Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Zero waste lifestyle sedang ngetrend, toko berkonsep ramah lingkungan jadi cuan usaha bagi masyarakat.
Masyarakat perkotaan mulai peduli untuk menjaga lingkungan. Mereka mulai melakukan Zero Waste lifestyle untuk mengurangi jumlah sampah plastik di lingkungannya.
Seiring gencarnya gaya hidup ramah lingkungan ini, toko berkonsep Zero Waste mulai banyak bermunculan. Toko ini menerapkan konsep ramah lingkungan dengan tidak menggunakan kemasan plastik.
Baca Juga: Polemik pengelolaan sampah ibu kota, ini penjelasan Risma
Mereka menggunakan botol dan kertas untuk kemasan produk. Selain itu, produk yang dijual merupakan produk organik yang dapat didaur ulang.
Salah satunya pemainnya adalah Zero Waste Bali. Toko besutan Silvija Rumiha ini mulai beroperasi sejak setahun lalu.
Zero Waste Bali menjual aneka produk pangan dan perawatan tubuh. Total ada lebih dari 400 jenis produk di antaranya sikat gigi dan beras merah organik.
Untuk harga produk Silvija membandrolnya beragam sesuai dengan jenis barang. Misalnya, untuk sikat gigi dijual Rp 38.500 per batang.
Zero Waste Bali menargetkan pelanggan ekspatriat yang tinggal di Bali. Namun sejak tujuh bulan terakhir sebagian besar pelanggannya adalah warga lokal.
"Dari Februari sampai sekarang kunjungan pelanggan lokal naik 88%," kata Silvija. Fenomena ini menandakan masyarakat mulai peduli dengan lingkungan.
Baca Juga: Mengolah limbah menjadi material bangunan ala Mycotech
Alhasil, Silvija selalu kehabisan produk saban bulannya. Dia menjalin kerjasama dengan petani dan supplier untuk memasok seluruh produk Zero Waste Bali.
Beda cerita dengan Deasi Srihandi, Pemilik Green Mommy Shop. Meski gerakan Zero Waste sedang trend, penjualan gerainya hanya naik sekitar 10%.
"Warga di sini (Malang) belum banyak yang peduli dengan Zero Waste, mereka ke sini hanya penasaran," kata Deasi.
Meski sudah eksis sejak 10 tahun lalu, dia belum mempunyai banyak pelanggan setia.
Green Mommy Shop menjual sekitar 600 jenis barang di antaranya sampo dan minyak kelapa. Dia menjalin kerjasama dengan supplier untuk memasok seluruh produk di gerai miliknya.
Untuk harga perempuan berhijab ini mematoknya mulai dari Rp 5000 sampai Rp 600.000.
Baca Juga: Walkot Surabaya Risma: Sampah di DKI Jakarta menakutkan
Supplier masih menggunakan plastik
Membuka usaha toko dengan konsep Zero Waste gampang-gampang susah. Deasi mengaku harus melakukan edukasi kepada para supplier untuk tidak menggunakan plastik sebagai kemasan.
"Kami sudah minta untuk tidak menggunakan plastik, tapi supplier masih bandel," katanya.
Selain itu, perempuan berusia 40 tahun ini juga harus mendaur ulang produk yang sudah kadaluarsa. Dia menggunakan bantuan alat untuk membuat produk pangan kadaluarsa menjadi kompos.
Baca Juga: Bali's Big Eco Forum hasilkan rekomendasi pengelolaan sampah plastik
Hasilnya dia gunakan untuk memupuk tanaman di perkebunan pribadinya yang berada di Kabupaten Malang.
Silvija pun menghadapi masalah yang sama. Dia mengaku beberapa supplier masih menggunakan kemasan plastik.
Untuk menghindari penggunaan plastik, Dia membeli barang dari supplier dalam jumlah besar. Sehingga mereka mengirimkan barang dalam kemasan karung kertas atau kotak kontainer.
Baca Juga: Kisah Dokter Yusuf yang dibayar pasien dengan 10 botol plastik
Silvija dan Deasi sama-sama getol melakukan edukasi zero waste kepada masyarakat. Silvija rutin membuat workshop tentang zero waste tiap bulannya.
Sedangkan Deasi memilih membuat kampanye zero waste lewat media sosial, Instagram.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News