Reporter: Izzatul Mazidah | Editor: Rizki Caturini
Sentra buah grosiran di Pasar Induk Tanah Tinggi, Kota Tangerang, Banten, selalu ramai dikunjungi pembeli. Kebanyakan pembeli adalah pedagang buah eceran.
Setiap hari setiap ada yang membeli berkotak-kotak buah untuk dijual kembali secara eceran. Mayoritas pembeli ini berasal dari kawasan sekitar Tangerang, seperti Cengkareng, Ciledug, dan Cikupa. Selain pedagang buah eceran, konsumen pasar buah ini juga banyak pengusaha katering pernikahan dan lain sebagainya.
Jenis buah yang dijual di pasar ini memang tergolong lengkap. Selain buah lokal, juga banyak dijual buah impor. Untuk jenis buah impor yang paling banyak dicari adalah kelengkeng dan anggur. Sementara buah lokal yang paling laris terdiri dari jeruk, salak, dan pisang.Tony Sukma, salah seorang pedagang buah di Pasar Induk Tanah Tinggi, misalnya, lebih banyak menjual buah-buahan impor. Ia mengambil langsung buah tersebut dari para importir buah di Pelabuhan Sunda Kelapa dan Tanjung Priok, Jakarta.
Buah impor itu didatangkan dari berbagai negara. Untuk buah lengkeng dan pir, misalnya, diimpor dari Thailand. Sementara buah apel dan anggur kebanyakan didatangkan dari China juga Amerika Serikat (AS).
Syarif Hidayat, pedagang lainnya juga fokus berjualan buah impor. Sebut saja seperti apel, pir, kelengkeng dan anggur. Buah-buahan ini juga didatangkan dari China, Thailand, dan AS.
Sementara pedagang lain seperti Uwat Sudarman memilih berjualan buah lokal di tokonya yang bernama Toko Podomoro. Biasanya ia mendapat pasokan buah dari para petani di daerah-daerah yang sudah bekerjasama dengannya. Contohnya, buah mangga yang dipasok dari daerah Indramayu, Jawa Barat. Lalu ada buah salak yang didapat dari petani di Jawa Tengah, pisang dari Lampung, dan buah jeruk dari Medan serta Pontianak.
Menurut Uwat, hambatan utama berjualan buah lokal adalah kendala distribusi yang sering terganggu. "Harga buah lokal juga sering jatuh kalau buah impor sedang over stok dan mengobral harga jual," katanya.
Namun bukan pedagang buah lokal saja yang kerap menemukan kendala.Pedagang buah impor seperti Tony dan Syarif juga kerap menemukan hambatan. "Yang paling sering itu kelangkaan barang di tingkat importir," ujar Syarif.
Bila itu terjadi, penjualan di tokonya pasti turun karena persediaan buah kosong. Selain karena persediaan kosong, penjualan juga turun bila sedang musim sepi. Biasanya penjualan sepi di bulan September dan Oktober. Lalu penjualan akan kembali ramai menjelang perayaan Imlek.
Saat itu penjualan bisa naik hingga 40%. Kebetulan, saat perayaan Imlek biasanya kualitas buah impor juga sedang bagus-bagusnya. Sehingga menarik minat konsumen untuk membeli. n
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News