Reporter: Izzatul Mazidah | Editor: Dikky Setiawan
Bisnis makanan beku alias frozen food semakin menjamur di Indonesia. Selain rasanya lezat, camilan yang terbuat dari berbagai olahan daging ini mudah disajikan. Ada yang digoreng atau dibakar dengan topping mayones atau saus.
Salah satu pebisnis frozen food adalah Virginiarta asal Tangerang Selatan, Banten. Bendera usahanya Waroeng 212. Usaha ini didirikan Virginarta sejak Januari 2015. Dua bulan berselang atau tepatnya pada Maret tahun ini, Virginiarta menawarkan kemitraan Waroeng 212.
Saat ini, Waroeng 212 sudah memiliki dua gerai yang tersebar di Pondok Cabe, Tangsel dan Kuningan, Jakarta Selatan. Satu gerai milik pusat dan satu gerai lainnya milik mitra usaha. Ke depan, Virginia menargetkan bisa menggaet mitra usaha sebanyak-banyaknya.
Sistem kerjasama yang ditawarkan Waroeng 212 adalah bisnis opotunity. Kerjasama berlaku selamanya dan tidak dikenakan franchise fee atau royalty fee. Mitra hanya diwajibkan membeli bahan baku dari pusat dengan nilai pembelian sekitar 40%-50% dari total omzet per bulan.
Untuk pemilihan tempat, Virginia menyarankan mitra memilih lokasi yang ramai, seperti mal, sekolah, dan kampus. Dalam satu gerai, mitra bisa mempekerjakan satu orang karyawan dengan standar gaji sebesar Rp 700.000-Rp 1,5 juta per bulan.
Virginia mengklaim, keunggulan kemitraan Waroeng 212 adalah harga produk terjangkau konsumen. Selain itu, camilan frozen food di gerainya terbuat dari bahan berkualitas. “Kelebihan kemitraan kami adalah makanan frozen food saat ini sedang booming di Indonesia. Semua produk juga terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)," katanya.
Waroeng 212 menjajakan aneka gorengan frozen food berupa sate sosis, crab stik, nuget, otak-otak, fish ball, lumpia, ekado, kornet, bakso salmon, bakso kepiting dan lainnya. Harganya dibandrol Rp 2.000- Rp 15.000 per porsi.
Virginia mengestimasi, tiap gerai Waroeng 212 mampu menjaring omzet sekitar Rp 200.000-Rp 300.000 per hari. Dengan begitu, omzet mitra diperkirakan bisa mencapai Rp 6 juta-Rp 9 juta per bulan.
Dengan pemasukan sebesar itu dan setelah dipotong biaya operasional, Virginia memperhitungkan, mitra bisa balik modal dalam waktu kurang dari enam bulan. Anda tertarik?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News