kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Guru silat yang sukses berbisnis alat pencak silat


Sabtu, 03 November 2018 / 07:15 WIB
Guru silat yang sukses berbisnis alat pencak silat


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Pencak silat merupakan olahraga beladiri asli dari Indonesia. Peminatnya pun terus bertambah di negeri ini. Cabang olahraga ini juga mengantarkan Arik Murwanto menjadi pengusaha sukses.

Berawal dari kesulitannya mendapatkan berbagai perlengkapan beladiri, Arik mengendus peluang berbisnis perlengkapan perlengkapan pencak silat. Maklum, sebagai guru pencak silat dia juga harus menyiapkan perlengkapan untuk tempat latihannya dan perguruan lainnya.

Arik merintis bisnis ini sejak 2012. Awalnya, guru silat yang berasal dari Trenggalek, Jawa Timur, ini  menjadi perantara penjual dengan pembeli. Lalu, dia memproduksi sendiri sejumlah peralatan pencak silat dengan merek Warrior.

Kini, guru silat dari Perguruan Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Pasuruan, Jawa Timur ini, sudah menjual lebih dari 100 jenis perlengkapan di gerainya, Terate. Selain aksesoris dan seragam, perlengkapan beladiri  yang dia sediakan adalah golok kayu, golok stainless, samurai, celurit, sabuk dan lainnya. Harga berbagai perlengkapan pencak silat ini mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 600.000 per unit.

Namun, kemudian, lantaran keterbatasan tenaga, Arik tak memproduksi sendiri semua barang yang ada di gerainya, Terate. Ia mengambil barang dari produsen lainnya.

Kini, total produksi sendiri sudah mencapai 1.000 unit setiap bulan. Laki-laki 36 tahun ini menggunakan sistem kemitraan dalam produksi. "Karena kebutuhan pasar besar sekali, saya memilih untuk bermitra saja," tuturnya kepada KONTAN.

Sejauh ini, ia menjalin kerjasama dengan 39 mitra, mulai dari konveksi, pandai besi dan lainnya. Lokasi mitranya tersebar di sekitar Jawa Timur, yakni Tulungangung, Ngawi dan Tanggulangin. Melalui skema ini, Arik mengaku, bisnisnya lebih efektif dan efisien.

Apalagi, selain memiliki gerai fisik, Arik juga merambah penjualan online. Ia memakai beberapa marketplace untuk mendukung penjualan online ini. Alhasil, pasarnya pun terus meluas. Selain kota-kota di Indonesia, pelanggan juga datang dari Malaysia dan Singapura.      

Bermodal puluhan tahun mendalami pencak silat

Menekuni dunia pencak silat puluhan tahun, yakni sejak Sekolah Dasar (SD),  Arik Murwanto membuka tempat latihan pencak silat untuk wilayah Pasuruan pada 2010. Saat itu, dia juga menjalani profesi sebagai guru di SMK 1 Pasuruan.  

Pada saat menyiapkan segala keperluan padepokannya, Arik kesulitan mendapatkan perlengkapan pencak silat. Selain harus inden, Arik pun beberapa kali tertipu. Uang sudah dikirimkan, namun barang tak kunjung datang.  

Padahal, modalnya pas-pasan. Namun, dari persoalan itu, dia tertarik berbisnis perlengkapan pencak silat. Lantas, Arik pun membuka Terate, kios penjualan perlengkapan pencak silatnya.  

Dengan modal Rp 400.000, Arik membeli berbagai barang dari para pemasok.  Namun, cara itu tidak bertahan lama, karena dia merasa cukup beresiko jika mengandalkan produksi orang lainnya.

"Karena saya sering kecewa, saat saya telepon dibilang barang ada tapi waktu diambil ternyata stok  kosong," ceritanya pada KONTAN. Selain itu, alat-alat bantu olahraga beladiri dari pemasok itu juga relatif tinggi.  

Akhirnya, Arik memutuskan untuk membuat sendiri alat bantu pencak silat. Dia membuat perlengkapan, seperti packing pac, body protector, samsak, dan lainnya.

Untuk membuat produk berkualitas setara merek ternama, Arik pun mengumpulkan alat-alat bantu latihan yang sudah rusak. Bukan dipakai kembali, dia membongkar untuk mengetahui bahan dan pembuatannya.  

Dari situ, dia dibantu dengan penjahit mempelajari pola serta model jahitannya. Anak ketiga dari tiga bersaudara ini harus bongkar pasang 10 kali untuk menghasilkan produk sempurna.

Arik memberi nama produk perlengkapan pencak silatnya Warior. Produksi seragam, senjata dan aksesori lainnya juga melalui proses yang sama.

Lantaran sudah akrab dengan olahraga ini, Arik  tak  pusing membuka pasar. Pelanggan pun berdatangan dengan sendirinya saat mereka mengetahui adanya Warior. "Mereka akhirnya tahu kalau saya jualan dari obrolan saat event pertandingan atau kumpul-kumpul," jelasnya.

Cukup kenyang dengan pengalaman kena tipu

Mempunyai jaringan dan hubungan baik dengan sesama perguruan beladiri, memudahkan Arik Murwanto mengembangkan pemasaran produknya. Namun, permasalahan justru datang dari bagian produksi.  

Ia kesulitan menemukan mitra produksi yang pas. Pesilat yang juga guru matematika ini pun harus membuat pola sendiri bila mendapatkan mitra yang sulit mempelajari jenis barang baru.

Tak berhenti di situ. Pada saat awal usaha, mitra juga sering menipunya dengan membawa kabur uang untuk membeli bahan baku. Bahkan, Arik bilang, kejadian ini terulang hingga beberapa kali. "Tapi, saya tak pernah cari orang yang membawa kabur uang. Saya memilih tetap berjalan saja dan tak mau menggunakan jasanya," tuturnya.

Rupanya pengalaman pahit masih mendekat dangan Arik. Tak cukup tertipu oleh calon mitra, ia juga sempat ditipu oleh para reseller atau rekanan yang membawa kabur barang miliknya tanpa pembayaran.

Belajar dari pengalaman inilah, kini, bapak dua anak ini lebih selektif memilih rekanan. Ia juga menetapkan skema baru untuk pemesanan barang. "Untuk rekanan tertentu, saya mita pembayaran diawal seluruhnya, baru ambil barang," ujarnya.

Solusi itu cukup mempan. Bisnis peralatan dan perlengkapan milik Arik terus berkembang. Penjualannya bahkan sudah menjangkau Malaysia dan Singapura.

Namun, saat ini, Arik menghadapi permasalahan baru. Yakni, kenaikan harga bahan kain yang terjadi sejak awal Oktober 2018. Dia bilang, kenaikannya berkisar Rp 5.000-Rp 15.000 per meter.

Tak hanya naik, pasokan kain impor yang banyak dipakainya sebagai bahan baku, juga terbatas. "Barang kosong, kata suplayer ini imbas adanya pembatasan barang impor," terangnya. Selam ini, Arik banyak menggunakan jenis kain American Drill dan Nagata Drill yang diimpor dari China.

Lantaran kenaikan harga dan kelangkaan bahan baku, dia juga harus menurunkan produksinya. Bila biasanya, Arik bisa menjahit 500 seragam pencak silat per dua minggu, kini produksinya hanya 200 seragam dengan waktu yang sama. Dia pun bekerjasama dengan pemain lain untuk penuhi pesanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×