kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.986.000   17.000   0,86%
  • USD/IDR 16.835   40,00   0,24%
  • IDX 6.679   65,44   0,99%
  • KOMPAS100 965   12,40   1,30%
  • LQ45 750   8,15   1,10%
  • ISSI 212   1,80   0,86%
  • IDX30 390   4,00   1,04%
  • IDXHIDIV20 468   2,84   0,61%
  • IDX80 109   1,41   1,31%
  • IDXV30 115   1,81   1,60%
  • IDXQ30 128   1,06   0,84%

Gelindingan peluang kemitraan takoyaki


Senin, 09 Februari 2015 / 14:42 WIB
Gelindingan peluang kemitraan takoyaki
ILUSTRASI. SKK Migas buka suara soal alasan penetapan target lifting minyak sebesar 625.000 Barel Oil Per Day (BOPD).


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Havid Vebri

Camilan berbentuk bulat dengan taburan ikan kering di atasnya kini sedang populer di kalangan pencinta makanan bergaya Asia. Makanya tidak heran bila makanan yang disebut takoyaki ini mulai menjamur di banyak tempat.

Salah satu pemain baru yang menjajal cuan di bisnis ini adalah Keikotako, usaha besutan Dani Chika ini diawali pada tahun 2013 di Semarang. Hingga saat ini dia mempunyai satu gerai di Sriratu Pemuda, Semarang, Jawa Tengah.

Melihat perkembangan usahanya yang cukup baik, tahun 2013 lalu Dani mencoba mengembangkan usahanya dengan membuka kemitraan. Hingga saat ini, sudah ada satu mitra yang bergabung. "Mitra belum banyak karena saya kemarin kurang fokus melakukan promosi kemitraan," katanya.

Untuk memperkenalkan merek usaha dan produknya, Dani banyak menggunakan media digital. Dia mengaku, banyak orang yang sudah menghubunginya. Keikotako menjual sekitar 11 varian takoyaki, antara lain original, keju, cumi, dan coklat. Harga makanan ini dibanderol mulai dari Rp 11.000 hingga Rp 15.000 per porsi.

Dani mengklaim, kelebihan takoyaki miliknya adalah rasanya yang lebih empuk dan menggunakan ikan segar. Kemasannya juga cukup menarik sehingga menarik perhatian konsumen. "Kalau di Semarang kami yang pertama menggunakan kemasan kotak yang lainnya hanya menggunakan mika plastik," jelasnya

Dalam kemitraan ini, Keikotako mematok biaya investasi Rp 15 juta. Mitra mendapatkan satu unit booth, perlengkapan memasak, promosi, bahan baku untuk 150 porsi, pelatihan, dan lainnya. Dani mewajibkan mitra membeli bahan baku utama dari pusat. "Tujuannya untuk menjaga kualitas rasa dan produk," katanya.  

Ia menargetkan, omzet mitra dalam sehari sekitar Rp 450.000 atau Rp 13,5 juta per bulan. Asumsinya, mitra bisa menjual sekitar 20 porsi–50 porsi per hari. Setelah dikurangi biaya bahan baku dan operasional, keuntungan bersih yang didapatkan mitra sekitar 50% dari omzet.

Berdasarkan perhitungan Dani, mitra sudah bisa balik modal dalam jangka waktu empat hingga enam bulan. Ia optimistis target tersebut tercapai selama lokasi berjualan memang strategis.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×