kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.909.000   -24.000   -1,24%
  • USD/IDR 16.195   57,00   0,35%
  • IDX 7.898   -32,88   -0,41%
  • KOMPAS100 1.110   -7,94   -0,71%
  • LQ45 821   -5,85   -0,71%
  • ISSI 266   -0,63   -0,24%
  • IDX30 424   -3,04   -0,71%
  • IDXHIDIV20 487   -3,38   -0,69%
  • IDX80 123   -1,10   -0,89%
  • IDXV30 126   -1,56   -1,22%
  • IDXQ30 137   -1,32   -0,96%

Dinaungi payung hias lebih dari seabad (1)


Senin, 09 Februari 2015 / 14:40 WIB
Dinaungi payung hias lebih dari seabad (1)
ILUSTRASI. Rupiah berpotensi bergerak sideways pada perdagangan Kamis (24/8). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Rani Nossar | Editor: Havid Vebri

Kendati fungsinya bukan untuk melindungi diri dari terpaan hujan, permintaan payung hias tetap tinggi di pasaran. Payung hias ini banyak dibutuhkan untuk kegiatan budaya, seperti perlengkapan keraton, acara-acara kesenian, dan karnaval.  

Nah, sentra pembuatan payung hias yang cukup populer di Indonesia ada di Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Jalan menuju lokasi sentra ini tidak sulit. Dari pusat Kota Solo hanya sekitar satu jam. Di Kecamatan Juwiring ini ada tiga desa yang memproduksi payung hias dari bambu, yaitu Desa Kewarasan, Desa Tanjung, dan Desa Kaniban.

Desa-desa tersebut berdampingan dan sebagian besar warganya berprofesi sebagai perajin payung hias. Samsuri, salah seorang Perajin payung hias di Desa Kwarasan mengatakan, kerajinan payung hias ini merupakan warisan sejak ratusan tahun silam.

Samsuri sendiri tidak ingat kapan persisnya kampung ini mulai membuat payung pertama kali. Bahkan sebelum Indonesia merdeka, generasi sebelum Samsuri sudah membuat payung hias untuk memenuhi kebutuhan Keraton Solo.

Samsuri dan Perajin lainnya menjadikan payung hias sebagai tulang punggung ekonomi. Sejak remaja usia 15 tahun, Samsuri sudah diajarkan membuat payung. Dibantu oleh anak dan menantunya, dalam sebulan ia bisa menghasilkan lebih dari 200 payung hias dengan berbagai ukuran.

Payung yang dihasilkan Samsuri lebih ditujukan untuk payung keraton, payung hias untuk menari, dan untuk pernikahan. Payung hias bikinannya ini dibanderol Rp 35.000-
Rp 120.000 per buah.

Paling murah payung ukuran terkecil untuk properti anak-anak menari. Sedangkan paling mahal payung besar untuk keraton dan pernikahan. Dengan rata-rata produksi 200-300 payung per bulan, omzet yang dikantongi Samsuri mencapai Rp 15 juta per bulan.

Semua payung buatannya adalah pesanan. Langganan masih ada dimana-mana, mulai dari fotografer untuk kebutuhan properti pemotretan, penyelenggara pesta pernikahan (wedding organizer) hingga langganan  dari Keraton Solo dan Keraton Yogyakarta.

Samsuri bercerita, pernah mendapat order besar saat ada acara pekan olahraga ASEAN atau Sea Games di Stadion Jakabaring, Palembang tahun 2011. Pihak penyelenggara memesan 3.000 payung hias untuk acara pembukaan. "Payung itu dipakai anak-anak menari tarian tradisional," katanya.

Perajin lainnya, Sugiyanto juga sudah menekuni kerajinan ini sejak lama. Berbeda dengan Samsuri, Payung buatan Saugiyanto khusus digunakan untuk acara pemakaman dan acara sesaji.

Ia tidak membuat payung untuk acara pernikahan, keraton, atau acara tarian. Payung buat pemakaman dan sesaji ini bentuknya sangat sederhana dan berwarna gelap. Rangka payung tetap terbuat dari bambu dan kertasnya terbuat dari bekas kantong semen. Lantaran lebih sederhana, harga payung ini Rp 15.000 per unit. Sebulan, ia bisa meraih omzet Rp 10 juta.      

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mengelola Tim Penjualan Multigenerasi (Boomers to Gen Z) Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×