kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.591.000   6.000   0,38%
  • USD/IDR 16.340   25,00   0,15%
  • IDX 7.182   11,08   0,15%
  • KOMPAS100 1.058   -1,55   -0,15%
  • LQ45 834   0,83   0,10%
  • ISSI 213   -0,32   -0,15%
  • IDX30 430   0,42   0,10%
  • IDXHIDIV20 513   2,60   0,51%
  • IDX80 121   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 123   -0,29   -0,24%
  • IDXQ30 141   0,25   0,18%

Fulus dari kreasi rumah bongkar-pasang


Selasa, 16 April 2013 / 17:30 WIB
Fulus dari kreasi rumah bongkar-pasang
ILUSTRASI. IHSG. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/wsj.


Reporter: Revi Yohana, Marantina, Pravita Kusumaningtias | Editor: Dupla Kartini

Mendengar nama rumah bongkar pasang mungkin tak lazim di telinga. Biasanya rumah bersifat permanen alias tak bisa dipindah-pindah. Namun, di tangan orang-orang kreatif, rumah bisa dikreasikan sehingga bisa dibongkar, pasang ulang.

Salah satu yang berkecimpung dalam usaha ini, adalah Dadang Hariyansyah. Ia membuka usaha ini di Tanjung Batu, Sumatera Selatan sejak 13 tahun silam. Ia menggunakan kayu mahoni sebagai dinding dan jendela, serta kayu seru untuk pondasi.

Menurutnya, pengerjaan satu rumah bisa memakan waktu 20 hari hingga dua bulan. Namun, pemasangannya hanya butuh tiga hari hingga sebulan.

Kata Dadang, orang meminati rumah semacam ini, lantaran fleksibel bisa dipindah-pindah, dan lebih tahan gempa. Rumah buatannya selaku berbentuk rumah panggung dengan jarak pasang 2-3 meter dari dasar tanah. Mayoritas dijadikan vila dan tempat rekreasi karena desainnya indah. Ada pula yang menggunakannya sebagai rumah tinggal. Selain bentuk rumah, ia juga membuat gazebo, pendopo dan musholla.

Proses pembuatan rumah kayu dimulai dengan menjemur kayu hingga kering. Kemudian, kayu dipotong-potong sesuai pola rumah. Pemotongan tergantung tipe dan model yang diinginkan.

Tipe rumah yang dibuat Dadang mengikuti rumah beton, yaitu tipe 24, 36, 40, hingga 96. Namun, pembeli juga bisa memesan khusus tipe yang diinginkan. Hasil karyanya ini tak hanya digunakan di dalam negeri, tapi juga sampai ke Spanyol.

Dadang membanderol Rp 1, 9 juta per meter persegi (m2) untuk rumah dengan luas di bawah 50 m2. Sementara, rumah dengan luas di atas itu, dipatok Rp 1,7 juta per m2. Biaya tersebut sudah termasuk biaya pemasangan hingga rumah siap huni.

Terkendala cuaca

Pemain lain, Aryanto Abdul Jalil menekuni usaha serupa sejak 2006 di Palembang. Ia tertarik menggeluti pembuatan rumah bongkar pasang lantaran mayoritas tetangganya pembuat rumah panggung ala Sumatera Selatan.

Dibantu tujuh pekerjanya, Aryanto tak hanya membuat rumah panggung tradisional Sumatera Selatan, tapi juga rumah Betawi, dan rumah biasa. Tak jarang, ada yang memesan saung dan musholla. Dibutuhkan waktu 1 bulan untuk menyelesaikan satu rumah, sedangkan perakitan butuh 5-15 hari, tergantung besar dan modelnya.

Aryanto menggunakan bahan baku meranti merah. Untuk rumah ukuran 48 m2 dijualnya Rp 2 juta per m2, sedangkan di atas 48 m2 dihargai Rp 1,65 juta per m2.

Pembelinya tersebar di Sumatra Selatan, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Utara. "Sebenarnya banyak pesanan dari luar Jawa dan Sumatera, tapi belum bisa dilayani karena ongkos kirim mahal," bebernya. Biaya pengiriman ke Jakarta saja menghabiskan biaya Rp 4,5 juta.

Dalam sebulan, Aryanto bisa mendapat 3 pelanggan, dengan omzet sekitar Rp 250 juta. Supaya kian dikenal publik, ia rajin berporomosi lewat internet dan brosur.  Nah, agar mampu bersaing dengan pemain lain, Aryanto berusaha terus mengikuti tren rumah yang berkembang baik bentuk maupun desain.

Adapun kendala dari usaha ini adalah cuaca. Maklum, saat hujan, waktu pengerjaan rumah lebih lama, dan bahan baku menjadi mahal. "Malah terkadang bahan baku tidak ada," paparnya.

Dadang mengamini kondisi itu. Makanya, ia mengantisipasi dengan cara membuat banyak stok rumah, saat bahan baku sedang banyak.

Meski sama-sama menghasilkan rumah bongkar pasang, namun pemain lain di bisnis ini, Adlul Mahdudi, menggunakan bahan baku berbeda. Ia menyulap kontainer bekas menjadi rumah atau kantor kontainer.

Pemilik PT MJI Modifikasi Kontainer ini memulai usaha modifikasi kontainer sejak tiga tahun silam. Ia bilang, modifikasi kontainer sudah menjadi kebutuhan perusahaan yang memiliki banyak cabang. Pasalnya, jika perusahaan mendirikan bangunan permanen, biayanya jauh lebih besar. “Selain itu, jika diperlukan, kontainer bisa dipindahkan,” paparnya.

Tiap bulan, MJI Modifikasi Kontainer bisa memproduksi sekitar 20 rumah dan kantor kontainer. Ada dua tipe modifikasi kontainer, yaitu tipe 20 feet dan tipe 40 feet. Tipe 20 feet dibanderol Rp 40 juta-Rp 60 juta, sedangkan tipe kedua seharga Rp 70 juta-Rp 100 juta. Perusahaan ini bisa mengantongi omzet sekitar Rp 100 juta sebulan.

Kontainer yang dimodifikasi kebanyakan bekas perusahaan pelayaran di China, yang dibeli seharga Rp 20 juta-Rp 25 juta per kontainer.

Kata Dudi, pembuatan rumah atau kantor kontainer relatif mudah, karena sudah berbentuk rangka. Jadi, hanya perlu membuat lubang untuk pintu dan jendela. Kemudian lantai kontainer dilapisi dengan vynil atau keramik, serta memasang pendingin ruangan dan instalasi listrik. “Biasanya, rumah dan kantor kontainer ini bertahan 10-20 tahun, tergantung perawatan,” imbuh Dudi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×