kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dulu palawija, sekarang durian monthong (2)


Jumat, 21 Agustus 2015 / 10:10 WIB
Dulu palawija, sekarang durian monthong (2)


Reporter: Izzatul Mazidah | Editor: Tri Adi

Sentra perkebunan durian monthong di Desa Karanganyar, Kecamatan Musuk, Boyolali, Jawa Tengah, sangat membantu perekonomian para petani setempat. Sebelum sentra ini dikembangkan, petani hanya membudidayakan tanaman palawija. Kini, palawija hanya jadi tanaman selingan menunggu panen durian.

Sentra kebun durian di Desa Karanganyar, Kecamatan Musuk, Boyolali, Jawa Tengah baru berdiri sejak lima tahun lalu. Sebelumnya, sentra ini lahan warga untuk bertani sayur mayur, seperti jagung, cabai, bawang, kacang tanah, dan singkong.

Sayangnya, ketika musim kemarau, lahan petani kerap mengalami kekeringan. Akibatnya, tanah menjadi keras dan sulit ditanami tanaman palawija. Kalau sudah begitu, para petani terpaksa harus menganggur.

Berkaca dari pengalaman itu, para petani di desa Karanganyar akhirnya mengembangkan perkebunan durian monthong. Petani mulai merintis sejak tahun 2011 dengan menggarap lahan seluas 20 hektare. Seluas tujuh hektare di antaranya tanah milik kas desa. Sisanya milik masyarakat. Dari luasan lahan tersebut, ada sekitar 2.800 pohon durian dengan jarak penanaman 8 meter x 8 meter yang dijamin dapat pengairan dari waduk mini hasil sumbangan corporate social responsibility (CSR) PT Pertamina (Persero).

Suryanto, salah satu petani durian monthong di sentra perkebunan Karanganyar mengatakan, program CSR Pertamina sangat membantu petani dalam membudidayakan durian monthong. Pasalnya, kata dia, kendala yang sering dialami petani dalam bercocok tanam adalah soal pengairan.

Menurut Suryanto, wilayah Karanganyar merupakan daerah yang kering dan susah air. Padahal, masyarakat setempat banyak yang berprofesi sebagai petani tegalan. Dus, keberadaan irigasi sangat dibutuhkan untuk menggerakkan roda perekonomian warga Desa Karanganyar yang mayoritas berprofesi sebagai petani.

Beruntung, Pertamina mengadakan program CSR dengan memberikan bantuan senilai Rp 1,1 miliar untuk membangun waduk mini agar sistem irigasi petani berjalan baik. Waduk mini merupakan waduk tadah hujan yang terletak di daerah ketinggian.

Selain membangun waduk, perusahaan pelat merah itu juga memberikan bantuan bibit pohon durian monthong kepada para petani setempat. Kini, ada sekitar 121 petani di desa Karanganyar membudidayakan durian monthong.

Suyanto bilang, proses budidaya durian monthong tidak mudah. Pada tahap awal, petani harus menggemburkan lahan budidaya dengan memberikan pupuk kompos. Karena batang pohon durian besar, lahan harus dibuat petakan dengan jarak tanam sekitar 8 meter x 8 meter per pohon.

Setelah itu, bibit durian bisa langsung ditanam dan diberi tanda waktu penanaman. Pada umur tiga bulan, kata dia, tanaman harus diberi pupuk agar subur dan disiram air setiap hari. Selain itu, bibit tanaman harus dijaga dari serangan hama ulat daun. Setelah proses budidaya dilakukan dengan baik, dalam waktu setahun, durian sudah bisa dipanen.

Sugiarto, petani durian monthong lainnya di desa Karanganyar menambahkan, dalam membudidayakan durian monthong, para petani memakai sistem tumpang sari. Di lahan yang sama, petani menanam palawija sebagai tanaman selingan menunggu musim panen durian. "Penghasilan terbesar dari panen durian monthong, namun tanaman lain lumayan juga," katanya.    

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×