Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Tri Adi
Keprihatinan terhadap pengelolaan sampah di Indonesia yang masih belum terurus dengan baik mendorong Febriarti Khairunnisa membangun bank sampah di Lombok. Lewat UD Bintang Sejahtera dia mendaur ulang sampah anorganik untuk dijual kembali ke perusahaan yang membutuhkan. Dia memberdayakan masyarakat sekitar untuk kegiatan ini.
Ide untuk membangun sebuah bisnis bisa didapat dari mana saja, termasuk lingkungan sekitar. Itulah yang melatarbelakangi Febriarti Kairunnisa dengan usaha bank sampah yang dia dirikan lewat bendera UD Bintang Sejahtera.
Perempuan kelahiran 22 Februari 1984 ini memiliki ide mengolah sampah sambil menyelamatkan lingkungan lewat bank sampah yang berdiri pada Juni 2010 dan resmi menjadi UD Bintang Sejahtera pada Februari 2012. Lewat usaha ini Febri mengelola sampah untuk lingkungan berkelanjutan dan pembangunan ekonomi masyarakat di sekitar Lombok.
Sekitar 25 unit bank sampah sudah tersebar di daerah Lombok tengah, Mataram, dan Lombok Barat. Unit-unit itu terdiri dari komunitas seperti sekolah-sekolah dan beberapa individu yang tergabung dalam organisasi lingkungan, seperti RT/RW daerah Lombok. Febri juga memiliki sejumlah pegawai sebagai tenaga sortir untuk memilah sampah. Mereka rata-rata berpenghasilan Rp. 600.000 sampai dengan Rp 1 juta per bulan.
Masyarakat tersebut akan mengumpulkan ke unit bank sampah yang bekerjasama dengan UD Bintang Sejahtera. Febri mampu mengumpulkan sampah anorganik dari seluruh unit bank sampah di Lombok hingga 25 ton per hari. Sementara sampah yang diambil dari beberapa hotel dan daerah pariwisata di Gili Trawangan mencapai 600 kg per hari.
Sampah yang diterima UD Bintang Sejahtera mulai dari aneka kertas, plastik, botol bekas, dan aluminium. Harga yang dibeli dari masyarakat seperti kertas HVS senilai Rp 1.000, sampah plastik Rp 2.500, dan termahal sampah aluminium Rp 7.000 per unit. “Sekitar 20 jenis sampah dibeli dan diolah UD Bintang Sejahtera,” ujar Febri.
Sampah tersebut kemudian diolah kembali dengan mesin penghancur sampah, ada juga yang dijual ke perusahaan yang membutuhkan. Industri yang menyerap sampah olahan ini berasal dari Sidoarjo, Gresik, Surabaya, Jawa Timur. Hingga saat ini, omzet yang diraup Febri mencapai Rp 1 miliar per tahun atau sekitar Rp 80 juta hingga Rp 100 juta per bulan. Setengah dari keuntungan bank sampah digunakan untuk biaya pendidikan 2.000-an murid di berbagai tingkat sekolah di Lombok.
Lewat usahanya mengelola sampah ini Febri berhasil keluar menjadi pemenang dalam kompetisi Sankalp Indonesia Awards yang diselenggarakan oleh wadah multi-stakeholder global lewat sankalp Forum. Organisasi ini mendukung para wirausaha sosial termasuk di Indonesia untuk berkembang.
Febri mendapatkan dana sebesar US$ 10.000, akses jaringan global dan dukungan pembangunan kapasitas usaha. “Hadiah itu akan didapatkan pada tahun 2016, dan rencananya akan digunakan untuk mengembangkan misi bank sampah,” ucapnya. Salah satunya mengembangkan bank sampah ke seluruh pelosok Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News