kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fulus ramen tidak terlalu hot lagi


Sabtu, 22 Juni 2019 / 09:45 WIB
Fulus ramen tidak terlalu hot lagi


Reporter: Elisabeth Adventa, Ratih Waseso, Venny Suryanto | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mi ramen sempat nge-tren beberapa tahun lalu. Enggak heran, dulu sangat mudah menjumpai penjual mi kuah khas Jepang nan pedas dengan warna merah menyala ini. Bahkan, sampai ada mi ramen instan yang tersedia di ritel-ritel modern.

Nah, biar tetap bisa menarik minat konsumen, para penjual mi ramen yang masih bertahan terus melakukan inovasi. Ambil contoh, menambah topping mi ramen seperti keju. Maklum, saat ini makin banyak pilihan kuliner baru yang lebih menggoda.

Untuk pengembangan usaha, sejumlah pemain mi ramen masih dan terus menawarkan kemitraan. Ada juga yang mengubah skema kemitraan demi menjaring partner lebih banyak lagi. Meski, ada juga yang sementara waktu menghentikan penawaran kemitraan. Bagaimana prospeknya ke depan? Ini ulasannya:

- Ramen Cemen

Kemitraan mi ramen ini milik Mochamad Aditya Nugraha. Tapi, kondisi bisnis Ramen Camen tidak lagi hot lantaran terjadi penurunan mitra sejak dua tahun terakhir.

Saat KONTAN mengulasnya tahun lalu, Ramen Cemen punya 14 gerai milik mitra. Namun tahun ini, jumlah gerai kepunyaan mitra tinggal sembilan outlet, yang tersebar di Bandung, Indramayu, Purwakarta, dan Yogyakarta.

Salah satu penyebab gerai milik mitra tutup adalah, masa sewa tempat yang sudah habis waktunya. Rupanya, rata-rata mitra Ramen Cemen cuma menyewa lokasi untuk durasi satu tahun saja. Padahal, waktu yang ideal untuk menyewa lokasi usaha adalah selama lima tahun. "Inilah masalah terbesar yang muncul," kata Aditya ke KONTAN.

Padahal, Aditya mengklaim, rata-rata penjualan di gerai Ramen Cemen justru mengalami lonjakan. Meski, ia mengakui, ada tiga sampai empat gerai kepunyaan mitra yang sepi pengunjung.

Melihat kondisi tersebut, Aditya tidak lagi ngoyo untuk bisa menjaring mitra Ramen Cemen. "Kami sudah tidak mengejar mitra lagi karena fokusnya membuka cabang sendiri saja. Tapi, kalau ada mitra yang mau masuk, tetap kami layani," ujarnya yang berencana membuka dua cabang lagi di tahun ini.

Kalau ada yang berminat, saat ini Ramen Cemen menyediakan satu paket kemitraan, dengan nilai investasi yang belum berubah dari tahun lalu. Yakni, sebesar Rp 80 juta untuk masa kerjasama selama lima tahun. Syarat lainnya adalah, mitra punya lokasi usaha minimal dengan luas 75 meter persegi (m²).

Bicara menu, Aditya bilang, hingga kini belum mengalami perubahan harga, masih sekitar Rp 14.000–Rp 15.000 per porsi. Tapi, Ramen Camen kerap merilis menu baru. Tujuannya, agar konsumen tetap terus berdatangan.

Untuk urusan pembagian keuntungan, ada perubahan skema. Sebelumnya, pembagiannya berdasarkan omzet, sekarang dari laba bersih. Sayang, Aditya tidak memerinci lebih lanjut skemanya.

Meski tidak lagi fokus mengejar mitra bisnis, Aditya menyebutkan, hingga kini pihaknya masih terus memonitor perkembangan gerai-gerai Ramen Cemen milik mitra. Setiap 100 hari, ia kerap bertandang ke gerai mitra untuk mengetahui perkembangan. Apalagi, dia sudah menerapkan sistem keuangan digital yang memudahkan pemantauan perkembangan bisnis tiap gerai Ramen Cemen.

Cuma, ada satu persoalan yang sampai sekarang masih menghantui, yaitu lonjakan harga bahan baku, seperti ayam dan telur. "Masih susah mengatasi kondisi harga pasar sejak dulu," keluhnya.

- Ramen Setan

Ramen Setan asal Depok merupakan besutan Rahadi Basuki yang berdiri sejak Desember 2015. Tetapi, hingga kini baru punya lima mitra, meski ada di Sumatra, Kalimantan, dan Papua.

Rahardi menawarkan lima paket investasi kemitraan, masing-masing senilai Rp 15 juta, Rp 20 juta, Rp 70 juta, Rp 100 juta, dan Rp 150 juta. Hanya, beberapa bulan terakhir ia sudah tidak lagi membuka penawaran kemitraan Ramen Setan, lantaran sedang fokus dengan bisnis lainnya. "Kami saat ini sedang closed dulu untuk Ramen Setan, tapi mitra yang ada tetap berjalan," ucapnya ke KONTAN.

Saat ini, perhatian Rahardi sedang tercurah pada Osaka Ramen Indonesia yang berlokasi di Depok. Ia merintis usaha kuliner ini lebih dulu pada pada 2007. "Saat ini sedang fokus di Osaka Ramen Indonesia," imbuhnya.

Osaka Ramen Indonesia juga menawarkan paket kemitraan sejak 2013. Bentuknya gerobak dengan investasi mulai mulai Rp 35 juta. Para mitra sudah mendapatkan fasilitas lengkap, seperti gerobak, peralatan dan perlengkapan, bahan baku awal, serta pelatihan karyawan.

Saat ini, Osaka Ramen sudah menggandeng 15 mitra yang bercokol di Jabodetabek. Tapi, Rahardi mengungkapkan, Osaka Ramen tidak memiliki gerai pusat. Meski begitu, ia punya pabrik yang siap memasok kebutuhan bahan baku kepada para mitra, Soalnya, mitra memang punya kewajiban membeli bahan baku dari pihak pusat.

- Ranjang 69

Pemain lainnya adalah Rizka Rahman Sidik yang mendirikan Ramen Jangar (Ranjang) 69. Beroperasi sejak September 2012, Ranjang 69 mulai membuka peluang kemitraan September 2016.

Ketika KONTAN menulisnya pada Juni 2018, Ranjang 69 sudah memiliki 15 gerai milik mitra yang berada di Depok, Cimahi, Karawang, Sumedang, Garut, Purwakarta, Cikampek, Pandeglang, Karawaci, dan Bekasi.

Kini, jumlah gerai Ranjang 69 bertambah lima. Jadi, total ada 20 gerai Ranjang 69. "Setahun ini tidak ada perkembangan signifikan untuk jumlah gerai. Belum ada tambahan gerai lagi," kata Rizka.

Melihat perkembangan gerai yang kurang menggigit, Rizka pun memutar otak untuk biar tetap ekspansi. Akhirnya, ia mengubah sistem kerjasama bukan lagi dengan kemitraan tapi kongsi lokasi usaha. Jadi, mitra bisnis hanya menyediakan lokasi usaha saja. Itupun tak perlu mengeluarkan investasi awal.

Seluruh renovasi lokasi usaha hingga pengelolaan bisnis menjadi tanggungjawab Ranjang 69. "Bahkan, untuk 30 gerai pertama gratis, mitra tidak dipungut modal apapun, hanya tempat usaha saja. Semua pengelolaan, kami yang handle," tegas Rizka.

Dengan sistem kerjasama lokasi usaha ini, Ranjang 69 memberlakukan sistem bagi hasil dari laba bersih. Dengan komposisi: 70% untuk pusat dan 30% bagi mitra.

Supaya lebih menarik lebih banyak pengunjung, Ranjang 69 mengubah menu. Tidak cuma menyajikan mi ramen, tapi juga ada masakan Jepang lainnya yakni sushi.

Tambahan menu ini bukan tanpa sebab. Rizki bercerita, saat mi ramen masih ramai, rata-rata konsumen yang datang bisa menghabiskan uang sampai Rp 100.000. Tapi, setahun belakangan, jumlah pengeluaran semakin menyusut menjadi Rp 50.000 per konsumen yang datang. "Jumlah transaksi stabil tapi omzet menurun," jelasnya.

Hambatan lain yang mengadang adalah sulitnya mencari lokasi usaha yang pas. Saat ini, harga sewa tempat usaha relatif tinggi, walau lokasinya bukan di tengah kota, tapi pinggiran kota. Kondisi inilah yang membuat mitra sulit untuk ekspansi gerai. "Faktor ini juga lah yang membuat kami mengubah sistem kemitraan Ranjang 69," ujar Rizki.

Dengan sistem kerjasama yang baru, Rizka berharap, sampai akhir tahun nanti Ranjang 69 bisa membuka 10 gerai baru lagi. Dan, di tahun berikutnya, penambahan gerai bisa lebih banyak lagi. "Target kami adalah bisa mencapai 30 gerai," katanya sambil terus gencar berpromosi via Instagram @ramenjangar69.

Ada yang tetap tertarik membuka gerai ramen?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×