kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Farina belajar dari waralaba untuk besarkan bisnis (1)


Rabu, 18 Agustus 2010 / 10:55 WIB
Farina belajar dari waralaba untuk besarkan bisnis (1)


Reporter: Raymond Reynaldi | Editor: Tri Adi

Hal yang kerap memusingkan sepasang calon pengantin ketika ingin melangsungkan pernikahan adalah masalah biaya. Bukan hanya biaya sewa tempat acara itu dan hidangan makanan bagi para tamu, tapi juga urusan tata rias serta kebutuhan gaun pengantin.

Farina Ho menyadari beban berat yang dihadapi para calon pengantin itu. Untuk meringankan beban mereka, pemilik FOG Bridal ini menawarkan program cicilan paket pernikahan, mulai dari tata rias, busana pengantin hingga dokumentasi pernikahan. "Saya tidak ingin masalah biaya menghalangi rencana pernikahan klien," kata dia.

Sejatinya, setiap perempuan ingin tampil cantik nan menawan. Tak heran, mereka kerap menyambangi salon kecantikan untuk bersolek sekinclong mungkin. Sayangnya, saat ini biaya jasa kecantikan semakin mahal.

Kondisi tersebut mendorong Farina Ho menerjuni bisnis kecantikan. Misi utamanya adalah menyediakan jasa kecantikan berkualitas tapi dengan harga terjangkau. Toh, bukan perkara mudah baginya mengarungi dunia bisnis kecantikan.

Selain banyaknya jumlah pesaing, pengalaman Farina di bisnis ini juga masih 'hijau'. Karena itu, dia kerap menelan pil pahit di awal-awal tahun merintis usaha kecantikannya.

Farina berkisah, pertama kali terjun ke bisnis salon kecantikan pada tahun 2001. Lokasi usahanya berada di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Sayangnya, baru satu tahun berjalan, dia sudah harus menutup usahanya itu.

Penyebabnya, ketika itu Farina kurang ketat dalam mengontrol kerja karyawannya dan minim pengalaman berbisnis salon. "Sedih sekali. Apalagi, itu yang pertama buat saya," kenangnya.

Sejak saat itu, Farina sempat mengalihkan fokusnya ke bisnis lain. Sayang, usaha itu juga tak berjalan mulus dan harus gulung tikar pada 2005. "Karena globalisasi, barang saya sulit bersaing di pasar luar negeri," ujarnya.

Beruntung, Farina bermental baja. Seolah tidak mau kapok berbisnis, dia kembali menjalankan bisnis kecantikan. Pada tahun 2004, dia membeli waralaba salon Rudi Hadisuwarno.

Bukan tanpa alasan, Farina memilih menjalankan usaha salon waralaba. Menurut dia, bisnis waralaba biasanya sudah memiliki standar baku operasional prosedur (SOP). Yang lebih penting lagi, nama waralaba tersebut sudah dikenal baik masyarakat.

Dengan pertimbangan itu, Farina yakin bakal tidak terperosok dua kali di lubang yang sama. "Saya memetik pelajaran berharga dari kegagalan sebelumnya. Dari situ saya berpikir, mengapa tidak memanfaatkan waralaba dari pemain lain yang sudah terkenal," katanya.

Naluri bisnisnya itu tidak meleset. Hanya butuh waktu tiga tahun bagi Farina untuk menggaet banyak pelanggan dari bisnis salon waralabanya. Dalam periode itu, usaha waralaba Salon Rudi Hadisuwarno milik Farina semakin dikenal oleh konsumen yang berada di lingkungan sekitar, yakni di kawasan Percetakan Negara, Jakarta Pusat.

Hal itu tak membuat Farina berpuas diri. Justru, dia terus memutar otak untuk membuka gerai rias pengantin dan penyewaan gaun pengantin. Apalagi, banyak konsumen yang menanyakan layanan ini. "Selain itu kemampuan make up ahli kecantikan saya juga ternyata cocok dengan banyak konsumen saya," ujarnya.

Inilah yang membuat Farina berani membuka FOG Bridal pada tahun 2007. Usaha ini menempati lahan kantin di bekas kos-kosan milik Farina yang bersebelahan dengan bisnis salonnya.

Dia mengadopsi konsep dan strategi bisnis dari waralaba Salon Rudi Hadisuwarno untuk operasional FOG Bridal. "Semuanya sudah teruji di usaha waralaba itu," ucapnya.

Tak hanya itu, Farina mengadopsi cara mengatur tenaga pemasaran. Pada tahap awal, FOG Bridal memiliki lima pekerja, yang empat diantaranya bertugas menghias calon pengantin.

Pada tahun ketiga, FOG Bridal telah bersolek diri dengan menambah jenis layanan yang masih berkaitan dengan pernikahan. Selain salon dan bridal, FOG Bridal melengkapi layanannya dengan fotografi pernikahan. Jadi, setiap pasangan calon pengantin tak perlu repot mencari fotografer perkawinannya. "Layanan kami lumayan komplit," ujarnya.

Farina berharap, kehadiran FOG Bridal dapat menjembatani kebutuhan para calon pengantin dengan modal yang tidak terlalu besar. "Makanya, target pasar kami adalah mereka yang masuk segmen kelas menengah," imbuh dia.

Seperti diketahui, setiap tahun biaya pernikahan terus naik. Bagi sebagian masyarakat, biayanya sudah tergolong tinggi. Sehingga, kehadiran bridal, seperti bridal milik Farina ini, memang dibutuhkan untuk menjembatani kondisi tersebut. (Bersambung).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×