Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Dunia fesyen Indonesia kian berkembang seiring makin banyaknya desainer muda. Untuk merebut pasar, mereka memberikan desain unik dan memperluas channel promosi untuk dapat menembus pasar manca negera.
Seiring berkembangnya jaman, dunia fesyen pun ikut berkembang.Terlihat dari model desain hingga warna yang semakin bervariasi. Sektor fashion tanah air rupanya mulai bergairah seiring banyaknya desainer muda yang muncul.
Kebanyakan mereka mencoba untuk mengembangkan label pribadi. Meski bermain didalam pasar lokal rupanya tidak mudah bagi para desainer. Maklum saja, konsumen saat ini lebih cenderung untuk memilih label internasional.
Untuk bisa menarik perhatian konsumen Indonesai dan memenangkan pasar, tidak jarang para desainer Indonesia lebih dulu menjajal pasar luar negeri seperti Tax Savero yang mampu menarik perhatian fashion dunia dengan rancangannya yang unik.
Melihat kesuksesan Tax Savaro kini, mulai banyak desainer lokal yang mengikuti jejaknya salah satunya adalah Peggy Hartanto. Wanita asal Surabaya ini berhasil memasarkan produk dengan label pribadinya Peggy Hartanto di Singapura dan akan masuk ke Libanon.
Asal tahu saja, wanita berkulit putih ini sudah mulai mengembangkan label pribadinya pada tahun 2009 lalu di Australia. Saat itu, dia sempat mengikuti Australia fashion weeks.“ Kita memang menyasar pasar luar negeri dulu,” katanya pada KONTAN saat ditemui dalam acara fashionlink di Senayan City.
Tahun 2011, Peggy kembali ke Indonesia untuk menjajal pasar lokal. Gayung bersambut ditahun 2012 lalu dia ikut dalam ajang Jakarta Fashion weeks dan brandnya disambut baik oleh pasar. “ Setelah dari luar masuk kesini lebih gampang orang indonesia suka mengikuti trend di Hollywood,” jelasnya.
Selain rajin mengikuti ajang fesyen tahunan, Peggy juga menggunakan media sosial untuk mempromosikan produknya seperti Instagram dan dia juga membuka online shop yang memenuhi permintaan konsumen seluruh dunia.
Untuk mengembangkan merek fesyennya, tahun ini Peggy menjajal ajang fashionlink yang merupakan ruang untuk pembeli lokal dan interlokal yang disediakan oleh Jakarta Fashion Weeks. Perempuan berusia 25 tahun ini berharap bisa mendapatkan pembeli dari Asia seperti, Malaysia, Thailand dan lainnya.
Desainer lainnya adalah Friederich Herman yang berhasil mengembangkan merek FRIEDERICHHERMAN. Untuk dapat bersaing dengan desainer lainnya, laki-laki yang lebih akrab disapa Fried ini membuat koleksi fesyen mengikuti pola fashion luar negeri (berdasarkan musim).
Label lokal ini juga telah menarik perhatian beberapa pengusaha independen diluar negeri. “ Ini cukup menyenangkan karena bisa menjadi pembelajaran buat saya,” katanya.
Laki-laki berkulit putih ini mengaku bila persaingan disektor fesyen khususnya di Ibukota terbilang ketat. Untuk dapat bersaing, hingga saat ini dia terus menjaga kualitas produk, memproduksi secara tradisional dan fokus membuat produk ready to wear. Alhasil, tiap bulan Fried dapat mengantongi omset ratusan juta rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News