kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Es krim tetap dingin meski dihadang macet


Kamis, 03 Januari 2013 / 14:56 WIB
Es krim tetap dingin meski dihadang macet
ILUSTRASI. Alasan Kucing Suka Mengendus Benda


Reporter: Dian Pitaloka Saraswati, Tri Sulistiowati | Editor: Tri Adi

Demi menjaga mutu dan kualitas barang dagangan sampai ke tangan konsumen, juragan es krim Wall’s membuka layanan pesan-antar (delivery). Awalnya, sasarannya permukiman di Jadetabek, khususnya pasar kelas menengah-atas.

Para pelaku usaha kuliner kini semakin lincah bergerak untuk menggaet para konsumen. Aksi jemput bola dilakukan, seperti restoran cepat saji atau katering yang membuat layanan pesan-antar langsung ke tangan konsumennya.

Seakan tak mau ketinggalan, PT Unilever Indonesia Tbk selaku juragan Wall’s Ice Cream (Wall’s) juga membesut layanan pesan-antar es krim dengan embel-embel “Jaminan Tanpa Meleleh”. Wall’s menganggap layanan pesan-antar ini penting. Pasalnya, menurut Nuning Wahyuningsih, Senior Brand Manager Wall’s Ice Cream in Home, konsumen akan lebih  menikmati es krim dengan nyaman, cepat dan mudah.

Prinsipnya, para pelanggan mendapatkan kualitas produk yang sama ketika mereka menyantap es krim langsung dari lemari pendingin tanpa perlu ke luar rumah dan terjebak kemacetan. Maklum, Nuning bilang, kendala menikmati es krim di kota besar seperti Jakarta sangat banyak, mulai dari macet, dan cuaca panas, yang membuat kualitas es krim menurun.

Wall’s juga tidak ingin ketinggalan tren layanan pesan-antar makanan yang sukses dilakukan Pizza Hut, Mc Donald’s, Kentucky dan restoran besar lain. Nuning melihat, maraknya layanan pesan-antar dipengaruhi beberapa faktor. Antara lain, pendapatan masyarakat meningkat selama satu dekade terakhir, kemacetan lalu lintas kian parah, dan bertambahnya pekerja perempuan dalam lima tahun terakhir.

Kondisi inilah yang mendorong perkembangan permintaan jasa delivery hingga 167%  dalam kurun waktu 2007 hingga 2010. Sedangkan pertumbuhan permintaan layanan pesan antar ini dalam periode 2010 hingga 2015 mendatang diperkirakan mencapai 40%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat menginginkan kepraktisan, efisiensi waktu tapi tetap mengutamakan kenyamanan.

Selain itu, latar belakang kehadiran layanan ini adalah Wall’s berupaya mengajak masyarakat membeli es krim sebagai bagian dari ritual makan mereka. Maklum, menurut Nuning, orang Indonesia  membeli es krim karena alasan impulsif belaka. “Bukan menganggapnya bagian dari ritual makan seperti di luar negeri,” katanya.


Tak ada kanibalisme

Layanan pesan-antar Wall’s yang sudah dibuka sejak Juli 2012 ini menyasar konsumen kelas menengah ke atas. Keluarga yang dua orang tuanya bekerja dan orang yang tinggal di apartemen adalah bagian dari pelanggan setia. Nilai pembeliannya beragam dengan rata-rata Rp 70.000 hingga Rp 80.000. Adapun pesanan per hari sekitar 100–150 pesanan dan meningkat dua kali lipat di akhir pekan.

Variasi produk es krim yang digemari adalah es krim stik premium Magnum dan es krim dalam kemasan kotak. Yang menarik, sementara ini Wall’s tidak membatasi jumlah minimum pemesanan dan biaya antarnya. Harapannya, konsumen memilih untuk membeli es krim via layanan pesan antar ini.

Meskipun membuka layanan penjualan langsung, Nuning mengklaim tidak melakukan kanibalisme terhadap penjual Wall’s keliling menggunakan sepeda, yang disebut hawker. “Segmen kami jelas berbeda karena para hawker lebih mendekati sekolah dan rumah-rumah  di jalan kecil,” ungkapnya.

Kawasan yang menjadi sasaran para hawker adalah permukiman yang salah satu orang tuanya berada di rumah. Adapun layanan pesan antar ini kebanyakan menyasar konsumen yang orang tuanya menghabiskan waktu bekerja di luar rumah. Kanibalisme juga tidak akan terjadi karena harga es krim yang dipatok layanan pesan antar sama dengan harga di penjual Wall’s keliling.

Nuning bilang, keunggulan layanan pesan antar ini adalah produknya lebih lengkap dari yang tersedia di gerai ritel. Selain itu, persediaannya pun melimpah karena Wall’s mengambilnya langsung dari para distributor. Saat ini ada enam titik distributor yang tersebar di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jadetabek).  

Jaminan kualitas juga menjadi iming-iming bagi para pecinta es krim. Untuk itu, Wall’s menggunakan wadah khusus yang dilengkapi pendingin  atau cooling pad agar suhu minus 10 derajat Celsius tetap terjaga. Nuning mengklaim wadah itu bisa menjamin es krim tidak akan meleleh selama dua jam.


Memakai pihak ketiga

Meski Wall’s bagian dari perusahaan sebesar Unilever, Nuning tidak mau terburu-buru menyebar layanannya ke semua daerah. Setidaknya selama setahun awal layanan ini. Menurut dia, tahun awal ini sebagai tahun investasi sekaligus untuk menilai performa Wall’s dan mitranya dalam menyajikan layanan dan kualitas terbaik bagi pelanggan. Ada berapa indikatornya, seperti bagaimana call center Wall’s melayani pelanggan dan kecepatan layanan pesan antar tersebut.

Untuk call center pemesanan di nomor 14080, Wall’s menggandeng PT Bakrie Telecom Tbk. Sementara layanan pesan antar dilakukan oleh PT Pesan Delivery Indonesia, perusahaan penyedia jasa layanan siap antar. “Kami sengaja tidak membuat divisi atau perusahaan khusus karena investasinya lebih besar,” imbuh Nuning.

Meski enggan menyebutkan nilai investasi layanan baru tersebut, dia hanya berharap layanan pesan antar ini bisa lebih dikenal masyarakat. Jadi, saat ini kontribusi penjualan masih 100% dari toko ritel. Sementara itu,  layanan pesan antar ini kemungkinan tidak akan dominan. Alhasil, Wall’s belum menargetkan jumlah penjualannya. Toh, Nuning yakin pertumbuhan penjualannya mencapai dua digit dalam setiap tahun.

Ke depan, untuk meningkatkan layanan pesan-antar, titik distribusinya akan terus ditambah. “Stock point yang ada di bawah distributor ada 20 titik, kami bisa menggunakannya untuk pesan antar,” kata Nuning. Melalui penyebaran titik ini, dia berharap pesanan lebih cepat sampai ke pelanggan. Maklum, kemacetan di Jakarta semakin parah.

Kota-kota baru juga akan dijelajah Wall’s. Kriterianya, permintaan dan kebiasaan masyarakat di sana sudah seperti Jakarta. Di Yogyakarta, misalnya, masyarakat masih  suka memilih es krim secara langsung meski permintaan di sana cukup besar. “Tapi di Surabaya peluangnya lebih bagus karena karakter masyarakatnya seperti Jakarta,” kata dia.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×