambil tawaran menjadi mitra toko bordir di pameran franchise," ujarnya. Setelah membayar biaya waralaba Rp 250 juta, ia pun resmi menjadi mitra dengan membuka toko bordir di Plaza Cibubur. Namun, dalam perjalanan pasokan bahan bordir dari pihak pewaralaba sering telat.
Selain itu, manajemen franchisor terkesan mengabaikan kewajibannya. "Saya sebagai mitra sangat kecewa," katanya.
Setelah setahun berjalan dan diperkenankan menggunakan merek sendiri, Dian pun membenahi usaha bordir miliknya. Pada 2012 ia resmi menawarkan kemitraan. "Saya tak ingin mitra usaha mengalami seperti yang pernah saya alami dulu," katanya.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News