Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi
Berawal dari kecintaan akan dunia musik, Hendra Lie menangkap peluang bisnis tata lampu. Dari usaha inilah, dia memiliki kerajaan bisnis tata cahaya pertunjukan, Mata Elang. Tak hanya proyek dari konser-konser musik, Mata Elang mendapat kepercayaan menggarap proyek bertaraf internasional, seperti SEA Games 2011 lalu.
Bermain musik merupakan hobi yang tak bisa menjadi pegangan hidup untuk selamanya. Itulah yang membuat Hendra Lie yang semula manajer dan produser God Bless melirik usaha tata lampu pertunjukan. Tentu usaha ini masih berkait erat dengan dunia musik yang memang sudah menjadi hobi Hendra.
Saat God Bless menapaki masa keemasan di era 1970-an, Hendra masih melihat ada kekurangan dari penampilan grup musik rock itu. Ia melihat, tata cahaya pertunjukan kurang mendongkrak performa musik.
Geregetan, Hendra pun membuat sendiri lampu pertunjukan dengan menggunakan alat sederhana, seperti sendok sayur (centong), seng serta mesin bajaj. Tak disangka, desain ala kadarnya itu justru memukau penonton dan mendukung penampilan penyanyi di atas panggung.
Dari situlah, Hendra pun makin rajin mengutak-atik alat-alat rumah tangga. Dia berharap, siapa tahu aneka peralatan rumah tangga itu bisa sebagai perangkat tata cahaya.
Hendra lantas mulai memutuskan untuk lebih serius menekuni usaha tata cahaya ini. Hendra yang hanya mengenyam pendidikan hingga kelas 4 SD itu yakin usaha ini bakal mendulang sukses.
Terbukti, seiring berjalannya waktu, usaha Hendra makin terkenal. Lantas, pada 1990, ia memberi nama usaha tata lampu ini Mata Elang, sesuai denganketajaman sorot lampunya.
Mata Elang pun menjadi jaminan mutu untuk kesuksesan pertunjukan panggung. Hingga pada 1997, ia dipercaya menggarap tata lampu acara SEA Games 1997 di Jakarta. Perhelatan inilah yang menjadi tonggak kesuksesan Mata Elang.
Alhasil, sejak saat itu, boleh dibilang, Mata Elang menjadi langganan setiap kali pertunjukan besar digelar di Tanah Air. Tidak hanya itu, kebesaran nama Mata Elang juga sudah melanglang buana hingga ke mancanegara. Nama Mata Elang sudah sangat dikenal di Malaysia, Singapura, Brunei, Vietnam, dan Filipina.
Hendra membuktikan bahwa ia sangat profesional di bidang tata cahaya. Buktinya, ia menjadi pemenang utama dalam kompetisi menghias gedung dalam Dubai Shopping Festival pada 1999. Di tahun yang sama, Mata Elang juga membuktikan keandalannya menjadi penata lampu Olympiade Sidney.
Yang terbaru, Hendra sukses menangani fasilitas lighting dan LED Visual untuk acara pembukaan maupun penutupan upacara SEA Games di Palembang pekan lalu. Dalam event ini, perangkat lampu yang digunakan menyedot tenaga lebih dari 3 megawatt, yang menyamai pemakaian listrik untuk sebuah kota.
Menurut Hendra, lighting atau tata lampu adalah pilar utama dalam sebuah pertunjukan. Karena, mulai dari pertunjukan musik yang sederhana hingga konser kelas dunia seperti Java Jazz dan Java Rock in Land, pasti membutuhkan penataan cahaya.
Dalam satu hari, Hendra mengaku tim Mata Elang sanggup mengerjakan hingga 10 proyek permintaan tata lampu pertunjukan di berbagai tempat. Dalam sebulan Hendra pun bisa meladeni 300 permintaan tata lampu mulai dari stasiun televisi, sampai dengan pertunjukan luar ruang.
Sayang, Hendra enggan mengungkapkan dengan gamblang tarif yang ditetapkan untuk jasa tata cahaya lampu Mata Elang. Alasannya, tarif tersebut berbeda-beda untuk setiap pertunjukan. "Ada yang gratis sampai dengan miliaran seperti event SEA Games yang kemarin digelar," tandasnya.
Kini, cita-cita Hendra hanya satu, yaitu mewujudkan sebuah panggung pertunjukan bertaraf internasional yang memiliki tampilan tata cahaya spektakuler yang ada di Indonesia.
Dengan begitu, penyanyi dari dalam dan luar negeri akan merasakan sensasi yang tak terlupakan ketika menggelar pertunjukan di Tanah Air. "Saya kini sedang merintis berdirinya Mata Elang International Stadium, sehingga masyarakat Indonesia tak perlu pergi ke luar negeri untuk menonton pertunjukan musik," kata ayah lima anak ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News