Reporter: Revi Yohana | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Di era globalisasi ini, kemampuan berbahasa Inggris menjadi kebutuhan setiap orang. Tak heran, kursus bahasa asing kian dicari. Salah seorang yang melihat peluang ini adalah Sugiharto Suwardi. Ia merintis kursus privat bahasa Inggris di rumah pada 2005 silam. Usahanya berkembang, sampai empat tahun kemudian dibentuklah PT Join & Trust Learning Centre (JTLC).
JTLC merupakan lembaga kursus bahasa Inggris bagi segala usia. Ia membuka kelas, mulai dari anak usia 3 tahun alias preschool, hingga kelas karyawan dan umum.
Kursus ini menyasar pasar kelas menengah. Setiap siswa dikenakan biaya kursus Rp 500.000 per bulan untuk kelas sekolah dasar, hingga Rp 800.000 sebulan untuk kelas karyawan. Durasi belajar 180 menit dalam seminggu.
Head of Corporate Business JTLC Handriana Setiawan menilai, kelebihan lembaga ini dibanding kursus sejenis adalah pada sistemnya yang mengadopsi kurikulum dan buku-buku dari Cambridge. "Kami menggunakan Total Immersion Program, di mana siswa wajib berbahasa inggris penuh selama berada di gedung JTLC," terangnya.
Pembelajaran sehari-hari pun didukung pengajar asing.
Supaya brand dan bisnis JTLC cepat meluas, mereka pun mulai menawarkan kemitraan sejak tahun lalu. Sekarang, sudah ada empat lokasi JTLC yang tersebar di Jakarta dan Tangerang. Tiga di antaranya milik mitra.
Laba bersih 15%-25%
Tertarik bergabung dengan JTLC? Calon mitra harus menyiapkan investasi sebesar Rp 700 juta. Nantinya, mitra akan dibekali seluruh fasilitas lengkap, termasuk interior, dekorasi, furnitur, serta sistem JTLC. Mitra berhak menggunakan brand JTLC selama lima tahun.
Biaya tersebut sudah termasuk biaya operasional untuk gaji karyawan selama tiga bulan pertama sebesar Rp 120 juta. Pusat juga sudah menyiapkan sewa tempat untuk setahun di ruko seluas 200 meter persegi. Perkiraan biaya sewa sekitar Rp 150 juta. "Jika mitra punya tempat sendiri, harga paket investasi akan dikurangi," tutur Handriana.
Setiap bulan, mitra akan dipungut royalty fee 10% dari omzet. Mitra diharapkan bisa meraup omzet Rp 90 juta sebulan untuk tahun pertama. Adapun, pada tahun kedua diperkirakan pendapatan bisa mencapai Rp 180 juta sebulan.
Pihak pusat menargetkan, mitra bisa mengantongi laba bersih berkisar 15%-25% dari omzet. Maka, mitra sudah bisa balik modal dalam waktu 18-24 bulan.
Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Anang Sukandar menilai, berkembang atau tidaknya suatu usaha kursus bahasa Inggris akan tergantung dari keunggulan materi dan pengajaran yang ditawarkan. "Kalau mau unggul, harus dinamis. Setiap tahun, harus ada perubahan atau pembaharuan dalam materi," papar Anang.
Jika tidak, lembaga itu akan sangat mudah disaingi pendatang baru, sehingga tak bertahan lama. Materi yang tidak dinamis pun akan membuat pemain baru mudah meniru. "Di situlah biasanya kelemahan bisnis pendidikan, statisnya pengajaran," imbuh Anang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News