kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,73   4,98   0.55%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gemerincing laba dari jasa potret bayi merah


Senin, 14 November 2016 / 16:10 WIB
Gemerincing laba dari jasa potret bayi merah


Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: S.S. Kurniawan

Momentum kelahiran bayi niscaya dekat dan identik dengan perayaan serta kebahagiaan. Bukan cuma bagi kedua orangtua si bayi yang memasuki babak hidup baru sebagai ayah dan ibu. Masyarakat di sekitar kehadiran si bayi merah juga tertular nuansa kebahagiaan.

Kearifan lokal menyambut kelahiran anak manusia pun bermunculan dalam berbagai bungkus. Di Indonesia, hampir semua suku bangsa memiliki tradisi khas ketika ada bayi yang lahir.

Masyarakat Hindu Bali, sebagai contoh, memiliki tradisi upacara kelahiran Jatakarma Samskara yakni ritual mendoakan jabang bayi oleh keluarga dekat dan tetua adat.

Masyarakat muslim memiliki tradisi akikah, di mana orangtua si bayi menyembelih domba dan membagikan kepada para kerabat dan tetangga. Tradisi Katolik mengenal pembaptisan bagi seorang bayi.

Pendek kata, kelahiran anak manusia akan selalu mengundang kebahagiaan dan perayaan. Orangtua sudah pasti menjadi yang paling berbahagia dengan kehadiran si buah hati.

Segala sesuatu tentang si buyung atau si upik menjadi hal yang menakjubkan dan membahagiakan. Lebih-lebih, bila si bayi adalah anak pertama.

Media sosial si ibu atau ayah mendadak menjelma seperti album pribadi keluarga. Foto si bayi dengan berbagai pose dibagi mereka bagi pada para kerabat di media sosial.

Nyaris semua gerak gerik si bayi tidak lolos dari jepretan kamera atau rekaman video si orangtua. Kegembiraan para orangtua merayakan kebahagiaan seiring kelahiran anak, tak ayal, menyuguhkan pula peluang menarik dari sisi bisnis.

Sebenarnya, momentum kelahiran bayi sudah lama menjadi menyuguhkan peluang bisnis yang menarik. Sebut saja, mulai dari bisnis kakap seputar kebutuhan susu formula, makanan bayi, popok, pakaian, peralatan, hingga bisnis penunjang lain seperti salon anak, spa bayi, dan kebutuhan lainnya.

Nah, satu usaha baru seputar kelahiran bayi yang belakangan semakin banyak bermunculan adalah jasa fotografer dengan spesialisasi pemotretan bayi merah yang baru lahir atau newborn baby.

Salah satu pemain segmen ini  yang cukup dikenal adalah Clik-Portraiture. Jasa foto yang dimiliki oleh Evelina Sudarmadji ini mengambil segmen khusus untuk pemotretan bayi baru lahir.

Evelina mengaku setiap bulan bisa menggarap order pemotretan newborn baby hingga 16 bayi. Untuk setiap paket pemotretan, Evelina mematok tarif sekitar Rp 5,5 juta. “Saya batasi hanya menerima pemotretan bayi berusia maksimal 14 hari,” cerita Evelina.

Bayi usia 0 hingga 14 hari menjadi sasaran segmen ini pasalnya, di usia itu pose bayi bisa dikreasi hingga optimal. Maklum, di awal-awal kelahiran, bayi lebih banyak tidur, pergerakannya juga masih terbatas sehingga lebih mudah diarahkan oleh si juru potret.

Dengan mematok tarif sebesar itu, Evelina mendatangi rumah si klien dan menyiapkan segala properti yang dibutuhkan untuk pemotretan. Si klien dan buah hati tidak perlu menyiapkan apa-apa lagi. “Sesi foto berlangsung kurang lebih sekitar tiga jam,” kata dia.

Si klien akan mendapatkan, 15 files foto yang sudah diedit tapi belum dicetak, satu album berisi 15 foto dan 1 cetak foto ukuran 8R dengan pigura kayu. “Bila klien dari luar kota, ada penambahan biaya transportasi, yang menjadi tanggungan klien,” terang dia.

Pemain lain adalah Little Hugs Photography yang dimiliki oleh Shirly. Usaha fotografi ini sudah dia rintis sejak tahun 2011 dengan spesialisasi foto kehamilan, bayi, anak maupun foto keluarga. “Modal awal membuka usaha dahulu sekitar Rp 20 juta,” kata dia.

Segmen newborn baby menjadi salah satu andalan saat ini seiring tren dokumentasi seputar bayi yang makin meningkat di kalangan keluarga muda di Indonesia.

Lebih-lebih dengan kemunculan demam media sosial. Memajang foto bayi dengan pose unik tentu menjadi kebanggaan tersendiri.

Dalam satu bulan, Shirly bisa menggarap order pemotretan bayi baru lahir hingga 20 kali. Untuk tawaran harga jasa, Little Hugs memasang tarif mulai Rp 5 juta per paket.

Dengan tarif senilai itu, klien mendapatkan berkas foto yang belum dicetak. “Setiap paket, durasi pemotretan sekitar tiga sampai empat jam dengan tiga hingga lima kostum,” terang dia.

Margin besar

Pemain lain di segmen bisnis ini, Vamiele Photography, juga menerapkan tarif jasa tidak jauh berbeda. Lahi Husni, pemilik Vamiele, menerapkan tarif mulai Rp 4 juta untuk jasa pemotretan newborn baby ini.

Tarif yang dipatok oleh para fotografer khusus bayi merah ini memang terbilang tinggi. Bahkan, ada pula pemain yang memasang tarif sampai belasan juta rupiah per paket.

Tarif yang relatif tinggi ini, tak lain karena usaha pemotretan bayi baru lahir menjual daya kreativitas si fotografer. Pasalnya, dari sisi peralatan seperti kamera atau lensa, juga properti sejatinya tidak terlalu berbeda di antara para pemain.

Namun, kreativitas dan imajinasi si fotografer dalam membuat karya foto si bayi itulah yang menjadi nilai jual yang membedakan. Seorang fotografer newborn baby bisa mengambil margin untung di kisaran 30%-40%. Menggiurkan, bukan?

Di saat yang sama, biaya operasional yang ditanggung oleh pelaku usaha juga tidak terlalu besar. Maklum, usaha ini tidak membutuhkan banyak tenaga kerja.

Sifat layanan pun kebanyakan home services client sehingga pelaku usaha tidak membutuhkan bangunan studio foto khusus. Paling-paling, membutuhkan mobil untuk operasional, biaya internet guna mendukung pemasaran dan biaya promosi.

Di Indonesia, usaha fotografer newborn baby ini terbilang masih sedikit pemainnya. Terlebih bila dibandingkan pemain di segmen foto pernikahan, pre-wedding atau foto kehamilan.

Dengan kata lain, masih terbuka peluang bagi Anda yang ingin menjajaki usaha sebagai pemotret bayi baru lahir.

Proyeksi Badan Pusat Statistik yang pernah dirilis tahun 2013 silam, total jumlah penduduk di Indonesia bakal menembus angka 284,82 juta jiwa pada tahun 2025 mendatang. Dengan proporsi penduduk usia 0-14 tahun mencapai 24,6%.

Adapun laju angka kelahiran per tahun rata-rata berkisar 1%-2%. Tahun 2015, BPS memperkirakan, terdapat kelahiran sekitar 4,88 juta bayi.

Hasil riset yang dirilis oleh Sigma Research Indonesia tahun lalu, menunjukkan, potensi pasar untuk produk di sekitar kebutuhan bayi berusia di bawah dua tahun hampir mencapai Rp 90 triliun. Belanja terbesar adalah untuk susu formula dan popok sekali pakai. Belum termasuk belanja untuk pakaian, mainan, wisata, dan lain-lain.

Nah, bila Anda tertarik mendaras peluang dari usaha pemotretan bayi baru lahir ini, ada baiknya menimbang beberapa hal sebagai berikut :

Pertama, kemampuan teknis dan kreativitas. Anda harus memiliki kemampuan mumpuni sebagai fotografer profesional. Anda bisa mengambil kelas fotografi khusus sebagai investasi awal. “Saya dulu ikut kursus di Darwis Triady School of Photography, sekitar tahun 2009,” ujar Evelina.

Fotografer juga dituntut memiliki imajinasi dan kreativitas tinggi. “Keinginan setiap klien berbeda-beda dan kami harus sebisa mungkin mengaplikasikan permintaan mereka,” imbuh Shirly.

Selain itu, Anda perlu ingat, yang akan Anda potret adalah bayi baru lahir yang masih mungil dan ringkih. Sebagai fotografer sekaligus pengarah gaya, Anda sudah pasti harus berani memegang dan menggendong bayi.

“Harus sering latihan gendong bayi, karena kalau kita sudah bisa gendong bayi, bayi akan dengan gampang diajak berpose. Kita sendiri juga nyaman,” terang Shirly.

Kedua, kesenangan atau passion pada dunia bayi. Menurut Evelina, profesi ini akan menyenangkan bila Anda memang memiliki passion pada dunia fotografi dan menyukai bayi.

Pasalnya, memotret bayi merah sangat berbeda dengan memotret anak-anak apalagi orang dewasa. “Butuh kesabaran yang sangat tinggi dan teknik tepat untuk bisa memegang bayi hingga kita bisa mendapatkan pose seperti keinginan klien,” kata dia.

Ketiga, strategi promosi dan pemasaran. Segmen newborn photography terbilang cukup baru di Indonesia.

Kebanyakan juga masih terbatas di Jabodetabek saja. Pemain segmen ini juga masih belum seramai fotografer pernikahan.

Kebanyakan juga masih menyasar keluarga muda dan kelas ekonomi menengah ke atas. Artinya, masih terbuka segmen pasar lain yang bisa Anda garap.

Namun, karena pasar terbilang masih belum berkembang optimal, Anda harus mengupayakan strategi pemasaran dan promosi yang gencar agar mampu membuka pasar.

Para pelaku usaha segmen ini kebanyakan memanfaatkan media sosial sebagai kanal promosi utama. Misalnya, melalui Instagram, Pinterest, Facebook, dan lain-lain.

Bagaimana Anda tertarik? 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×